Langsung ke konten utama

Pembuktian adanya Allah


BAB I
                                                               PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
                        Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak  yang tak terlihat (baca: wujud Tuhan).
Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran Islam.
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor tertentu.
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  Definisi Beriman Kepada Allah
            Allah swt adalah Tuhan yang wajib dipercayai oleh setiap muslim, Dialah yang menciptakan semua makhluk, mematikannya, lalu membangkitkannya kembali. dia pemberi rizeki kepada setiap makhluk, mengirimkan angin dan menurunkan hujan, menciptakan siang dan malam, menundukkan matahari dan bulan sehingga keduanya berjalan menurut waktu yang ditentukan.
Di dalam Al-Qur'an disebutkan kata "Allah" sebanyak 2.697 kali. Penyebutnya itu selalu menerangkan tentang keesaan Allah swt yang merupakan salah satu sifat-Nya dari beberapa nama-Nya yang indah. Semuanya menjelaskan suatu kepercayaan yang tertanam dalam hati tentang keberadaan Allah swt dan merupakan rukun iman yang pertama.
2.2.       Metode pembuktian adanya Allah
            Rasa manis bisa diketahui dengan perantaraan pengecap, akan tetapi
pengecap tidak mampu mengetahui sesuatu yang mengeluarkan bau harum dan yang menampilkan warna. Dengan perantaran alat peraba diketahui material yang dingin dan yang panas, tetapi alat peraba tidak mampu mengetahui adanya suara- suara yang jauh.Daya tangkap manusia yang lebih jauh dan itu adalah pendengaran, tetapi apa yang mampu ditangkap dan diketahui hanyalah suara- suara yang memasuki liang telinganya.Pendengaran tidak dapat menangkap dan mengetahui selain dari itu. Demikian pula penglihatan ada bidang tugas yang terbatas yakni dapat melihat sesuatu dengan perantaraan mata. Penglihatan yang jelas bisa membedakan mana yang putih dan mana yang hitam, mana yang jelek dan mana yang bagus. Penglihatan tidak bisa mengerti bunyi suara, walaupun
suara tersebut sangat jelas, karena bukan bidang tugasnya.Demikian juga zat
Allah SWT. tidak dapat dijangkau dengan panca indera karena Dia tidak bisa
diraba dan diketahui dengan panca indera.Tuhan dapat diketahui dan dilihat
melalui akal pikiran yang sehat.Imam Abu Hanifah membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya bermacam-macam ragam kehendak manusia, tetapi kadang-kadang kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.Hal ini membuktikan adanya kekuasaan yang Maha Tinggi,yang menguasai diri kita.
Imam Malik membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya manusia yang
beragam-ragam bentuk, rupa, kulit, suara, kemauan dan lain-lain.Namun tidak
ada yang serupa. Kalau dipikirkan tentu ada yang mengaturnya di luar batas
kemampuan manusia, yaitu Zat Yang Maha Kuasa, yakni Allah SWT.
Imam Syafi’i membuktikan kekuasaan Allah dengan memperhatikan dari
sebuah jenis daun tumbuh-tumbuhan yang dapat berubah menjadi bermacam-macam benda, umpamanya: apabila daun dimakan oleh ulat sutera, maka akan menjadi bahan kain yang halus (sutera) yang indah dipakai. Kalau daun tadi dimakan oleh seekor lembu, maka ia akan menjadi susu yang enak diminum dan besar manfaatnya untuk kesehatan kita Imam Hambali membuktikan ada Zat Yang Maha Kuasa itu dengan kejadian makhluk-makhluk terutama manusia, yang asalnya dari setitik sperma, akhirnya setelah mengalami proses yang ditentukan, maka  jadilah manusia yang sempurna (M. Noor Matdawam, 1984).
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatankeserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “dalil ikhtira”. Disamping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “dalil ‘inayah”. Dalil ‘inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat, 1996).
Beberapa argumen/dalil yang dapat membuktikan eksistensi Tuhan antara lain:
2.1.1        Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astonomi
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan meyelesaikan setiap edar-nya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada poros-nya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarn-ya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus delapan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edar-nya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selai “sistem tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy terebut juga beredar pada garis edar-nya. Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan.
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “dalil ikhtira”. Disamping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “dalil ‘inayah”. Dalil ‘inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia.
2.1.2   Pembuktian Melalui Pendekatan Klasik
a)   Kemungkinan Ada dan Tiadanya Alam (Contingency)
Adanya alam semesta serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya. Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam.Berdasarkan logika yang sama tentang adanya alam dalam membuktikan adanya Sang Pencipta, maka ketika alam serta organisasinya yang menakjubkan tersebut kemudian mejadi tidak ada, ketiadaan tersebut secara logis juga membuktikan adanya satu Dzat yang meniadakannya.
b)   Rangkaian Sebab Akibat (Cosmological)
Prof. Dr. H. M Rasjidi memberikan perumpamaan dalam bukunya : Kalau dua batang pohon berdiri berdampingan satu sama lain dalam hutan, bila yang satu mati dan  yang satu tetap hidup, orang akan beranggapan bahwa ada sebab-sebab dan faktor-faktor yang menimbulkan adanya keadaan yang berlainan itu.
Jika kita amati dengan seksama apa yang dikemukakan oleh beliau kita akan menemukan satu bukti besar bahwa Allah itu ada. Pohon yang mati sebab mendapat penyakit, dan penyakit timbul juga karena sebab dan begitulah seterusnya.
2.1.3   Pembuktian Melalui Pendekatan Kontemporer
a)      Peraturan Thermodynamics yang kedua
Hukum yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan energi membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung serta kehidupan tetap berjalan. Maka hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali.
Jika demikian maka kita dapat mengambil konklusi bahwa dunia ini akan berakhir dan dunia ini mempunyai permulaan. Satu hal yang kemudian menjadi menarik bahwa dunia ini tidak dapat terwujud dengan sendirinya, kecuali dengan pertolongan adanya Dzat yang berada di luar alam. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.

b)      Purposive Order.
Segala jenis planet dan bintang yang tersusun dalam tatasurya berjalan sesuai rotasinya. Matahari dan bulan, siang dan malam bergerak secara teratur dan mengikuti aturan yang pasti. Semua itu tidak akan mungkin terjadi secara serasi bila tidak ada yang mengaturnya. Jika dalam pergerakan dan perputarannya mereka bebas, niscaya malam akan menjadi siang dan siang akan menjadi malam.
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian alam oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “Dalil Ikhtira”. Disamping itu, Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “Dalil Inayah”. Dalil Inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia.
2.3.       Makna La ilaha illallah
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS : 45 (Al-Jatsiiyah) : 23, yaitu:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّه أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٢٣)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?


Dalam QS : 28 (Al-Qashash) : 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ (٣٨)
dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta".
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Derifasi makna dari kata ilah tersebut mengandung makna bahwa ‘bertuhan nol’ atau atheisme adalah tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-Ilah sebagai berikut:
Al-Ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989 : 56).Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina Ibn Sina wa Ibnu Rusyd” yang telah di edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA dalam buku Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam. Beliau mengatakan :
Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta segala sesuatu ; tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus sekali pun. Ia yang menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari siapa pun. Ia memiliki berbagai sifat yang maha indah dan agung.
2.4.       Sifat-sifat Allah
            Setiap yang wujud pasti memiliki sifat sesuai dengan tingkatan keadaan yang memiliki sifat itu sendiri. Secara garis besar sifat-sifat Allah swt itu terbagi menjadi 3 yaitu:
1.    Sifat Wajib dan Sifat Mustahil Sifat wajib adalah sifat yang pasti dimiliki oleh Allah swt dan mustahil tidak dimiliki oleh-Nya.
Menurut Imam Abu Hasan Al-Asy’ari sifat wajib bagi Allah swt berjumlah tiga belas, diantaranya adalah:
a.    Wujud artinya ada.
Maksudnya, adanya Allah swt itu terjadi dengan sendirinya, tidak karena diadakan oleh yang lain. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa alam dan segala isinya diciptakan oleh Allah swt sudah sesuai dengan kebutuhan hidup manusia dan makhluk yang lain. Alam semesta ini ada tentulah ada yang membuatnya, mustahil sesuatu itu terjadi dengan sendirinya. Seperti adanya hewan, tumbuh-tumbuhan, pergantian musim, siang dan malam, bulan dan bintang tentunya semua itu ada yang mencipta yaitu sang Khalik. Semuanya itu berjalan begitu teratur sesuai dengan hukum Allah swt yang berlaku bagi alam. Kesesuaian tersebut tentunya tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada yang menciptakannya yaitu Allah swt sebagi yang wujud dan mustahil Allah swt bersifat adam.
b.    Qidam Alam semesta ini merupakan hasil ciptaan Allah swt.
Pada awalnya alam ini tidak ada, kemudian menjadi ada dan akan berakhir. Adanya alam ini membuktikan akan adanya yang membuat yanitu Allah Ynag Maha Pencipta. Adanya Allah swt tentulah lebih dulu dari alam semesta ini. Seperti adanya rumah tentu ada yang membuat dan ornag yang membuat rumah tersebut tentulah ada lkebih dulu dari rumah yang dibuat. Demikian juga adanya Allah swt lebih dulu dari alam yang diciptakan dan mustahil Allah swt bersifat hudust atau baru.
c.    Baqo’
Baqo’ artinya kekal. Adanya Allah swt itu adalah untuk selama-lamanya, mustahil Allah swt itu rusak (fana). Berbeda dengan sifat makhluk yang dulunya tidak ada kemudian ada karena diciptakan dan kemudian akan mengalami kerusakan. Tidak demikian dengan Allah swt, Dia adalah Yang Maha Kekal. Bagaimana jadinya alam ini tidak ada yang mengurusnya.
d.    Mukhalafatu Lil Hawadisti
Diantara sifat-sifat Aallah swt yang lain adalah bahwa Allah swt tidak serupa dengan sesuatu apa pun, berbeda dengan makhluknya. Perbedaan di sini meliputi segala hal, baik itu berbeda dalam zat, sifat, maupun perbuatan.
Perhatiakn contoh berikut ini: Kejadian (zat)manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu air, darah, tulang dan daging, yang masing-masing unsur memiliki kelemahan dan mudah rusak. Sifat manusia sangat tergantung pada organ yang terdapat dalam tubuhnya misalnya otak, hati, jantung, dan sebaginya yang semuanya memiliki kelemahan. Perbuatan manusia sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimilikinya, baik itu kemampuan lahir atau kemampuan batin.
Dengan demikian, terjadi kesamaan antara Tuhan Sang Pencipta dan makhluknya yang diciptakan. Sifat mustahilnya adalah mukhalafatu lil hawadisti (serupa dengan makhluknya).
e.    Qiyamuhu Binafsihi
Adanya Allah swt itu sendiri, terjadi dengan sendirinya, tidak ada yang menjadikan, tidak diangkat oleh siapapun. Wujud Allah swt ditentukan oleh dirinya sendiir, bukan oleh orang lain yang ada diluar dirinya. Dia tidak memerlukan bantuan di luar zat-Nya sebab memerlukan namanya, bukan Tuhan. Oleh sebab itu, mustahil Aallah swt bersifat muhtajun lighoiriki yang artinya membutuhkan yang lain.
f.     Wahdaniyah
Allah swt adalah Maha Esa, artinya Allah swt tidak berbilang, tidak dua, tiga dan sebagainya. Ke-Esaan Allah swt adalah mutlak, esadalam zat, sifat dan perbuatan. Esa dalam zat, maksudnya zat Allah swt tidak tersusun dalam substansi-substansi, tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong seperti layaknya manusia. Allah swt tidak berputra. Jika berputra maka akan ada susunan. Padahal yang demikian itu mustahil untuk dijadikan sifat Allah swt. Esa dalam sifat maksudnya bahwa sifat-sifat kesempurnaan Allah swt tidak dapat dipersamakan dengan sifat-sifat yang ada pada makhluknya.
Sifat Allah swt mutlak adanya sedangkan sifat makhluk sangat terbatas seperti sifat mengetahui pengetahuan Allah swt meliputi langit dan bumi sedangkan pengetahuan manusia hanya terbatas ilmu yang dimilikinya. Esa dalam perbuatan artinya tidak seorangpun yang mempunyai perbuatan sebagaimana perbuatan yang dimiliki oleh-nya. Misalnya dalam menciptakan, mengatur, dan memelihara alam semesta ini dilakukan oleh Allah swt sendiri dan menurut kehendak-Nya tanpa adanya campur tangan yang lain. Allah swt perkasa dalam mengatur alam semesta, tanpa ada bantuan dari siapapun. Andaikata didunia inia da lebih dari satu Tuhan yang mengatur, tentulah mereka akan saling mengalahkan, tunduk menundukkan, dan berebut kekuasaan,. Sekiranya hal itu terjadi maka tidak lain akan terjadilah kerusakan di alam semesta ini. Dengan demikian, mustahil Allah bersifat ta’addud atau terbilang.
g.    Qudrat Allah swt adalah Maha Kuasa.
Artinya Allah swt dapat berbuat apa saja menurut yang dikehendaki-Nya. Dia tidak lemah sedikitpun untuk melaksanakan kehendak tersebut. Apa yang kita lihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan atau manifaistasi dari sifat kuasa Allah swt. Kekuasaanya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu mutlak, absolut dalam arti yang sebenar-benarnya, meliputi langit dan bumi. Dia berkuasa untuk mewujudkan atau melenyapkan sesuatu yang dikehendakiNya. Adanya siang-malam, hidup, atau mati, kenikmatan atau bencana atuapun kejadian-kejadian lain di alam ini dalam setiap detiknya merupakan bukti sifat qodrat Allah swt yang amat jelas.
h.    Iradat Allah swt adalah Maha Berkehendak.
Maksudnya ialah bahwa Dia dibuat sesuatu apa saja untuk menentukan sesuatu yang maujud ini telah sesuai menurut apa yang menjadi kehendak dan kemauan-Nya. Selain itu, perbuatan yang dikerjakan oleh Allah swt pastilah dikerjakan tidak karena keterpaksaan. Jadi, perbuatan Tuhan berupa apapun, baik yang bersifat penciptaan, pemeliharaan atupun pembinasaan tentulah dilakukan menurut suatu rencana yang telah ditetapkan didalam kemauan atau kehendak-Nya. Berlain halnya dengan manusia, ia hanya dapat mempunyai keinginan dan denagn keinginannya itu ia hanya mampu berikhtiar. Berhasil tidaknya ikhtiar manusia tergantung dari kehendak Allah swt.
i.      Ilmu artinya mengetahui.
Allah swt adalah Maha Mengetahui segala sesuatu dan memang apa saja yang maujud sebagai makhluknya ini diliputi oleh pengetahuannya, baik sesuatu yang telah terjadi ataupun sesuatu yang akan terjadi nanti. Pengetahuan Allah swt meliputi segalanya tidak terbatas dari hal yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya, dari yang berada di udara, di bumi, dilaut, didaratan, gelap atau terang, lahir ataupun mati. Sifat mengetahuinya Allah swt tidak pernah didahului oleh ketidaktahuan (kebodohan), Allah swt juga tidak pernah dihinggapi oleh kelupaan. Pengetahuan Allah swt tidak dibatasi oleh masa atau tempat. Pengetahuan Allah swt mencakup keseluruhannya,. Jika kita perhatikan alam semesta ini begitu indah susunannya, indah tata tertibnya, kokoh buatannya, dan elok serta sedap dipandnagnya. Semua ini merupakan bukti yang terang dan jelas betapa agung pengetahuan Allah swt serta betapa besar kebijaksanaan-Nay. Untuk itu, mustahil apabila Allah swt memiliki sifat bodoh (jahlun).
j.      Hayat
Kehidupan makhluk dialam ini ditentukan oleh masa dan ruang yang sudah ditentukan habitatnya, misalnya binatang atau tumbuh-tumbuhan yang hidup didaerah kutub dengan suhu yang dingin. Binatang dan tumbuhan ini dapat bertahan selam bertahun-tahun disalju. Ternyata kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan itu dibatasi oleh ruang dan waktu. Lain halnya dengan Allah swt yang kekal abadi dan tidak dibatasi oleh runag dan waktu, tidak diawali oleh waktu lahir, dan tidak diakhiri oleh waktu mati. Dia hidup selama-lamanya dengan tidak berkesudahan. Karena Allah swt itu hidup, maka Dia memiliki sifat kuasa, berkehendak, mengetahui,mendengar dan melihat. Andaikan Allah swt itu tidak hidup sudah pasti Allah swt tidak memiliki sifat-sifat tersebut. Kehidupan Allah swt adalah kehidupan yang sempurna sekali. Tidak ada suatu kehidupan yang sempurna kehidupan yang dimiliki oleh-Nya. Bagaimana pula jika Allah swt itu mati, padahal yang mati tidak dapat berbuat apa-apa pastilah ia lemah.
k.    Sama’ Allah swt adalah Maha Mendengar.
Allah swt dapat mendengar segala sesuatu dari yang maujud ini, baik itu yang dilahirkan secara keras atau perlahan atau bahkan suara batin dari makhluknya dengan bahasa apapun.
Pendengaran Allah swt tidak dapat dikalahkan oleh hiruk pukulnya suara di dunia. Allah swt mendengar sesuatu itu tidaklah dengan menggunakan alat penagkap suara, perkakas, telinga, ataupun alat pendengaran lainnya yang digunakan oleh manusia.
l.      Bashar
Sebagaimana halnya dapat mendenagar, maka Allah swt pun dapat melihat semua ciptaan-Nya dengan menggunakan penglihatan-Nya, penglihatan yang mengandung makna seluas-luasnya. Penglihatan Allah swt tidak lah menggunakan mata sebagaimana penglihatan manusia yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Allah swt melihat yang tampak maupun yang tersembunyi. Semua yang ada di alam ini tak luput dari penglihatan Allah swt. Kita sebagi orang yang beriman, maka kita harus berhati-hati didalam mengerjakan sesuatu. Apa yang kita kerjakan baik itu perbuatan yang baik ataupun yang buruk tak luput dari penglihatan Allah swt. Oleh karena itu, mustahil bagi Allah swt itu bersifat umyun (buta).
m. Kalam
Kalam artinya Allah swt berkata-kata atau berfirman, mustahil Allah swt bersifat bukmun. Allah swt berbeda dengan kata-katanya manusia atau makhluk yang lain. cara berfirman Allah swt tidak menggunakan huruf atau suara. Sifat kalam ini ditetapkan oleh Allah swt untuk diri-Nya sendiri.
2.         Sifat Jaiz bagi Allah swt Sifat Jaiz bagi Allah swt hanya satu yaitu Allah swt bebas berbuat atau tidak berbuat. Berbuat atau tidak berbuat menjadi wewenang sepenuhnya bagi Allah swt untuk menentukannya sendiri. Allah swt menjadikan alam ini tidak wajib, tetapi semata-mata boleh saja hukumnya. Seandainya Allah swt wajib menjadikan alam, berarti semua makhluk menjadi suatu hal yang wajib adanya.Padahal yang wajib ada hanya Allah swt semata. Sebaliknya, Allah swt boleh saja tidka menjadikan alam dan segala isinya ini. Dan, tidak mustahil jika Allah swt tidak menjadikan alam ini.
3.         Menghayati sifat-sifat Allah swt Ada tiga hikmah dalam menghayati sifat-sifat Allah swt, yaitu:
1)        Menyedari sepenuhnya bahwa apa yang terjadi di dunia ini merupakan ketetapan Allah swt yang berlaku bagi hamba-Nya.
2)        Berhati-hati dalam menyikapi hidup di dalam dunia yang fana ini, karena kita menyadari bahwa apa yang kita kerjakan didunia ini akan diminta pertanggungjawabannya kelak.
3)        Merasa bahwa seseornag harus dilihat oleh Allah swt yang maha melihat. Apapun yang kita kerjakan baik perbuatan baik atau perbuatan buruk, sembunyi atau terang-teranagn, pasti akan dilihat oleh Allah swt.

2.5         Al-asma Ul-husna
Rasulullah bersabda:
“ Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat. Cara membersihkannya adalah dengan mengingat Allah [dzikrullah] ”

“ Qalbu berkarat karena dua hal yaitu lalai dan dosa. Dan pembersihnyapun dengan dua hal yaitu istighfar dan dzikrullah” [HR.Ibnu Ab’id dun ya Al-Baihaqi]
Firman Allah SWT:
“[yaitu] Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan dzikir hati menjadi tentram.” [Ar-Ra’d : 28]

“ Karena itu ingatlah kepadaKu, niscaya Aku akan ingat kepadamu.. [Al-Baqarah : 152] “Maka apabila kamu telah selesai shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri,duduk dan di kala berbaring.”[An-Nisa:103]

“Katakanlah olehmu,” Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai Al-Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).. [Al-Isra : 110]

 “Katakanlah olehmu,” Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai Al-Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik). [Al-Isra : 110]
"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". [Al-Araf : 180].
Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT beserta artinya :
1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung
4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas
8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya
10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya
11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang
23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus
31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir
53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan
60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera
72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh
73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin
77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah
78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan
80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah
82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran
99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar
















BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.Umat Islam yang memilih aliran mana saja (yang ada dalam agama Islam) sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam.
Manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.

3.2.  Kritik dan Saran
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya yang telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.


DAFTAR PUSTAKA
   Anonim,2012. Pembuktian Wujud Tuhan Menurut Ilmu http://blog-supercoolzz.blogspot.co.id/2012/09/pembuktian-wujud-tuhan-menurut-ilmu.html
Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam,
Diecipto,2013.Pembuktian Adanya Tuhan Dengan Pendekatan Astronomi. http://iwandicipto.blogspot.co.id/2013/02/pembuktian-adanya-tuhan-dengan_9717.htm. diakses pada 9 April 2016
Kamal, Konsep Ketuhanan Dalam Filsafat Shadrian,
  Meynie Dhedhe,Tanpa tahun. Hakikat dan Pembuktian Adanya Tuhan serta Konsep   Tauhidhttps://web.facebook.com/dhedhe.meynie/posts/594285957291558?_rdr diakses pada diakses pada 9 April 2016
M. Yusuf Musa, 1984, Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam (editor : DR. Ahmad Daudy, MA) Jakarta : Bulan Bintang.
M Rasjidi, 1978, Cetakan keempat, Filsafat Agama, Jakarta : Bulan Bintang.
M Rasjidi, 1978, Filsafat Agama, Cetakan keempat, Jakarta : Bulan Bintang
Pringgabaya, Konsep Ketuhanan,
diakses pada diakses pada 9 April 2016.
Sayyid Mujtaba Musawwi Lari, 1989. God and His Attributes: Lessons on Islamic Doctrine. Cet. 1. (Terj. Ilham Mashuri dan Mufid Ashfahani). Mengenal Tuhan dan Sifat-SifatNya. Jakarta: PT. Lentera Basritama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uraian Bahan Laporan Analisis Farmasi

B.   Uraian Bahan 1.   Aquadest ( FI . III ; 96) Nama resmi           :   AQUA DESTILLATA Nama lain             :   Air suling R M /B M                   :   H 2 O / 18.02 Pemerian   ....... : .. Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,   tidak   mempunyai rasa Kelarutan               :   Larut dengan semua jenis larutan Penyimpanan      :   Dalam wadah tertutup baik Kegunaan                         :   Sebagai pelarut 2.   H Cl ( FI. III ; 53 ) Nama resmi             : ACI...

Uraian Sampel Aquadest ( Ditjen POM, 1995)

  B. Uraian Sampel 1.     Aquadest ( D itjen POM , 1995) Nama resmi                            : AQUADESTILLATA Nama lain                               : air suling RM/BM                                    : H 2 O / 18,02 R B                                           : H – O - H   Pemeria n      ...

Ayat-ayat Al-Qur’an mengenai ilmu kimia/farmasi

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran merupakan Kalamullah (Perkataan/Firman Allah S.w.t) yang bagi kita ummat muslim sudah tidak ada keraguan padanya. Al-Quran banyak sekali menyimpan rahasia dan seiring dengan perkembangan zaman, berjalanya waktu maka semakin membuktikan kebenaran Kitab Allah S.w.t. Di dalam Al-Quran tentunya sangat menganjurkan kita untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memanfaatkan nya dengan sebaik-baiknya. Terkhusus kali ini kita akan memperluas khasanah pengetuhuan kita tentang ilmu kimia atau farmasi serta pentingnya memelihara kebersihan bagi seorang muslim, yang tentunya semakin membuktikan keben a ran dan InsyaAllah akan men am bah keimanan kita akan kitabullah Al-quran al kariim. B.      Rumusan Masalah 1.       Apa itu ilmu kimia/...