Langsung ke konten utama

Hipertensi` Diabetes Melitus`

 A.1 Definisi Penyakit

            Hipertensi adalah suatu kondisi meningktanya tekanan darah yang persisten (terus menerus) (ISO Farmakoterapi : 119).

            Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistol, yang tingginya tergantung uur individu yang terkena (Patofisiologi medik : 94 ).

            Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah pada arteri yang disebarkan keseluruh tubuh       ( Dipiro 6 : 185 ).

            Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit degenerative yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah sebagai akibat terganggunya produksi atau fungsi insulin (Pharmaceutical care : 80).

            Diabetes Melitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia disertai peningkatan kadar glukosa darah  atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau prospandial ≥ 200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL) (Farmakologi dan Terapi : 485).

            Diabetes Melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormone yang mengakibatkan sel-sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah (Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Para Medis : 293).

A.2 Klasifikasi

Hipertensi

Menurut Dipiro 6 : 186

1.    Hipertensi Essensial ( Primer ) Biasanya karena Genetik yang terjadi karena keturunan atau diturunkan dari keluarganya

2.    Hipertensi Sekunder Biasanya dipengaruhi beberapa hal misalnya makanan, fungsi ginjal dll.

Menurut Iso Farmakoterapi : 119

Klasifikasi

SIstolik (mmHg)

Distolik (mmHg)

Normal

˂ 120

˂ 80

Prehipertensi

120 – 139

80 – 89

Tahap 1 Hipertensi

140 – 149

90 – 99

Tahap 2 Hipertensi

˃ 160

˃ 100

Diabetes Melitus

1.    Diabetes Melitus tipe 1

Terjadi terjadi dekstruksi sel β pangkreas umumnya menjurus kearah defisiensi insulin absolut melalui proses imunologi (otoimunologi), ideopatik.

2.    Diabetes Melitus tipe 2

Bervariasi mulai yang perdominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistennsi insulin.

3.    Diabetes Melitus tipe lain

Defek Genetik fungsi sel β, Defek Genetik kerja insulin, karena obat atau zat kimia, Penyakit eksokrin Pankreas, Endolrinopati.

4.    Diabetes Melitus Gastesional

Diabetes yang muncul pada masa kehamilan umumnya bersifat sementara tetapi merupakan factor resiko untuk DM Tipe 2.

A.3 Etiologi dan Patofisiologi

Hipertensi

Menurut patofisiologi : 95

a)    Usia : Hipertensi dapat meningkta dengan meningkatnya usia

b)    Jenis kelamin : pada umumnya resiko lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita padaa usia produktif namun pada wanita umur 65 tahun keatas maka resiko lebih tinggi pada wanita

c)    Ras : Hipertensi pada orang kulit hitam dua kali lebih rentan dibandingkan kulit putih

d)    Pola hidup : pendidikan, penghasilan.

Menurut Farnakologi bergambar : 181

a)    Lingkungan : gaya gidup setres, diet tinggi natrium

b)    Kegemukan dan meroko merupakan factor predisposisi

Diabetes Melitus

Menurut Pharmaceutical care : 13 – 18

a)    Diabetes Melitus tipe 1 terjadi karena gangguan produksi insulin karena kerusakan sel sel  β pulau langerhans yang disebabkan oleh reaksi ptoimun, namun adapula disebabkan oleh bermacam-macam virus, misalnya virus Harves, Rubella dll.

b)    Diabetes Melitus tipe 2 merupakan multifactor, misalnya factor Genetik, dan pengaruh lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya Dm tipe 2 antara lain Oesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan

Umumnya dapat dideteksi insulin dalam darahnya yang cukup, serta glukosa yang cukup tinggi, bukan karena kurangnya sekresi insulin namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal keadaan ini lazim disebut “Resistensi Insulin”, Dm tipe 2 dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatic yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel – sel β langerhanssecara otoimun.

c)    Diabetes Melitus Gstasional merupakan suatu Keadaan diabetes atau toleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya hanya berlangsung hanya sementara atau temporer, sekitar 4 – 5 % wanita hamil diketahui mengalami GDM, dan pada umumnya terdeteksi pada tramister kedu.

Umumnya da[at pulih kembali bebrapa saat setelah melahirkan, namun dpat berakibat buruk bagi bayi yang dikandung akibatnya antara lain malformasi kongenital, peningkatan berat badan bayi.

A 4 Faktor Resiko

Hipertensi

Menurut patofisiologi : 95 - 96

a)    Faktor Genetik : Dibandingkan Orang kulit putih, orang kulir hitam di negara barat lebih bnyak menderuta hipertensi, lebih tinggi hipertensinya dan lebih besar tingkat morbiditasnya maupun mmortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitanya hipertensi dengan perbedaan genetik.

b)    Jenis kelamin : hipertensi lebih jarang ditemikan pada perempuan pre-monopouse disbanding pria ynag menunjukkan adanya pengaruh hormone

c)    Faktor lingkungan : Perbedaan tekanan darah antar apopulasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju

d)    Umur : semakin bertambahnya umur manusia maka semakin rentann terkena penyakit.

e)    Serta factor yang dapat diubah dan dikontrol misalnya kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, kurang aktifitas fisik, stress dan penggunaan estrogen.

Daibetes Melitus

Ø  Menurut Pharmaceutical care : 19 – 20

a)    Riwayat           : Diabetes dalam keluarga, diabetes gastasional, melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg, kista ovarium, IFG (Impaired Fasting Glucose ),

b)    Obesitas          : ˃ 120 % berat badan ideal

c)    Umur               : 20 – 59 tahun : 8,7 %  ˃ 65 tahun : 18 %

d)    Hipertensi        : ˃ 140 / 90 mmHg

e)    Hiperlipidemia : Kadar HDL rendah ˂ 35 mg/dL

  Kadar Lipid darah Tinggi ˃ 250 mg/Dl

f)     Faktor lain       : Kurang Olah raga, pola makan rendah serat

A.5 Standar terapi

Hipertensi

Ø  Menurut Ditjen Bina Farmasi dan ALKES, 2006

1)    Terapi Tanpa Obat

Terapi ini dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup seseorang. Semua psien dan individu dengan riwayat keluarga hipertensi perlu dinasehati mengenai gaya hidup, seperti menurunkan kegemukan, asupan garam (total kurang dari 5 gram per hari), asupan lemak jenuh dan alcohol, banyak makan buah dan sayuran tidak merokok, berolah raga secara teratur.

Diabetes Melitus

Ø  Menurut Pharmaceutical care : 28

Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penata laksanaan diabetes yang pertama pendekatan tanpa obat, yang kedua pendekatan dengan obat.

1)    Pendekatan tanpa obat

a.    Pengaturan diet

Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, lemak, dan protein sesuai dengan kecukupan gizi sebagai berikut :

·         Karbohidrat          60 -  70 %

·         Protein                  10 – 15 %

·         Lemak                  20 – 25 %

Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel sel beta terhadap stimulas glukosa, selai n itu jumlah kalorii. Pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan, kolestrol memeng maih diperlukan namun jangan melebihi 300 mg per hari, Sumber lemak diupayakan berasal dari sumber nabati yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. Protein yang bersumber dari ikan ayam (terutama bagian dada), tahu, tempe, karena tidak banyak mengandung lemak, serat seperti sayur sayuran buah buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.

b. Olah raga

Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal, prinsipnya tidak boleh olahraga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagud prngaruhnya bagi krsehatan.Olah raga akan memperbanyak dan miningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubu juga meningkatkan penggunaan glukosa.

Ø  Menurut Ditjen Bina Farmasi Alkes, 2005)

1. Terapi Obat

a.   Insulin

Insulin adalah hormone yang dihasilkan dari sel beta Pankreas dalam merespon glukosa. Insulin memiliki peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme.

·         Insulin  kerja singkat sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai kerjanya baru sesudah setengah jam (injeksi subkutan), contoh Actrapid, Velosulin, Human Regular

·         Insulin kerja panjang (Long Acting) sediaan ini bekerja dengan cara mempersulit daya larutnya dicairan jaringan dan menghambat reabsobsinya dari tempat injeksi kedalam darah. Metode yang digunakan adalah mencampur insulin dengan protein atau seng  atau mengubah bentuk fisiknya, contoh Monotard Human

·         Insulin kerja sedang (Medium Acting)  sediaan insulin ini jangka waktunya efeknya dapat divariasikan dengan mencampurkan beberapa bentuk insulin dengan kerja berlainan contoh Mixtard

b.    Obat Antidiabetic Oral

      Obaat- obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan pasien diabetes mellitus tipe 2. Farmakoteraoi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat.

B. OBAT

B.1 Penggolongan obat

1.    Insulin Lantus (MIMS Petunjuk konsultasi, 2013)

Golongan        :  Long Action Insulin

MKO               : Insulin jangka panjang

Efek samping  : Hipoglikemia, gangguan visual temporer, lipoatrofi, jarang reaksi alergi berat, edema, bronkospasme, hipotensi dan syok.

Interaksi Obat : Peningkatan efek penurunan gula darah jika digunakan bersamaan antidiabetik oral, ACE Inhibitor, disopiramid, fibrat, fluoksetin, MAOI, pentoksifilin, propoksifen, salisat, antidiabetik sulfonamide, efek penurunan gula darah akan berkurang jika digunakan bersama kortikostiroid, danazol, dizoksid, diuretic, glucagon, isoniazid, esterogen dan progestegon, β Bloker, klonidin, garam litium, atau alcohol dapat memperkuat atau memperlemah efek penurunan gula darah, pentamidin dapat menyebabkan hipogilkemia kadang diikuti dengan hiperglikemia.

Dosis               : Bersifat individual 1 x 1 per hari secara injeksi subkutan, diberikan pada waktu yang sama setiap hari.

Indikasi            : Dewasa, remaja dan anak-anak lebih dari 6 tahun dengan diabetes mellitus yang memerlukan terapi insulin.

2.    Propanolol Farmako dan Terapi : 346

Golongan        : β Bloker

MKO               : Penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokad sehingga menurunkan curah jantung, hambatan sekresi resin di sel-sel ginjal dengan akibat penurunan produksi angiotensin II, efek sentral yang mempengaruhi aktifitas syaraf simpatis, perubahan pada sensitifitas baroreseptor, perubahan aktifitas neuron adrenergik perifer  dan peningkatan biosintesis prostagsiklin.

Efek samping  : Depresi, mimpi buruk, halusinasi.

Interaksi Obat : Tidak ada interkasi obat yang signifikan untuk penggunaan topikal (F & T : 581).

Dosis               : 160 – 480 mg 2 x Sehari

Farmakokinetik           : Propanolol diabsobsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal, obat ini menembus suwar darah – otak dan plasenta dan ditemukan dalam air susu. Obat ini dimetabolisme oleh hati dan mempunyai waktu paru yang singkat, yaitu 3 – 6 jam.

Farmakodinamik: Dengan menghambat kedua jenis reseptor beta, propranolol menurunkan denyut jantung, dan sekunder, dan tekanan darah. Obat ini juga menyebabkan saluran bronkhial mengalami kontraksi dan kontraksi uterus. Obat ini tersedia untuk oral dalam bentuk tablet dan kapsul, dan pemakain intravena.

Interaksi          : β  Bloker dapat menyebabkan bradikardia, blockade AV, hambaatan nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraindikassi miokard.

Indikasi            : Hipertensi, Angina Pektoris, Esensial tremor, aritmia, migraine, pencegah infark miokard.

3.    Glimepirid (Farmakologi dan Terapi 490) (ISO Volume 50 : 153)

Golongan        :   Sulfonilurea

MKO               : Meningkatkan Sekresi Insulin sehingga efektif jika hanya masih ada aktifitas sel beta pancreas (IONO : 490)

Efek samping  : Reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala hematologic, susunan saraf pusat, mata dan sebagainya (Farmakologi Terapi : 490)

Interaksi          : Obat yang dapat meningkatkan Resiko hipoglikemia sewaktu penggunaan   sulfonylurea ialah insulin, alcohol, fenformin, sulfonamide, salisilat dosi besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezid, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin, anabolik steroid, fenfluramin dan klofibrat (Farmakologi dan Terapi : 490 - 491).

Dosis               :  Non lansia 1 – 2 mg

                          Lansia 0,5 – 1 mg

                          ( Iso Farmakoterapi : 32)

Farmakokinetik           : Berbagai supponilurea memiliki sifat yang berbeda, tetapi absobsi melalui saluran cerna cukup efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absobsi untuk mencapai kadar optimal diplasma, sulfonylurea dengan masa paruh pendek dapat lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90% - 99% terikat protein plasma terutama albumin ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid dan paling besar gliburid

                        ( Farmakologi dan Terapi 490).

Farmakodinamik : Sulfonilurea memiliki efek hipoglikemik yang paten (200 x lebih kuat dari pada tolbutamid) sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal makan yang ketat ( ISO Volume 50 : 153).

Kontra Indikasi            : Kegemukan atau obesitas, gangguan hati, gangguan ginjal, penurunan kesadaran, hamil dan menyusui, memiliki resiko hipoglikemia, riwayat alergi pada golongan ini (ISO Volume 50 : 153 ).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C. Pembahasan dan kesimpulan

C.1 Pembahasan

KASUS

            Seorang pasien bernama MHJR datang ke fasilitas kesehatan dengan keluhan polidipsi, berat badan turun drastis dari 78 kg menjadi 60 kg dalam waktu 2 minggu, polifagi, Malaise, glikosuria dan Nause/vomiting. Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien mengalami hipertensi ditandai dengan tekanan darah 190/140 mmHg. Pasien memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alcohol aktif.

·         Riwayat penyakit : Diabetes mellitus (Saat ini) & Maag

·         Riwayat Pengobatan : Glimepirid, cimetidine

Hasil pemeriksaan Glukosa Darah

HbA1c

4 – 6%

8,8%

Gula darah sewaktu

<200 mg/dL

320 mg/dL

Gula darah puasa

80 – 125 mg/dL

230 mg/dL

Gula darah 2 jam post prandial

100 – 180 mg/dL

280 mg/dL

 

Hasil pemeriksaan fungsi Ginjal

 

Dokter memberikan terapi pengobatan sebagai berikut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C. Pembahasan

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah pada arteri yang disebarkan keseluruh tubuh       ( Dipiro 6 : 185 ).

            Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit degenerative yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah sebagai akibat terganggunya produksi atau fungsi insulin (Pharmaceutical care : 80).

Pada kasus ini Seorang pasien bernama MHJR memilik keluhan polidipsi  (keinginan munum terus menerus / selalu merasa haus, polifagi (keinginan untuk makan terus menerus/ selalu lapar),  Malaise (keadaan tidk nyaman, kurang fit), glikosuria  (terdapatnya glukosa darah dalam urin akibat  penyakit tertentu ) dan Nause/vomiting (mual atau muntah) ),  serta mengalami berat badan turun drastis dari 78 kg menjadi 60 kg dalam waktu 2 minggu. Dari hasil pemeriksaan glukosa darah mengalami peningkatan pada HBAIC dengan nilai normal 4 – 6% hasil 8,8%, Gula darah sewaktu dengan nilai normal < 200 mg/dL hasil 320 mg/dL, gula darah puasa nilai normal 80 – 125 mg/dL hasil 230 mg/dL, gula darah 2 jam post prandial nilai normal 100 – 180 mg/dL hasil 280 mg/dL pada semua hasil laboratorium menunjukkan peningkatan dari nilai normalnya serta dari Hasil  pemeriksaan tekanan darah 190/140 mmHg sedangkan nilai normalnya 120 mmHg/ 90 mmHg.

Dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal yaitu pemeriksaan kadar kalium dengan nilai normal untuk  ≥ 18 tahun 3,6 – 4,8 mEq/L hasil 4,2 mEq/L,  tes serum Creatinin nilai normal 0,6 – 1,3 mg/dL

Pasien menderita penyakit Diabetes Melitus disertai komplikasi Hipertensi sehingga dokter meresepkan obat Insulin Lantus, Glimepirid, Propanolol, dan cimetidine. Pada obat Insulin lantus digunakan secara parenteral karena diketahuai bahwa pasien mengalami defisiensi Insulin (Pangkreas tidk mampu menghasilkan insulin) Glimepirid memiliki mekanisme Kerja Meningkatkan Sekresi Insulin dan merupakan antidiabet oral sera memperkuat efektivitas insulin lantus. Propanolol memiliki Mekanisme Kerja Menurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokad sehingga mampu menurunkan tekanan darahnya namun propranolol bukan merupakan lini pertama pada pengobatan ini sehingga obat ini di ganti dengan obat golongan ARB atau ACEI yang merupakan pengobatan lini pertama pada hipertensi komplikasi Diabetes Melitus, sehingga kami memilih obat golongan ARB  yaitu valsartan 40mg 2x1 dan cimetidine untuk mengobati mual atau muntahnya pada kasus ini dokter meresepkan Insulin lantus 22 unit 2 x sehari dikurangi menjadi 12 unit per hari, dimana obat ini bekerja long action atau jangka panjang yaitu selama 24 jam (Farmakologi Ulasan Bergambar : 354). Untuk Glimepirid dosi 30 mg 3 x sehari satu tablet pada saat makan diganti menjadi 1 – 4 mg 1 kali sehari pada saat makan. Propanolol dosis 100 mg 3 x sehari sebelum makan diganti menjadi 160 mg 3 x sehari sebelum makan, pada cimetidine dosisnya 10 mg  3 x sehari jika muntah dosisnya dinaikkkan menjadi 200 mg 3 x sehari jika muntah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D. Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu kondisi meningktanya tekanan darah yang persisten (terus menerus) (ISO Farmakoterapi : 119).

Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit degenerative yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah sebagai akibat terganggunya produksi atau fungsi insulin (Pharmaceutical care : 80).

Pasien menderita penyakit Diabetes Melitus disertai komplikasi Hipertensi sehingga dokter meresepkan obat Insulin Lantus, Glimepirid, Propanolol, dan cimetidine. Pada obat Insulin lantus digunakan secara parenteral karena diketahuai bahwa pasien mengalami defisiensi Insulin (Pankreas tidak mampu menghasilkan insulin) Glimepirid memiliki mekanisme Kerja Meningkatkan Sekresi Insulin dan merupakan antidiabet oral sera memperkuat efektivitas insulin lantus. Propanolol memiliki Mekanisme Kerja Menurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokad sehingga mampu menurunkan tekanan darahnya dan cimetidine untuk mengobati mual atau muntahnya pada kasus ini dokter meresepkan Insulin lantus 22 unit 2 x sehari dikurangi menjadi 12 unit per hari, dimana obat ini bekerja long action atau jangka panjang yaitu selama 24 jam (Farmakologi Ulasan Bergambar : 354). Untuk Glimepirid dosi 30 mg 3 x sehari satu tablet pada saat makan diganti menjadi 1 – 4 mg 1 kali sehari pada saat makan. Propanolol dosis 100 mg 3 x sehari sebelum makan diganti menjadi 160 mg 3 x sehari sebelum makan, pada cimetidine dosisnya 10 mg  3 x sehari jika muntah dosisnya dinaikkkan menjadi 200 mg 3 x sehari jika muntah

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uraian Bahan Laporan Analisis Farmasi

B.   Uraian Bahan 1.   Aquadest ( FI . III ; 96) Nama resmi           :   AQUA DESTILLATA Nama lain             :   Air suling R M /B M                   :   H 2 O / 18.02 Pemerian   ....... : .. Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,   tidak   mempunyai rasa Kelarutan               :   Larut dengan semua jenis larutan Penyimpanan      :   Dalam wadah tertutup baik Kegunaan                         :   Sebagai pelarut 2.   H Cl ( FI. III ; 53 ) Nama resmi             : ACI...

Uraian Sampel Aquadest ( Ditjen POM, 1995)

  B. Uraian Sampel 1.     Aquadest ( D itjen POM , 1995) Nama resmi                            : AQUADESTILLATA Nama lain                               : air suling RM/BM                                    : H 2 O / 18,02 R B                                           : H – O - H   Pemeria n      ...

Ayat-ayat Al-Qur’an mengenai ilmu kimia/farmasi

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran merupakan Kalamullah (Perkataan/Firman Allah S.w.t) yang bagi kita ummat muslim sudah tidak ada keraguan padanya. Al-Quran banyak sekali menyimpan rahasia dan seiring dengan perkembangan zaman, berjalanya waktu maka semakin membuktikan kebenaran Kitab Allah S.w.t. Di dalam Al-Quran tentunya sangat menganjurkan kita untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memanfaatkan nya dengan sebaik-baiknya. Terkhusus kali ini kita akan memperluas khasanah pengetuhuan kita tentang ilmu kimia atau farmasi serta pentingnya memelihara kebersihan bagi seorang muslim, yang tentunya semakin membuktikan keben a ran dan InsyaAllah akan men am bah keimanan kita akan kitabullah Al-quran al kariim. B.      Rumusan Masalah 1.       Apa itu ilmu kimia/...