Langsung ke konten utama

“MUAL DAN MUNTAH”

 

Dosen pengampu  :  Nur Alim,S.Si., M.Si., Apt.

 

MAKALAH FARMAKOTERAPI

MUAL DAN MUNTAH

 

 

 

 

 

 

OLEH :

 

1.    MUHAJIR                            15031014079

2.    NURFITRIANA                   15031014077

3.    AYU WARDAH                   15031014099

4.    SARINA RINJANI              15031014088

5.    RISMA RAMADHANI        15031014075

6.    FIA OKTAVIANI                 15031014086

 

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAM  ALAM

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR

2017

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah  tentang MUAL DAN MUNTAH.

             Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

              Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

              Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang MUAL DAN MUNTAH ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

 

Makassar, 19 oktober  2017

                                                                                               

 

                                                                            Penulis

 

 

 

 

DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
  2. Rumusan Masalah
  3. Tujuan

BAB II  PEMBAHASAN

A.   Defenisi Mual Dan Muntah

B.   Jenis-Jenis Muntah (Tan.2008)

C.   Etiologi dan Patofisiologi

D.   Faktor Resiko

E.   Penyebab Muntah

F.    Algoritma Penyembuhan Mual dan Muntah

G.   Mekanisme mual dan muntah

H.   Penatalaksanaan Terapi

I.      Obat

BAB III PENUTUP

A.   Kesimpulan

B.   Saran

DAFTAR PUSTAKA

 

BAB 1

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Mual adalah perasaan yang sangat tidak menyenangkan yang memicu seseorang untuk ingin muntah. Muntah adalah pengeluaran isi lambung yang dibantu dengan kontraksi otot yang kuat. Mual dan muntah bukanlah suatu penyakit. Mual dan muntah adalah gejala dari kondisi penyakit lain yang perlu dicari penyebabnya. Ini terkait dengan perasaan mual dan kontraksi yang kuat dari otot-otot perut. Muntah berbeda dengan regurgitasi. Regurgitasi adalah kembalinya isi lambung ke kerongkongan tanpa perlu merasa sakit atau mual dan tanpa kontraksi otot perut yang kuat.

Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetric dan dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan gejala fisiologis.

B.   Rumusan Masalah

1.    Apa defenisi mual dan muntah ?

2.    Apa saja penyebab terjadinya mual muntah ?

3.    Bagaimana gejala mual dan muntah ?

4.    Bagaimana diagnosa dan pengobatan mual dan muntah ?

5.    Apa faktor resiko pada mual dan muntah ?

C.   Tujuan

1.    Untuk mengetahui defenisi mual dan muntah

2.    Untuk mengetahui penyebab terjadinya mual muntah

3.    Untuk mengetahui gejala mual dan muntah

4.    Untuk mengetahui diagnosa dan pengobatan mual dan muntah

5.    Untuk mengetahui factor resiko mual dan muntah

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Defenisi Mual Dan Muntah

Mual sering kali diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang dirasakan ditenggorokan dan didaerah sekitar lambung yang menandakan kepada seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi lambung melalui mulut yang sering kali membutuhkan dorongan yang sangat kuat (Sukandar.2008).

Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah. Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut. Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering disertai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis termasuk diaphoresis, air liur, bradikardia, pucat dan penurunan tingkat pernapasan. Muntah didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui mulut, seringkali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro et al., 2015).

 

 

 

B.   Jenis-Jenis Muntah (Tan.2008)

1.    Mabuk darat

Penyebabnya diperkirakan bahwa gesekan dalam kendaraan merangsang secara berlebihan. Labirin dibagian dalam telinga dan kemudian juga pusat muntah melalui CTZ atau dengan kata lain terjadi khususnya menyangkut pertentangan antara mata dengan indra perasa yang sebenarnta harus bekerja sama dengan organ keseimbangan (labirin) yang pada mabuk darat (jalan) memegang peranan esensial.

2.    Muntah kehamilan

Jenis muntah ini biasanya terjadi antara minggu ke-6 dan ke-14 dari masa kehamilan akibat kenaikan pesat dari HGC (human chorion gonadtropin). Gejalanya pada umumnya tidak hebat dan hilang dengan sendirinya maka sedapat mungkin jangan doibati agar tidak mengganggu perkembangan janin.

3.    Muntah akibat sitostatika

Disebabkan oleh ransangan lansung dari CTZ stimulant dan retroperistaltik dan pelepasan sitokronik disaluran lambung usus.

4.    Muntah akibat radioterapi dan pasca bedah

Muntah post operatif terjadi untuk sebagian besar tergantung dari anestetika yang digunakan dan jenis pembedahan yang digunakan terutama adalah zat-zat antagonis DA dan antagonis serotonim.

C.   Etiologi dan Patofisiologi

-       Etiologi

1.    Penyakit psikogenik

2.    Proses sentral tak langsung (misalnya obat-obatan, kehamilan)

3.    Proses-proses sentral (misalnya tumor otak)

4.    Penyakit perifer (peritonitis)

5.    Iritasi lambung atau usus

-       Patofisiologi

Muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat muntah terletak di bagian dorsal lateral dari formasio retikularis medula oblongata, yaitu pada tingkat nukleus motorik dorsal dari saraf vagus. Pusat ini terletak dekat dengan pusatvasomotor, pernapasan dan salivasi. Pusat muntah menerima impuls dari CTZ(Chemoreceptor Trigger Zone), hipotalamus, korteks serebri dan areavestibular. Alat keseimbangan dapat terserang akibat proses-proses sentral atau perifer. Peranan dari pusat muntah adalah untuk mengkoordinir semua komponen kompleks yang telibat dalam proses muntah. Stimulus psikologis, neurologik, refleks, endokrin, dan kimiawi dapat menyebabkan muntah. Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam.Sfingter esofagus dan relaksasi, laring dan palatum mole terangkat, dan glotis menutup.Selanjutnya diafragma akan berkontrasi dan menurun, dan dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung, sehingga isinya dimuntahkan. Peristiwa ini di dahului oleh stasis lambung dan kontraksi duodenum dan antrum lambung. Muntah sering kali disertai dengan gejala-gejala dan tanda vasomotorik. Mual dirasakan sebagaisensasi tidak enak di epigastrium, di belakang tenggorokan dan di perut. Sensasi mualbiasanya disertai dengan berkurangnya motilitas lambung dan peningkatan kontraksiduodenum. Mual masih dapat terjadi bahkan setelah gastrektomi. Mual biasanya disusul muntah, namun keduanya tidak selalu harus terjadi bersama-sama. Mual kronik dapat terjadi tanpa adanya muntah, pada kasus-kasus muntah sentral, muntah terjadi tanpa di dahului oleh mual.

 

 

 

D.   Fakor Resiko

1)   Faktor pasien

a.   Umur : infant (5%), anak di bawah 5 tahun (25%), anak 6-16 tahun (42- 51%) dan dewasa (14-40%)

b.   Jenis kelamin : wanita dewasa 3 kali lebih berisiko dibanding laki-laki  (kemungkinan disebabkan oleh hormon)

c.   Obesitas : BMI > 30 menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal yang             disebabkan   karena            adanya           refluks            esofagus       yang dapat menyebabkan PONV

d.   Merokok : kejadian PONV lebih berisiko pada pasien yang tidak merokok

e.   Kelainan metabolik (diabetes militus) : akibat waktu penundaan pengosongan lambung dapat menyebabkan terjadinya PONV

f.     Riwayat mual dan muntah sebelumnya : pasien dengan riwayat PONV sebelumnya memiliki potensi yang lebih baik terhadap kejadian mual dan muntah

g.   Kecemasan : akibat pasien cemas tanpa disadari udara dapat masuk sehingga   dapat             menyebabkan distensi lambung   yang dapat mengakibatkan PONV

2)   Faktor prosedur

a.   Operasi mata

b.   Operasi tht

c.   Operasi gigi

d.   Operasi payudara

e.   Operasi laparoskopi

f.     Operasi strabismus

Durasi operasi yang lama dapat meningkatkan pemaparan obat-obatan anestesi dalam tubuh sehingga memiliki risiko yang tinggi terhadap kejadian mual dan muntah pasca operasi. Prosedur pembedahan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. 3)Faktor anestesi

a.       Premedikasi

Pemberian opioid pada pasien dapat meningkatkan kejadian PONV. Reseptor opioid terdapat di Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) yang dapat menimbulkan efek GABA meningkat. Akibat peningkatan GABA dapat  menyebabkan aktifitas dopaminergik menurun sehingga terjadi pelepasan 5-HT3  di otak.

b.      Obat anestesi inhalasi 

Kejadian PONV akibat pemberian obat anestesi inhalasi tetap didasarkan atas lamanya pasien terpapar obat-obat anestesi selama menjalani operasi. Tetapi biasanya terjadi dalam beberapa jam pasca operasi.

c.       Obat anestesi intravena

Pemberian propofol dapat menurunkan PONV. Walaupun cara kerja propofol belum di ketahui, tetapi sebagian besar menyebutkan bahwa propofol dapat menghambat antagonis dopamin D2 di area postrema.

d.      Regional anestesi

Tehnik regional anestesi lebih menguntungkan dibandingkan dengan tehnik general anestesi. Kejadian hipotensi dapat menyebabkan batang otak iskemik sehingga dapat meningkatkan kejadian PONV. Namun kejadian PONV pada tehnik regional anestesi ini dapat diturunkan dengan pemberian opioid yang bersifat lipofilik.

e.      Nyeri pasca operasi

Mual pasca operasi disebabkan akibat pengosongan lambung yang terjadi karena adanya nyeri. Selain itu perubahan posisi pasien pasca operasi dapat menimbulkan PONV.

E.   Penyebab Muntah

1.    Nausea

Merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ-organ dalam, labirin, atau emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.

2.    Retching

Merupakan fase di mana terjadi gerak nafas pasmodik dengan glotis tertutup, bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma sehinggamenimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.

3.    Emesis

Terjadi bila fase retching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi kuatotot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diafragma, disertai penekanan mekanismeanti refluks. Pada fase ini, pilorus dan antrum berkontraksi, fundus dan eksofagus relaksasi,dan mulut terbuka.

Obat-obat yang dapat menyebabkan mual dan muntah, seperti obat kemoterapikanker, opioid, NSAID, antibiotik, dan estrogen dapat menyebabkan mual dan muntah.Pengobatan yang lain, seperti penggunaan digitalis atau teofilin, dapat menyebabkan mualmuntah seperti pada orang keracunan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F.    Algoritma Penyembuhan Mual Dan Muntah

 

G.   Mekanisme Mual Dan Muntah

Mual dan muntah disebabkan oleh berbagai stimulasi pada pusat muntah di medulla oblongata. Pusat muntah menerima impuls afferen dari CTZ yang melalui stimulasi langsung maupun tidak langsung pada saluran pencernaan. Pada daerah pusat muntah tersebut banyak terdapat reseptor-reseptor yang berperan dalam proses mual dan muntah, dan antiemetik umumnya  bekerja menghambat neurotransmiter pada reseptor tersebut. Impuls efferen melalui saraf kranialis V, VII, IX, X dan XII menuju le saluran gastrointestinal dapat menimbulkan mual dan muntah.

1.    Stimulasi langsung saluran cerna misalnya pemakaian N2O

Akibat gangguan peristaltik dan pelintasan lambung akan menyebabkan terjadinya dispepsi dan mual. Apabila gangguan menghebat, melalui saraf vagus dapat merangsang terjadinya muntah.

2.    Stimulasi tidak langsung pada CTZ

Obat-obat anestesi inhalasi dan opioid merangsang pusat muntah secara tidak langsung melalui kemoreseptor ini.

3.    Stimulasi tidak langsung melalui korteks serebri yang lebih tinggi disebabkan oleh : perasaan cemas, takut, nyeri dan respon sensoris lain.

 

 

 

Gambar 1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1.

 

Mekanisme yang terjadi pada PONV

 

Distensi traktus biliaris

gastrointestinal, iritasi mukosa

peritoneal atau infeksi

 

S

erabut afferent (>>

reseptor

 

serotonin)

 

Sistem vestibuler (>> reseptor histamin

H

1

 

& kolinergik muskarinik)

 

Infeksi

 

Perubahan emosiona

l

 

Pusat CNS (cortex)

meningkat

 

Ob

at

-

obatan

dan

kemoterapi

, hipoksia,

uremia, asidosis dan

terapi

 

radiasi

 

Chemoreceptor Trigger Zone

 

CTZ) di area postrema dari

(

 

reseptor

(>>

medulla

serotonin &

 

dopamin D2)

 

“Pusat Muntah”

 

(

Daerah medulla oblongata

 

nukleus salivarius,

berdekatan

 dengan formasio retikularis lateralis)

 

Mengkoordinasi pernafasan salivasi dan pusat vasomotor serta

inervasi nervus vagus dari traktus gastrointestinal

 

 

 

H.   Penatalaksanaan Terapi

 Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetika adalah untuk mencegah atau menghilangkan mual dan muntah; dan seharusnya tanpa timbulnya efek samping atau efek yang tidak dikehendaki secara klinis (Sukandar, 2008: 378).

-       Terapi Non Farmakologi(Sukandar, 2008: 381).

1.    Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi makanan dan minuman, dianjurkan menghindari masuknya makanan

2.    Intervensi non farmakologi diklasifgikasikan sebagai intervensi p erilaku termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis, distraksi kognitif dan desensitisasi siseimatik

3.    Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik

-       Terapi Farmakologi(Sukandar. 2008: 381-384)

1.    Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikanuntuk mengobati mual muntah. Untuk pasien yang bisa mematuhi pemberiandosis oral, obat yang sesuai dan efektif dapat dipilih tetapi karena beberapa pasien tidak dapat  menggunakan obat oral, obat oral tidak sesuai. Pada pasientersebut ddisarankan penggunaan obat secara rectal atau parenteral.

2.    Untuk sebagian besar kondisi, dianjurkan antiemetik tunggal; tetapi bla pasien tidak memberikan respon dan pada pasien yang mendapat kemoterapiemetonik kuat, biasanya dibutuhkan regimen multi obat.

3.    Terapi mual-muntah simpel biasanya membutuhkan terapi minimal. Obat bebas atau resesp berguna pada terapi ini pada dosis lazim efektif yang rendah

4.    Penanganan mual-muntah komplek membutuhkan terai obat yang bekerjakuat, mungkin lebih dari 1 obat emetic

-       Prinsip-prinsip umum penatalaksanaan terapi:

1.    Seringkali mual dan muntah berkaitan dengan suatu infeksi usus yang dapatsembuh sendiri atau kebanyakan makan atau minum alkohol. Keadaan-keadaan initidak memerlukan pengobatan spesifik.

2.    Mual dan muntah yang menetap dihubungkan dengan stasis lambung. Stasislambung menyebabkan perlambatan absorpsi dari emetik-emetik atau obat-obat lainyang diberikan secara per-oral, ini merupakan salah satu sebab mengapa anti-emetik diberikan per-injeksi.

3.    Bila muntah menetap, maka obat-obatan yang diberikan melalui oral akan hilang percuma jika pasien muntah.

4.    Dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa harus diobati secaratepat. Cairan intravena harus diberikan pada kasus-kasus yang mengalamidehidrasi, yaitu cairan garam isotonik dengan tambahan kalium.

5.    Kasus-kasus mual dan muntah akibat pemberian obat dapat diatasi denganmemberikan obat tersebut bersama makanan atau dengan pemberian anti-emetik seperti metoklopramid secara teratur.

6.    Retching yaitu muntah tanpa isi yang dikeluarkan, lebih  mengganggu daripada itusendiri. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan sedikit cairan, air garam,atau susu, dalam interval yang teratur

7.    Antasid efektif pada mual menetap yang diinduksi oleh obat, karena dapatmeningkatkan laju pengosongan lambung.

8.    Semua pasien yang mendapat anti-emetik harus diperingatkan akan kemungkinanterjadinya sedasi. Pasien-pasien ini harus diingatkan untuk berhati-hati jikamengemudi, menjalankan peralatan yang berbahaya dan lain-lain.

9.    Pada kasus-kasus mual dan muntah yang berat dan menetap, pengalaman klinismenunjukkan bahwa pemberian kombinasi anti-emetik cukup efektif. Hal iniagaknya disebabkan oleh fakta bahwa anti-emetik tersebut bekerja pada reseptor yang berbeda.

10. Pasien-pasien dengan penyebab muntah yang bersifat mekanik, seringkali tidak  berespons terhadap anti-emetik. Fenotiazin tidak berguna dalam mengobati mabuk mperjalanan, sementara obat-obatan antikolinergik dan antihistamin tampaknyadapat berefek (Walsh, 1997: 313-314)

I.       Obat

Antasid

1.      Antasid OTC tunggal atau kombinasi, terutama yang mengandung magnesium hidroksida,aluminium hidroksida, dan atau kalsium karbonat, mungkin memberikan perbaikan yang cukup pada mual / muntah, terutama lewat penetralan asam lambung.

2.      Dosis umum adalah satu atau lebih dosis kecil antasid tunggal atau kombinasi.

Antihistamin, antikolinergik

1.    Antagonis H2 : simetidin, famotidin, nizatidin, ranitidine, mungkin dapat digunakan padadosis rendah untuk mual / muntah simple yang berkaitan dengan heartburn.

2.    Antihistamin dan antikolinergik mungkin cocok untuk terapi simtomatis simple.

3.    Reaksi yang tidak diinginkan termasuk mengantuk, bingung, pandangan, kabur, mulutkering, retensi urin, pada orang tua mungkin takikardia.

Fenotiazin

1.    Untuk pasien mual ringan atau yang mendapat kemoterapi ringan.

2.    Pemberian rectal lebih disarankan bila parenteral tidak praktis dan oral tidak dapatditerima.

3.    Pada beberapa pasien, dosis rendah tidak efektif, sedangkan dosis tinggi fenotiazinmungkin menyebabkan resiko.

4.    Yang dapat terjadi: reaksi ekstrapiramidal, reaksi hipersensitivitas: disfungsi hati, aplasiasumsum tulang dan sedasi berlebihan.

Kostikosteroid

1.    Kortikosteroid sukses untuk menangani mual muntah karena kemoterapi dan setelahoperasi dengan sedikit problem.

2.    Reaksi yang tidak diinginkan: perubahan mood dari cemas sampai euphoria, sakit kepala,rasa metal di mulut, perut tidak nyaman dan hiperglikemia.

 

 

 

Metoclopramid

1.    Meningkatkan tonus sfingter esophagus, membantu pengosongan lambung danmeningkatkan perpindahan usus halus, kemungkinan lewat penglepasan asetilkolin.

2.    Karena efek samping (efek ekstrapiramidal) pemberian IV difenhidramin 25-50mg harusdiberikan pencegahan atau antisipasi efek tersebut.

Reseptor penghambat serotonin selektif / Selective Serotonin Reseptor Inhibitor (SSRI).

1.    Ondansetron, granisetron, dolasetron, palonosetron

2.    Mekanisme kerja SSRI menghambat reseptor serotonin pre sinap di saraf sensoris vagus disaluran cerna.

Kemoterapi memicu terjadinya mual dan muntah / Chemotherapy Induced Nausea –Vomiting (CINV)

1.    Pasien yang menerima terapi regimen tingkat 2, dapat menggunakan deksametason 8 – 20mg, Iv atau oral sebagai pencegah mual-muntah. Proklorperazin 10 mg, IV atau oral jugadapat digunakan pada orang dewasa sebagai pilihan.

2.    Pasien anak atau dewasa yang menerima terapi tingkat 3 – 5, harus menggunakankombinasi deksametason dan SSRI.

3.    Ondansetron dapat diberikan secara IV 30 menit sebelum kemoterapi. Harus digunakandosis efektif terkecil, 8 – 32 mg. terapi oral disarankan 8 – 24 mg, 30 menit sebelumkemoterapi.

4.    Pada dewasa dan anak di atas 2 tahun, granisetron dapat diberikan secara infus IV 10mcg/kgBB selama 5 menit, 30 menit sebelum diberikan kemoterapi, hanya pada pemberiankemoterapi. Pada dewasa dapat diberikan granisetron 1 – 2 mg per oral.

5.    Dolasetron dapat diberikan dalam dosis tunggal 1,8 mg/kg pada orang dewasa atau dalamdosis tetap 100 mg IV dalam 30 detik atau infus (diencerkan) 15 menit. Untuk anak umur 2 – 16 tahun dolasentron dapat diberikan dengan dosis sama.

6.    Aprepitan, reseptor antagonis senyawa P/NK1, dikombinasi dengan SSRI dankortikosteroid, per oral (125 mg hari 1 dan 80 mg hari ke 2 dan ke 3) menunjukkanefektivitas akut pada pengendalian mual muntal akibat regimen dasar sisplatin dosis tinggi.

7.    Pilihan lain unutk mencegah mual-muntah sebelum kemoterapi adalah palonestron 025 mgIV selama 30 detik, 30 menit sebelum kemoterapi.

8.    Pasien – pasien yang mengalami mual – muntah, selain mendapat terapi profilaksis jugadiberikan proklorperazin, lorazepam atau kortikosteroid direkmendasikan untuk pasienanak. SSRI tidak lebih unggul dari terapi antiemetik konvensional untuk terapi gejalasesudah kemoterapi.

9.    Deksametason, metoklopramid atau SSRI direkomendasikan untuk emesis post kemoterapi yang muncul terlambat.

Benzodiasepin

1.  Benzodiazepin terutama lorazepam, terapi alternatif yang terbaik untuk mengantisipasi mual muntah karena kemoterapi. Dosisregimen,satu dosis satu malam sebelum kemoterapi dandosis ganda pada setiap terapi kemoterapi.

Mual-muntah sesudah operasi

1.    Dengan atau tanpa terapi emetik, metode non farmakologi (mengatur gerakan, perhatian pada pemberian cairan dan pengedalian nyeri) dapat efektif menurunkan emesis sesudah operasi.

2.    Antagonis serotonin selektif efektif untuk mencegah mualmuntah sesudah operasi,tetapi biayanya lebiih tinggi dibanding antiemetik lainnya.

Mual – muntah akibat radiasi

1.    Pasien yang menerima radiasi hemibodi atau radiasi dosis tinggi tunggal pada daerah peruatas, harus menerima terapi profilaksis granisetron 2mg atau ondansetron 8 mg.Emesis karena gangguan keseimbangan.

Emesis karena gangguan keseimbangan

1.    Emesis karena gangguan keseimbanganefektif diatasi oleh antihistamin-antikolinergik terutama skopolamin transdermal.

2.    Antihistamin atau antikolinergik nampaknya tidak cukup bermanfaat untuk motion sickness.

Antiemetic selama kehamilan

1.    Obat yang umum digunakan adalah fenotiazin (prokloperazin, prometazin), antihistamin-antikolinergik (dimenhidrinat, dipenhidramin, meklizin, skopolamin), metoklopramid dan piridoksi.

2.    Efikasi antiemetik dipertanyakan, sementara pengendalian cara lain seperti pengaturancairan dan elektrolit, suplemen vitamin dan bantuan penurunan keluhan psikosomatik, lebihdirekomendasikan.

3.    Pertimbangan teratogenik sangat diperhatikan, dan faktor penentu pilihan obat.Dimenhidrinat, diphenhidramin, doksilamin, hidroksizin, dan meklizin adalah obat yangtidak teratogenik.

Antiemetic untuk anak-anak

1.    Efektifitas dan efikasi regimen SSRI untuk antiemetik anak telah ditegakan tapi dosis belum ditegakan.

2.    Penanganan lebih ditekankan pada penggantian cairan tubuh dari terapi farmakologi

Antagonis Reseptor H2

Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam lambung dengan cara berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parientallambung. Bila histamin berikatan dengan H2 maka akan dihasilkan asam. Dengan di blokirnya tempat ikatan antara histamin dan reseptor digantikan dengan obat-obat ini, maka asam tidak akan dihasilkan. Efek samping obat golongan ini yaitu diare, sakitkepala, kantuk, lesu, sakit pada otot dan konstipasi (Wiseno. 2010;13)

Obat-obat Antagonis H2 (Wiseno. 2010;13):

Obat

Dosis

Frekuensi

Simetidin

perOral 300 mg atau

400 mg

800 mg

IV 300 mg

4 x sehari

2 x sehari

1 x sehari

4 x sehari

Ranitidin

PerOral 180 mg atau

300 mg

Iv 50 mg

2 x sehari

1 x sehari

3 – 4 x sehari

Famotidin

perOral 20 mg atau

40 mg

2 x sehari

1 x sehari

Nizatidin

PerOral 150 mg atau

300 mg

2 x sehari

1     x sehari

a.    Simetidin (Sukandar. 2008: 385)

Indikas          : Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak stomal, refluks esofagitis, sindrom Zollinger Ellison, kondisi lain dimanapengurangan asam lambung akan bermanfaat.

Peringatan     : lihat keterangan diatas, gangguan ginjal dan hati (kurangi dosis, kehamilan dan menyusui; injeksi intravena lebih baik dihindari (infuse lebih baik), terutama pada dosisi tinggi (kadang-kadang dapat menyebabkan aritmia) dan pada gangguan kardiovaskular.

Interaksi           :  lihat keterangan diatas

Efek samping  :  kebisaan buang air besar berubah, pusing, ruam kulit, letih,keadaan bingung yang reversible, kerusakan hati yang reversible, sakit kepala, jarang terjadi gangguan darah (termasuk trombositepani, agranulositosis, dan anemia aplastik), nyeri otot atau sendi, hipersensitivitas, bradikardi dan blok AV; nefritis interstitial dan pankreatilis akut pernah dilaporkan; ginekomastia kadang-kadang juga menjadi masalah dengan simetidin (tetapi biasanya hanya terjadi pada dosis tinggi) dan impotensi yang reversible juga pernah dilaporkan (lihat jiuga keterangan diatas)

Dosis        :   oral 400 mg 2 kali sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur malam) atau 800 mg sebelum tidur malam (tukak lambung dan tukak duodenum) paling sedikit selama 4 minggu (6 minggu pada tukak lambung, 8 minggu pada tukak akibat AINS); bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mg 4 kali sehari atau kadang-kadang (missal seperti pada tukak stress) sampai maksimal 2,4 g sehari dalam dosis terbagi; anak lebih dari 1 tahun, 25-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.

Pemeliharaan : 400 mg sebelum tidur malam atau 400 mg setelah makan pagi dan sebelum tidur. Sediaan yang beredar (ISO. 2009) : Cimetidin (generic), Corsamet®, Decament®, Gastricon®, Licoment®, Nulcer®, dll

b.  Famotidin (Sukandar. 2008: 385)

Indikasi          : Tukak lambung dan tukaka duodenum, refluks  esofagitis, sindrom Zollinger Ellison.

Peringatan      : Lihat pada simetidin; tidak menghambat metabolism  obat mikrosoma hati

Efek samping  : Lihat pada simetidin dan keterangan diatas

Dosis              : Tukak dan duodenum, pengobatan 40 mg sebelum  tidur malam selama 4-8 minggu pemeliharaan 9duodenum), 20 mg sebelum tidur malam, anak-anak tidak dianjurkan. Refluks esofaginitis, 20-40 mg 2 kali sehari selama 6-12 minggu, pemeliharaan 20 mg 2 kali sehari.

c.    Nizatidin (Sukandar. 2008: 387)

     Indikasi          :  Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis

Peringatan       : Lihat pada simetidin, tidak menghambat metabolism obat mikrosoma hati

Efek samping : Lihat pada simetidin, berkeringat juga pernah dilaporkan, ginekomastia (jarang)

Dosis                 : Oral tukak lambung dan tukaan duodenum, pengobatan 300 mg sebelum tidur malam atau 150 mg 2 kali sehari selama 4-8 minggu (sampai 8 minggu pada tukak akibat AINS); pemeliharaan 150 mg sebelum tidur malam; anak-anak tidak dianjurkan. Refluks esofagitis, 150-300 mg 2 kali sehari selama sampai 12 minggu. IV untuk penggunaan jangka pendek pada tukak lambung pasien rawat inap sebagai alternative terhadap penggunaan oral, dengan cara infuse IV berselang selama 15 minit, 100 mg 3 kali sehari atau dengan cara infuse IV berkesinambungan, 10 mg/ jam. Maksimal 480 mg sehari,anak-anak tidak dianjurkan.

4.    Ranitidine (Sukandar. 2008: 387).

Indikasi                  : Tukak lambung dan tukan duodenum, refluks, esofagitis, dispepsis episodic kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan bermanfaat

Peringatan           :    Lihat pada simetidin, tidak menghambat metabolism obat mikrosoma hati secara nyata hindarkan pada porfiria.

Efek samping       :    Lihat pada simetidin dan keterangan diatas, ginekomastia dan nyeri tekan pada laki-laki (jarang) multiform pernah dilaporkan.

Sediaan beredar    :  Ranitidin (generic), Gastridin®, Graseri®, Radin®, Rantin®, Renatac®, Tricker®, Ulceranin®, Zantadin®.

b.    Antimuskarinik Yang Selektif (Sukandar. 2008: 389)

Pirazepin adalah suatu obat antimuskarinik yang selektif yang telah digunakan untuk mengobati tukak lambung dan duodenum.

Indikasi                     : Tukak lambung dan duodenum

Peringatan                : Gangguan hati atau ginjal pecandu alcohol

Kontra indikasi    : Pemberian bersama obat antiinflamasi  nonsteroid  (menimbulkan toksisitas yang fatal).

Efek samping       : Leukopenia, trombositopenia, ulserasi mulut,  stomatitis, diare, depresi sumsum tulang, kerusakan hati dan ginjal, osteoporosos, reaksi paru dan neutrotoksik

Dosis                       : Oral, 50 mg 2 kali sehari, kisaran lazim 50-150 mg  sehari dalam dosis terbagi selama 4-6 minggu

Sediaan beredar  :   Gastrozepin (Schering Indonesia) Tablet 25 mg (K) dan  Pirezepin (Ultrax* Darya Varia) Tablet 50 mg (K).

 

 

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

 

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :

1.    Mual sering kali diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang dirasakan ditenggorokan dan didaerah sekitar lambung yang menandakan kepada seseorang bahwa ia akan segera muntah

2.    Adapun penyebab terjadinya mual dan muntah yaitu Neusea, retching, emesis

3.   Adapun factor resiko pada mual dan muntah yaitu : Faktor pasien dan faktor prosedur. Factor pasien seperti umur, jenis kelamin, obesitas, merokok, kelainan metabolik (diabetes militus), riwayat mual dan muntah sebelumnya, dan kecemasan. Sedangkan factor prosedur seperti operasi mata, operasi tht, operasi gigi, operasi payudara, operasi laparoskopi, dan operasi strabismus.

B. Saran

Dengan terselesainya makala ini saya ucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membatu dan dengan selesainya makala ini juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan dalam pembahasan dikarenakan beberapa faktor. Oleh,karena itu untuk kesempurnaan makalah ini penulis sangat membutuhkan saran dan masukan dari pihak pembaca yang bersifat membangun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29669/4/Chapter%20II.pdf

Anonin. 2009. Informasi Spesialite Obat. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan

Neal M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi V. Penerbit Erlangga.Jakarta.

Wiseno Putri. 2010. Skripsi : Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Tukak Peptik (Peptic Ulcer disease) Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2008. Surakarta: Fakultas Farmasi UMS

Sukandar,E.Y dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFILinn

Tan. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Alex Media Kompetindo

Walsh,T.D. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uraian Bahan Laporan Analisis Farmasi

B.   Uraian Bahan 1.   Aquadest ( FI . III ; 96) Nama resmi           :   AQUA DESTILLATA Nama lain             :   Air suling R M /B M                   :   H 2 O / 18.02 Pemerian   ....... : .. Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,   tidak   mempunyai rasa Kelarutan               :   Larut dengan semua jenis larutan Penyimpanan      :   Dalam wadah tertutup baik Kegunaan                         :   Sebagai pelarut 2.   H Cl ( FI. III ; 53 ) Nama resmi             : ACI...

Uraian Sampel Aquadest ( Ditjen POM, 1995)

  B. Uraian Sampel 1.     Aquadest ( D itjen POM , 1995) Nama resmi                            : AQUADESTILLATA Nama lain                               : air suling RM/BM                                    : H 2 O / 18,02 R B                                           : H – O - H   Pemeria n      ...

Ayat-ayat Al-Qur’an mengenai ilmu kimia/farmasi

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran merupakan Kalamullah (Perkataan/Firman Allah S.w.t) yang bagi kita ummat muslim sudah tidak ada keraguan padanya. Al-Quran banyak sekali menyimpan rahasia dan seiring dengan perkembangan zaman, berjalanya waktu maka semakin membuktikan kebenaran Kitab Allah S.w.t. Di dalam Al-Quran tentunya sangat menganjurkan kita untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memanfaatkan nya dengan sebaik-baiknya. Terkhusus kali ini kita akan memperluas khasanah pengetuhuan kita tentang ilmu kimia atau farmasi serta pentingnya memelihara kebersihan bagi seorang muslim, yang tentunya semakin membuktikan keben a ran dan InsyaAllah akan men am bah keimanan kita akan kitabullah Al-quran al kariim. B.      Rumusan Masalah 1.       Apa itu ilmu kimia/...