BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem koloid
berhubungan dengan proses-proses di alam yang mencakup berbagai bidang.
Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan
oleh tubuh, terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma
dalam sel-sel makhluk hidup. Dalam
kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata.
Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara
merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai
rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar
tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga
mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi tercampur dalam
udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut
kabut merupakan sistem koloid. Mineral-mineral yang terdispersi dalam tanah,
yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun
untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan
kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu
belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna
merah juga merupakan sistem koloid.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan sistem koloid ?
2.
Apa saja jenis-jenis koloid ?
3.
Apa saja sifat-sifat koloid ?
4.
Apa yang dimaksud dengan koloid
liofil dan
Liofob ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk menjelaskan apa itu sistem koloid.
2.
Untuk menjelaskanjenis-jenis koloid.
3.
Untuk menjelaskan sifat-sifat koloid.
4.
Untuk menjelaskan apa itu koloid liofil dan liofob.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sistem Koloid
Sistem
koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh cat adalah sistem
koloid yang merupakan campuran heterogen zat padat pada koloid yang tersebar merata
dalam zat cair. Demikian pula, udara dan debu didalamnya merupakan suatu system koloid.
lalu apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
Sistem
koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan
dan suspensi
(campuran kasar), contohnya lem, kanji, santan, dan jeli. Analisis sistem
koloid diawali
oleh percobaan Thomas Graham. Thomas Graham menemukan bahwa berbagai larutan
misalnya HCl dan NaCl mudah berdifusi, sedangkan zat-zat seperti kanji, gelatin
dan putih telur
sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Ia menemukan waktu difusi
relative untuk
berbagai zat. Oleh karena zat yang mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal
dalam keadaan
padat, Graham menyebutnya kristaloid. Sedangkan, zat-zat yang sukar
berdifusi disebutnya koloid.
Gambar 1 Campuran air dan kopi
Gambar 2 Garam dan air
kontinu dan merupakan sistem
satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm ( 1nm = 10-9 m)
larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring. Selanjutnya, jika kita campurkan susu (misalnya susu bubuk)
dalam air, ternyata ―susu‖ larut tetapi ―larutan‖ itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan
campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan
tetap keruh). Secara makroskopik, campuran ini homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan
mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu tersebar dalam
air. Campuran seperti ini
yang disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1 nm-100 nm. Gambar. 3 Campuran air dan susu
Jadi,
koloid adalah campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Dua fase ini
meliputi zat
terlarut sebagai partikel koloid atau yang sering dikenal dengan fase
terdispersi serta zat yang merupakan fase kontinu dimana partikel koloid terdispersi
yang disebut medium pendispersi. Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7 – 1—5
(1-100 nm). Ukuran inilah yang membedakan koloid dengan larutan dan suspensi
Gambar 4 Larutan , koloid, dan suspensi
B. Jenis-Jenis
Koloid
Jenis – jenis koloid diantaranya sol padat, sol cair, sol gas
(aerosol padat), emulsi padat (gel), emulsi cair (emulsi), emulsi gas (aerosol
cair), buih padat dan buih cair.
keju
merupakan contoh emulsi
padat
Koloid adalah campuran yang berada diantara larutan dan suspensi. Sistem koloid
terdiri dari dua fase (bentuk) yang disebut komponen – komponen koloid.
1.
Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya
berubah, kecuali jika zat yang dicampur mempunyai fase yang sama.
2.
Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat
yang mempunyai fase yang tetap pada sistem koloidnya.
Jika
dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh suatu
koloid yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang
dicampurkan. Berdasarkan pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan
fase pendispersi dan fase terdispersinya.
Berdasarkan
fase zat terdispersi, jenis
– jenis koloid dibedakan
menjadi tiga, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih.
1. Koloid
Sol
Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.
2. Emulsi
Emulsi adalah
koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.
3.
Buih
Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, jenis – jenis koloid dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu koloid sol, koloid emulsi, dan koloid buih.
1.
Koloid Sol Koloid sol dibedakan menjadi
3 jenis, yaitu sebagai berikut.
a.
Sol padat (padat – padat)
Sol padat adalah jenis koloid
dengan fase padat terdispersi dalam fase padat. Contoh: logam paduan,kaca
berwarna,intan hitam, dan baja.
b.
Sol cair (padat – cair)
Sol cair atau disebut sol saja
adalah jenis koloid dengan fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Artinya
zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh: cat, tinta, dan kanji.
c.
Sol gas (padat – gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah
koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat
terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh:
asap dan debu.
2.
Koloid Emulsi
Koloid emulsi dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a.
Emulsi padat (cair – padat)
Emulsi padat (gel) adalah
koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat
terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: mentega,
keju, jeli, dan mutiara.
b. Emulsi
cair (cair – cair)
Emulsi cair (emulsi) adalah
koloid dengan zata fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat
terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh:
susu, minyak ikan, dan santa kelapa.
c. Emulsi
gas (cair – gas)
Emulsi gas (aerosol cair)
adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalamzat fase gas. Artinya, zat
terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh:
insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
3.
Koloid Buih
Koloid buih dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu sebagai berikut.
a.
Buih padat (gas – padat)
Buih padat adalah koloid
dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi
berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat.
Contoh: busa pada jok mobil
dan batu apung.
b. Buih
cair (gas – cair)
Buih cair (buih) adalah koloid
dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi
berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair.
Contoh: buih sabun, buih soda,
dan krim kocok.
Untuk zat berfase gas
terdispersi dalamzat berfase gas bukan merupakan koloid, misalnya larutan –
larutan dalam udara bersih.
C. Sifat-Sifat Koloid
Suatu
campuran digolongkan kedalam sistem koloid apabila memiliki sifat-sifat yang berbeda
dari larutan sejati. Beberapa sifat fisik yang membedakan sistem koloid dari
larutan sejati
seperti berikut ini.
1. Efek
Tyndall
Pernahkah kita mengamati jalannya berkas cahaya sinar atau cahaya
yang dihamburkan oleh partikel-partikel debu? Bila cahaya menembus melalui
celah-celah rumah kita, tampak sinar matahari dihamburkan oleh partikel-partikel debu. Partikel
debu berukuran koloid, partikelnya sendiri tidak dapat dilihat oleh mata, yang tampak
adalah cahaya yang dihamburkan oleh debu. Hamburan cahaya ini yang dinamakan efek
tyndal.
John Tyndall (1820-1893)
2. Gerak
Brown
Gambar. Gerak Brown dari suatu koloid yang dapat diamati dibawah mikroskop
Gerakan acak partikel koloid
dalam suatu medium disebut gerak Brown. Sesuai dengan nama
seorang pakar botani Inggris, Robert Brown yang pertama kali melihat gejala ini pada tahun
1827.
Robert Brown tidak dapat
menjelaskan mengapa partikel koloid dapat bergerak acak dan
berliku. Akhirnya, pada 1905, gerakan seperti itu dijelaskan secara matematika
oleh Albert Einstein. Einstein menunjukkan bahwa partikel yang bergerak dalam suatu
medium akan menunjukkan suatu gerakan acak seperti gerak Brown akibat
tumbukan antarpartikel yang tidak merata.
3. Adsorpsi
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair
atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi
pada permukaan
zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan
absorpsi. Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol
memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel
netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas. Proses
adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap partikel bermuatan
dari fase pendispersinya sehingga partikel koloid menjadi bermuatan. Jenis muatannya
tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anion atau kation.
Contoh, Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan
positif,
Sifat adsorpsi koloid digunakan dalam berbagai proses antara lain
:
a. Penjernihan air
Penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O
. Air dan tawas membentuk koloid. Koloid tersebut dapat mengadsorpsi zat-zat
warna atau kotoran dalam air.
b. Penghilang bau badan
Untuk
menghilangkan bau badan digunakan aluminium stearat yang digosokan ke badan atau
ketiak. Dengan adanya keringat maka akan terbentuk koloid Al(OH)3 yang dapat
menghilangkan bau badan.
c. Penyembuh sakit perut
Norit
adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Dalam usus, campuran serbuk karbon
dengan air membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi bakteribakteri berbahaya
dan kelebihan gas yang mengganggu sistem pencernaan. Sistem
koloid bersifat stabil, hal ini disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan
partikel koloid yang berasal dari zat asing yang teradsorpsi dipermukaan koloid.
Adanya muatan listrik tertentu pada partikel-partikel terdispersi dalam system koloid
menyebabkan adanya gaya tolak menolak antarpartikel sehingga partikel tersebut saling
berjauhan. Dengan kata lain, sistem dispersi pada koloid bersifat stabil.
Elektroforesis
Berdasarkan
prinsip ini akan terjadi pemisahan bagian-bagian zat yang tergantung pada besar
dan kekuatan muatan listriknya. Prinsip elektroforesis dapat diterapkan dalam :
a. Pemisahan macam-macam protein dalam larutan. Muatan pada molekul
protein berbeda
bergantung pada pH larutan. Dengan mengatur pH larutan, pemisahan protein dapat
dilakukan.
b. Melapisi lateks atau melapisi anti karat pada badan mobil
Partikel-partikel
lateks yang bermuatan seperti cat tertarik pada logam, dengan mengalirkan
muatan listrik pada logam yang berlawanan dengan muatan cat, maka cat akan menempel
pada logam. Pelapisan logam oleh cat dengan cara ini lebih kuat dibandingkan
dengan cara konvensional seperti pada koas.
Koagulasi
Jika
kita perhatikan di muara-muara sungai yang menuju laut, seringkali kita melihat
sejumlah daratan kecil yang disebut delta. Bagaimana delta dapat terbentuk? Seperti
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa sistem dispersi koloid merupakan sistem yang
stabil akibat adanya gaya tolakan antarpartikel yang bermuatan sejenis. Oleh karena itu,
prinsip penetralan muatan partikel koloid dapat digunakan untuk menurunkankestabilan
koloid dengan cara penggumpalan, dan proses ini dikenal dengan istilah koagulasi.
Koloid dapat digunakan untuk menurunkan kestabilan koloid dengan
carapenggumpalan, dan proses ini dikenal dengan istilah koagulasi. Koagulasi
adalah penggumpalan
partikel koloid sehingga terjadi endapan. Dengan adanya koagulasi, zat terdispersi
tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi terjadi kerena pemanasan, penambahan
elektrolit dan pencampuran dua koloid yang berbeda muatan.
Beberapa contoh proses koagulasi seperti:
1.
Pembentukan
delta dimuara sungai
Pada
dasarnya pembentukan delta disebabkan oleh proses koagulasi lumpur yang terbawa
oleh air sungai akibat melimpahnya elektrolit dalam air laut seperti Na+ dan Mg2+. Lumpur
yang terbawa air sungai kelaut bermuatan negatif akibat mengadsorbsi
ion-ion bermuatan negatif dari tanah. Ketika lumpur tersebut sampai kelaut,
lumpur akan bertemu dengan ion-ion bermuatan positif seperti Na+ dan Mg2+ yang
tersedia melimpah dilaut akibatnya lumpur kehilangan muatan dan mengendap sehingga
terbentuk delta.
2. Penyaringan asap dan debu melalui cerobong asap pabrik dengan
menggunakan alat Cottrell. Debu dan asap itu akan diikat oleh elektroda-elektroda.
3. Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam
asetat ke dalam lateks
4. Pembuatan keju dengan penambahan rennet (zat tertentu)
kedalam susu, yang dapat mendestabilkan dispersi koloid dan menyebabkan susu menggumpal.
Penetralan partikel koloid
dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Penambahan koloid lain
dengan muatan berlawanan Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan
negatif, maka muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat netral
2. Penambahan elektrolit Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid maka partikel
koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi ion positif (kation) dari
elektrolit. Begitu pula sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi ion negatif (anion)
dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas maka terjadi proses koagulasi. Penetralan
muatan koloid dapat dilakukan dengan cara menambahkan elektrolit pada larutan koloid
yaitu ion-ion seperti Na+ , Ca2+, atau Al3+ dapat menetralkan muatan negatif
pada partikel koloid seperti sol As2O3 sehingga koloid tersebut terkoagulasikan. Kecepatan
koagulasi bergantung pada jumlah muatan elektrolit. Makin besar muatan
elektrolit yang ditambahkan ke dalam dispersi koloid, makin cepat proses koagulasi
terjadi. Karena itu, koagulasi sol As2O3 lebih cepat bila ditambahkan larutan yang
mengandung Al3+ daripada Mg2+ atau Na+
3.
Pendidihan
Kenaikan
suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan
molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid. akibatnya partikel tidak bermuatan.
Dialisis
Pemurnian
koloid selain dengan cara elektroforesis dapat juga dilakukan dengan cara
dialisis yaitu suatu teknik pemurnian berdasarkan pada perbedaan ukuran partikelnya.
Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid dalam kantung yang
terbuat dari membran seperti selofan, perkamen dan membran yang sejenis. Selanjutnya
merendam kantung tersebut dalam air yang mengalir atau air yang dialirkan. Oleh karena
ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid, maka ion-ion itu
dapat berdifusi melalui membran lebih cepat daripada partikel koloid, sehingga
partikel koloid akan tetap berada didalam kantung membran.
Prinsip
dialisis digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal. Ginjal berfungsi untuk
mengeluarkan zat yang tidak berguna yang dihasilkan tubuh yang terdapat dalam darah.
Salah satu zat yang dikeluarkan tubuh adalah urea. Zat ini biasanya dikeluarkan melalui
urin. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, urea akan menumpul dalam darah sehingga
mengakibatkan kematian. Orang yang gagal ginjal dapat menjalani cuci darah. Dalam hal
ini fungsi ginjal diganti oleh mesin dialisator. Prinsip dialisis biasa
digunakan untuk memisahkan tepung tapioka dari ion-ion sianida yang
terkandung dalam singkong.
D.
Koloid Liofil dan Liofob
Berdasarkan
perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap medium pendispersinya
yang berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis. Sistem koloid di
mana partikel terdispersnya mempunyai daya adsorpsi yang relatif besar disebut
koloid liofil dan sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi
yang relatif kecil disebut koloid liofob. Kolid liofil bersifat lebih stabil, sedangkan
koloid liofob bersifat kurang stabil. Koloid liofil berfungsi sebagai koloid pelindung.
Koloid
liofil (suka cairan) : koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar
antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contohnya, dispersi kanji, sabun,
deterjen, dan protein dalam air. Koloid liofob (tidak suka cairan) : koloid di
mana terdapat
gaya tarik menarik yang lemah atau bahkan tidak ada gaya tarik menarik antara fase
terdispersi dan medium pendispersinya. Contohnya,
dispersi emas, Fe(OH)3 , dan belerang dalam air.
Jika
medium pendispersi koloid ini adalah air, maka istilah yang digunakan adalah koloid
hidrofil dan koloid hidrofob. Contoh koloid hidrofil : protein, sabun,
deterjen,
agar-agar, kanji, dan
gelatin. Contoh koloid hidrofob : susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3
, sol-sol sulfida, dna sol-sol logam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan
dari pembahasan di atas adalah :
1.
Sistem
koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan
dan suspensi
(campuran kasar), contohnya lem, kanji, santan, dan jeli.
2.
Jenis-jenis koloid yaitu koloid sol, koloid
emulsi, dan buih.
3.
Sifat-sifat koloid adalah efek Tyndall, Gerak
Brown, dan Adsorbsi.
4.
Koloid
liofil (suka cairan) : koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar
antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contohnya, dispersi kanji, sabun,
deterjen, dan protein dalam air. Koloid liofob (tidak suka cairan) : koloid di
mana terdapat
gaya tarik menarik yang lemah atau bahkan tidak ada gaya tarik menarik antara fase terdispersi
dan medium pendispersinya.
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Yumike
Mose, 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) Pada Materi
Koloid Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Casino - The Strip in Downtown Las Vegas
BalasHapusA 전주 출장샵 stay at the 하남 출장안마 Harrah's Casino in Downtown 포천 출장안마 Las Vegas places you in the heart of 안동 출장샵 the action and excitement of Las Vegas, steps away 공주 출장마사지 from the Las