LABORATORIUM BIOKIMIA
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
LAPORAN LENGKAP
REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN
OLEH
KELOMPOK :
KELAS :
ANGKATAN :
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir setiap fungsi dinamik dalam
makhluk hidup bergantung pada protein. Faktanya nilai penting protein digaris
bawahi oleh namanya, yang berasal dari kata Yunani proteios, yang berarti
‘tempat pertama’. Protein menyusun lebih dari 50% massa kering sebagian besar
sel, dan protein teramat penting bagi hampir semua hal yang dilakukan
organisme. Beberapa protein mempercepat reaksi kimia, sedangkan yang lain
berperan dalam penyokongan struktural, penyimpanan, transpor, komunikasi
selular, pergerakan, serta pertahanan melawan zat asing.
Protein terdiri dari asam-asam amino
yang dihubugkan melalui ikatan peptida pada ujung-ujungnya. Selain ikatan
peptida terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan
hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein
dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium
pelarut organik, dan detergen.
Protein tersusun dari atom C, H, O,
dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat
di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein. Pada
berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein,
semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein,
yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik
pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam
amino suatu protein. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara
kualitatif dapat menggunakan prinsip diantaranya uji biuret, pengendapan dengan
logam, pengendapan dengan garam, pengendapan dengan alkohol, uji koagulasi dan
denaturasi protein.
Untuk mengetahui kebenaran teori
tersebut maka dilakukanlah percobaan uji protein dengan metode identifikasi
secara kualitatif dengan menggunakan prinsip pengendapan dengan logam dan
pengendapan dengan alkohol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah sekelompok senyawa organik yang nyaris keseluruhannya terdiri
atas karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein biasanya suatu polimer
yang tersusun atas banyak subunit (monomer) yang dikenal sebagai asam amino.
Asam amino yang biasanya ditemukan dalam protein menunjukkan struktur sebagai
berikut (Fried dan Hademenos, 2006).
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun
lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro molekul,
protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi dan
berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O dan N
serta unsur lainnya seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua protein
pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam
asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologis
sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus. Disamping itu
protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga
racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke
generasi (Patong, dkk., 2012).
Melalui reaksi hidrolisis protein
telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya,
berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R
yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,
Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar
tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein,
Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang
bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang
bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar
seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi, 2012).
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni struktur
primer, struktur sekunder, dan struktur tersier. Sedangkan klasifikasi protein
dibagi berdasarkan sifat biologisnya, berdasarkan sifat kelarutannya dan gugus
prostetiknya (Katili, 2009).
Pada struktur primer ini ikatan antar asam amino hanya ikatan peptida (ikatan
kovalen). Struktur ini dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang biasa
ditulis untuk senyawa organik. Pada ikatan ini tidak terdapat ikatan atau
kekuatan lain yang menghubungkan asam amino dengan satu dan lainnya. Pada
struktrur sekunder dimana rantai asam amino bukan hanya dihubungkan oleh ikatan
peptida tetapi juga diperkuat oleh ikatan hidrogen. Karena ikatan peptida
adalah planar maka dalam satu molekul protein dapat berotasi hanya Ca-N
dan Ca-C terhadap sumbu (struktur primer), sehingga memungkinkan
suatu protein yang disebut a-heliks. Struktur tersier terbentuk karena
terjadinya pelipatan (folding) rantai a-heliks, konformasi b, maupun gulungan
rambang suatu polipeptida, membentuk protein globular, yang struktur tiga
dimensinya lebih rumit daripada protein serabut. Struktur kuartener terbentuk
dari beberapa bentuk tersier dan bisa terdiri dari promoter yang sama atau yang
berlainan. Agregasi dari banyak polipeptida dapat membentuk sebuah protein
tunggal yang fungsional (Patong, dkk., 2012).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga
dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein
seperti keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk
struktur linear atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang
yang teratur. Protein lainnya, seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk
konformasi globular yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola. Konformasi
akhir bergantung pada berbagai macam interaksi yang terjadi (Kuchel dan
Ralston, 2006).
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau
penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila
menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna,
timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak
disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada
beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi
kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang
lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang
menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya (Ariwulan, 2011).
Uji protein dengan metode identifikasi
protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsif (Khoiriah, 2012) :
· Uji
Biuret : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang
dibentuk oleh Cu²++ dengan gugus
–CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
·Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut
antara protein dan logam berat.
·
Pengendapan dengan garam :
pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat.
·
Pengendapan dengan alkohol :
pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alkohol.
·
Uji
koagulasi : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat
dari pengaruh pemanasan.
·
Denaturasi
protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang
sangat ekstrim.
Berbagai protein globular mempunyai
daya kelarutan yang berbeda dalam air. Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini
adalah pH, kekuatan ion, sifat dielektrik pelarut, dan temperatur. Pemusahan
protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik
yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein
mempunyai daya kelarutan minimum pada pH isoelektriknya. Pada pH isoelektriknya
beberapa protein akan mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan
pH larutan, masing-masing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari
yang lainnya dengan teknik yang disebut pengendapan isoelektrik (Patong, dkk.,
2012).
Protein yang tercampur oleh senyawa
logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi
setelah ditambahkan AgNO3 dan (CH3COO)2Pb.
Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila
terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan
protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein
karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein
untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi
millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret
berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah
ditambahkan garam (Sri, 2012).
Denaturasi adalah proses yang
mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Proses ini bersifat
khusus untuk protein dan mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang
tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang
paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh permukaan. Denaturasi
biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti
pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan (Deman,1989).
Sebagian besar protein dapat
diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu seperti, asam
trikloroasetat dan asam perklorat. Penambahan asam ini menyebabkan terbentuknya
garam protein yang tidak larut. Zat pengendapan lainnya adalah tungstat,
fosfotungstat dan metanofosfat. Protein juga diendapkan dengan kation tertentu
seperti Zn2+ dan Pb2+ (Patong, dkk., 2012).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan protein (glisin, asam
aspartat, alanin, dan albumin), HgCl2 0,2 M, (CH3COO)2Pb
0,2 M, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, etanol 95%, dan buffer pH 4,7.
3.2
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, dan pipet skala.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1
Pengendapan dengan Logam
Pada tabung reaksi dimasukkan 3 ml larutan protein pada masing-masing tabung, 2
tabung berisi larutan albumin, 2 berisi alanin, 2 berisi glisin, dan 2 berisi
asam aspartat. Kedalam satu tabung masing-masing ditambahkan 5 tetes HgCl2
0,2 M kemudian tabung yang satunya ditambahkan 5 tetes CH3COO)2Pb
0,2 M.
3.3.2
Pengendapan dengan Alkohol
Tabung I diisi dengan 5 ml larutan albumin lalu ditambahkan
dengan 1 ml HCl 0,1 M dan 6 ml etanol 95 %. Tabung II diisi dengan 5 ml
larutan albumin lalu ditambahkan dengan 1 ml NaOH 0,1 M kemudian ditambahkan
dengan 6 ml Etanol 95 %. Tabung III diisi dengan 5 ml larutan albumin lalu
ditambahkan dengan 1 ml buffer asetat pH 4,7 kemudian ditambahkan dengan 6 ml
etanol 95 %.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Pengendapan dengan Logam
No |
Larutan
contoh |
HgCl2
0,2 M |
(CH3COO)2Pb |
1. 2. 3. 4. |
Glisin Alanin Albumin Asam
Aspartat |
Tidak
bereaksi, Bening Tidak
bereaksi, Bening Terjadi
reaksi terdapat endapan putih Tidak
berekasi, Bening |
Tidak
bereaksi, Bening Tidak
bereaksi, Bening Terjadi
reaksi terdapat endapan putih. Tidak
bereaksi, Bening |
4.1.2
Pengendapan dengan Alkohol
Larutan
Contoh |
Tabung
I |
Tabung
II |
Tabung
III |
Putih
keruh, terdapat endapan |
Bening
dan terdapat gelembung-gelembung uadara |
Terjadi
endapan dan larutannya keruh. |
Keterangan
:
· Tabung I : Larutan albumin telur + HCl + Etanol 95%
· Tabung II : Larutan albumin telur +
NaOH + Etanol 95%
· Tabung III : Larutan albumin telur +
Buffer asetat pH 4,7 + Etanol 95%
4.2
Reaksi
4.2.1
Pengendapan dengan Logam
· HgCl2 + Albumin
·
HgCl2 + Asam Aspartat
COOH – CH – CH2 -
COOH + HgCl2
l
NH2
· HgCl2 + Glisin
· HgCl2 + Alanin
· (CH3COO)2Pb +
Albumin
· (CH3COO)2Pb +
Glisin
· (CH3COO)2Pb +
Alanin
· (CH3COO)2Pb +
Asam Aspartat
COOH – CH – CH2 -
COOH + HgCl2
l
NH2
4.2.2
Pengendapan dengan Alkohol
· NaOH
· HCl
· Buffer pH 4,7
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengendapan dengan Logam
Pada pengendapan protein dengan pengendapan logam, melalui
penambahan HgCl2 dan (CH3COO)2Pb ke dalam
larutan albumin menyebabkan terjadinya reaksi sehingga larutan yang sebelumnya
jernih berubah menjadi keruh dan terdapat endapan. Penambahan HgCl2
dan (CH3COO)2Pb ini karena diketahui bahwa protein mampu
menawarkan racun sebab asam amino yang merupakan penyusun suatu protein dapat
mengikat logam seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal asetat), racun atau
logam yang terikat dalam reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih. Pada
saat ditambahkan ke dalam protein, HgCl2 dan (CH3COO)2Pb
akan terionisasi dalam bentuk Hg2+ dan PbSO4 sehingga
dapat menghasilkan endapan. Ikatan yang amat kuat dari reaksi protein yang
ditambahkan dengan HgCl2 dan (CH3COO)2Pb
akan memutuskan ikatan jembatan garam, sehingga akan terjadi denaturasi, secara
bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang terdapat pada protein dapat bereaksi
dengan ion logam berat dan dapat membentuk senyawa kelat.
Adanya endapan disebabkan karena adanya kemampuan protein
atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya.
Kemampuan ini disebabkan karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik
protein atau asam amino, maka ia akan bermuatan negatif sehingga mampu mengikat
ion logam yang bermuatan positif. Berdasarkan teori, titik isoelktrik albumin
adalah : 4,55-4,90, alanin 6,00 , glisin 5,97 dan serin 5,68 (titik
isoelektrik adalah keadaan pH dimana protein /asam amino memiliki jumlah muatan
positif dan negatif yang sama). Adanya pertambahan ion logam menyebabkan
putusnya jembatan disulfida dan ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung
gugus sulfuhidril.
Sedangkan untuk asam amino seperti asam aspartat, glisin,
dan alanin tidak membentuk endapan karena suasana larutan masih berada di bawah
titik isoelektrik kedua asam amino tersebut, sehingga asam amino yang bermuatan
positif tidak mampu berikatan dengan ion logam yang bermuatan positif pula.
Selain itu, ketiga jenis asam amino tersebut tidak mengandung gugus
sulfuhidril.
4.3.2 Pengendapan dengan Alkohol
Pada reaksi pengendapan dengan
penambahan alkohol, ketika larutan albumin dengan penambahan HCl kemudian
ditambahkan dengan alkohol 95% maka akan terjadi reaksi, dimana larutan berubah
menjadi putih keruh. Ketika albumin dengan penambahan NaOH kemudian
ditambahkan dengan alkohol 95% maka larutan akan terlihat tetap bening namun
terdapat gelembung-gelembung udara. Ketika albumin dengan penambahan buffer
asetat pH 4,7 kemudian ditambahkan dengan alkohol 95%, larutan berubah
menjadi putih keruh.
Penambahan alkohol yang merupakan
pelarut organik akan menurunkan kelarutan protein, karena kelarutaan suatu
protein tergantung dari kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan
hidrofob polar pada molekul. Mampu mengendapkan logam dalam suasan asam dan
pada pH 4,7 yang merupakan titik isoelektrik.
Pada reaksi pengendapan dengan
alkohol, larutan albumin akan membentuk endapan yang disebabkan karena adanya
gugus hidrofobik polar (yang menarik gugus non-polar) didalam molekul protein
dan menghasilkan protein dipol. Menurut teori,
albumin + HCl dan albumin + NaOH membentuk larutan bening sedangkan albumin +
buffer asetat pH 4,7 agak keruh. Hal ini disebabkan karena pada pH 4,7
merupakan titik isoelektrik albumin. Titik isoelektrik merupakan pH dimana
kelarutan protein
minimum karena jumlah ion positif dan ion negatif sama sehingga penambahan
senyawa organik seperti aseton dan alkohol yang bersifat nonpolar (muatan = 0)
cenderung menurunkan kelarutan protein. Penambahan asam berupa HCl menyebabkan larutan albumin kelihatan keruh akibat pH daripada larutan berada dibawah pH buffer
asetat pH 4,7. Sedangkan dengan penambahan basa
menyebabkan larutan albumin kelihatan agak bening, hal ini menandakan naiknya
kelarutan albumin. Hal ini berdasarkan sifat protein yang amfoter (protein
dalam suasana pelarut yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan dalam
suasana pelarut yang bersifat basa akan bertindak sebagai asam).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari
percobaan ini adalah sebagai Pada reaksi uji protein dengan
penambahan logam berat seperti logam Hg dan Pb bereaksi positif dengan adanya
pengendapan pada
albumin, namun beraksi negatif pada alanin, asam aspartat dan glisin.
Pada reaksi uji protein dengan
pengendapan alkohol bereaksi positif pada suasana asam ketika dilakukan penambahan HCl atau
Buffer asetat pH 4,7 ke dalam larutan dan dengan penambahan basa akan
menyebabkan naiknya
kelarutan albumin.
5.2
Saran
5.2.1
Saran untuk Laboratorium
Untuk laboratorium sudah baik baik alat-alat dan bahan sudah lengkap, Saran
untuk laboratorium agar kedepannya fasilitasnya bisa lebih baik lagi.
5.2.2
Saran untuk Asisten
Untuk asisten biokim sudah cukup baik, dimana asisten maupun praktikan
sama-sama disiplin memakai baju lab di laboratorium, serta sebelum melakukan
praktikum diberikan penjelasan terkait hal yang akan di percobakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariwulan, R.R. Dyah Roro, 2011, Uji Reaksi Protein (online),
(http://pustakabiolog. wordpress.com),
diakses pada tanggal 21 Oktober 2013 pukul 20.15 WITA.
Deman, M. John, 1997, Kimia Makanan, Institut
Teknologi Bandung , Bandung.
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J., 2006, Schaum’s
Outlines Biologi Edisi Kedua, Penerbit Eralangga, Jakarta.
Katili, A. S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kolagen
(online), (http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/587), Jurnal Penelitian, Vol : 2 (5),
Hal : 19-29, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Khoiriah, N., 2012, Uji Reaksi Protein (online), (http://nissakhoiriah.blogspot.com), diakses pada tanggal 21 Oktober
2013 pukul 20.17 WITA.
Kuchel, P. dan Ralston G. B., 2006, Biokimia Schaum’s
Easy Outlines, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah
Harapan Press, Makassar.
Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus
pada Ternak Ayam Pedaging (online), (http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2),
Hal : 42-48, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Sri,
2012, Praktikum Reaksi Uji Protein (online), (http://ruanglingkupgurukimia.
blogspot.com),
Diakses
pada tanggal 21 Oktober 2013 pukul 20.21 WIT
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.3
Alat dan Bahan
III.I.1 Alat-alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes,
III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah larutan protein (glisin, asam aspartat,
alanin, dan albumin), HgCl2 0,2 M, (CH3COO)2Pb
0,2 M, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, etanol 95%, dan buffer pH 4,7.
Komentar
Posting Komentar