LABORATORIUM BIOKIMIA
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
LAPORAN
LENGKAP
REAKSI
UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN
OLEH
KELOMPOK : IV
KELAS : 3A
ANGKATAN : 2015
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir setiap fungsi dinamik dalam makhluk hidup bergantung pada protein.
Faktanya nilai penting protein digaris bawahi oleh namanya, yang berasal dari
kata Yunani proteios, yang berarti ‘tempat pertama’. Protein menyusun lebih
dari 50% massa kering sebagian besar sel, dan protein teramat penting bagi
hampir semua hal yang dilakukan organisme. Beberapa protein mempercepat reaksi
kimia, sedangkan yang lain berperan dalam penyokongan struktural, penyimpanan,
transpor, komunikasi selular, pergerakan, serta pertahanan melawan zat asing.
Protein terdiri dari asam-asam amino
yang dihubugkan melalui ikatan peptida pada ujung-ujungnya. Selain ikatan peptida
terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan
hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein
dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium
pelarut organik, dan detergen.
Protein tersusun dari atom C, H, O,
dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat
di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein. Pada
berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein,
semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein,
yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik
pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam
amino suatu protein. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara
kualitatif dapat menggunakan prinsip diantaranya uji biuret, pengendapan dengan
logam, pengendapan dengan garam, pengendapan dengan alkohol, uji koagulasi dan
denaturasi protein.
Untuk mengetahui kebenaran teori
tersebut maka dilakukanlah percobaan uji protein dengan metode identifikasi
secara kualitatif dengan menggunakan prinsip pengendapan dengan logam dan
pengendapan dengan alkohol.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Protein adalah sekelompok senyawa organik yang nyaris keseluruhannya terdiri
atas karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein biasanya suatu polimer
yang tersusun atas banyak subunit (monomer) yang dikenal sebagai asam amino.
Asam amino yang biasanya ditemukan dalam protein menunjukkan struktur sebagai
berikut (Fried dan Hademenos, 2006).
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun
lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro molekul,
protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi dan
berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O dan N
serta unsur lainnya seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua protein
pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam
asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologis
sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus. Disamping itu
protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga
racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke
generasi (Patong, dkk., 2012).
Melalui reaksi hidrolisis protein
telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya,
berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R
yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin,
Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar
tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein,
Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang
bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang
bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar
seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi, 2012).
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni struktur
primer, struktur sekunder, dan struktur tersier. Sedangkan klasifikasi protein
dibagi berdasarkan sifat biologisnya, berdasarkan sifat kelarutannya dan gugus
prostetiknya (Katili, 2009).
Pada struktur primer ini ikatan antar asam amino hanya ikatan peptida (ikatan
kovalen). Struktur ini dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang biasa
ditulis untuk senyawa organik. Pada ikatan ini tidak terdapat ikatan atau
kekuatan lain yang menghubungkan asam amino dengan satu dan lainnya. Pada
struktrur sekunder dimana rantai asam amino bukan hanya dihubungkan oleh ikatan
peptida tetapi juga diperkuat oleh ikatan hidrogen. Karena ikatan peptida
adalah planar maka dalam satu molekul protein dapat berotasi hanya Ca-N
dan Ca-C terhadap sumbu (struktur primer), sehingga memungkinkan
suatu protein yang disebut a-heliks. Struktur tersier terbentuk karena
terjadinya pelipatan (folding) rantai a-heliks, konformasi b, maupun gulungan
rambang suatu polipeptida, membentuk protein globular, yang struktur tiga
dimensinya lebih rumit daripada protein serabut. Struktur kuartener terbentuk
dari beberapa bentuk tersier dan bisa terdiri dari promoter yang sama atau yang
berlainan. Agregasi dari banyak polipeptida dapat membentuk sebuah protein
tunggal yang fungsional (Patong, dkk., 2012).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga
dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein
seperti keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk
struktur linear atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang
yang teratur. Protein lainnya, seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk
konformasi globular yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola. Konformasi
akhir bergantung pada berbagai macam interaksi yang terjadi (Kuchel dan
Ralston, 2006).
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau
penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila
menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna,
timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak
disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada
beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi
kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang
lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang
menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya (Ariwulan, 2011).
Uji protein dengan metode identifikasi
protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsif (Khoiriah, 2012) :
· Uji Biuret : pembentukan senyawa kompleks koordinat
yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²++ dengan gugus
–CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
·Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut
antara protein dan logam berat.
· Pengendapan dengan garam :
pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat.
· Pengendapan dengan alkohol :
pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alkohol.
· Uji
koagulasi : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat
dari pengaruh pemanasan.
· Denaturasi
protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang
sangat ekstrim.
Berbagai protein globular mempunyai
daya kelarutan yang berbeda dalam air. Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini
adalah pH, kekuatan ion, sifat dielektrik pelarut, dan temperatur. Pemusahan
protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik
yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein
mempunyai daya kelarutan minimum pada pH isoelektriknya. Pada pH isoelektriknya
beberapa protein akan mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan
pH larutan, masing-masing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari
yang lainnya dengan teknik yang disebut pengendapan isoelektrik (Patong, dkk.,
2012).
Protein yang tercampur oleh senyawa
logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi
setelah ditambahkan AgNO3 dan (CH3COO)2Pb.
Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila
terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan
protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein
karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein
untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi
millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret
berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah
ditambahkan garam (Sri, 2012).
Denaturasi adalah proses yang
mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Proses ini bersifat
khusus untuk protein dan mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang
tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang
paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh permukaan. Denaturasi
biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti
pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan (Deman,1989).
Sebagian
besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu
seperti, asam trikloroasetat dan asam perklorat. Penambahan asam ini
menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendapan lainnya
adalah tungstat, fosfotungstat dan metanofosfat. Protein juga diendapkan dengan
kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+ (Patong, dkk.,
2012)
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu
tabung reaksi, pipet tetes, pipet skala , kaki tiga, kawat kasa, spiritus,
batang pengaduk corong dan gelas kimia.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu larutan nihydrin ,
larutan protein(sususaset,susu beruang,dan albumin telur ras dan asam amino),
Natrium hidroksida 2,5 ml , cupri
sulfas, 0,01 m, Hydrargryi bichloridum 0,2 m , Aethanolum , (cH3coo)2
, Pb 0,2 m, buffer asetat ph 4,7 larutan
millon dan larutan biuret.
III.3 Cara kerja
Tes
Nihydrin
-
Disiapkan
alat dan bahan
-
Dimasukkan
larutan protein sebanyak 3 ml kedalam tabung reaksi’
-
Dimasukkan
0,5 ml Nihydrin 1 % kedalam masing-masing tabung reaksi’
-
Dipanaskan
dan diamati warna
-
Tes biuret
-
Disiapakan
alat dan bahan
-
Dimasukkan
3 ml larutan protein kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan
natrium hidroksida dicampur dengan baik
-
Ditambahkan
lagi 2 smpai 3 tetes Cuso4
-
Diamati
warna
-
Pengendapan dengan logam
-
Disiapkan
alat dan bahan
-
Dimasukkan
larutan protein sebanyak 3 ml kedalam tabung reaksi
-
Ditambahkan
5 tetes Hgcl2 0,2 M kedalam tabung reaksi
-
Diulangi
dengan menggunkan Pb asitat 0,2 M kemudian diamati
Salting out
-
Disiapkan
alat dan bahan
-
Dimasukkan
10 ml larutan protein kedalam tabung reaksi’
-
Ditambahkan
(NH4)2SO4 sampai jenuh
-
Dibuang
cairan dan endapannya kemudian di homogenkan dengan aqudest , setelah homogeny
di bagi dua
-
Dilakukan
uji millon pada tabung pertama dan kedua dilakukan dengan uji biuret
-
Dicatat
perubahan yang terjadi pada endapan yang terjadi
Denaturasi protein
-
Disiapkan
alat dan bahan
-
Diambil
empat tabung reaksi kemudian dimasukkan albumin telur masing-masing kedalam
tabung reaksi sebanyak 2 ml
-
Dimasukkan
2 ml asam klorida (HCL) kedalam tabung reaksi pertama
-
Dimasukkan
natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N kedalam tabung reaksi kedua
-
Dimasukkan
masing-masing empat tabung reaksi buffer asetat Ph 4,7 sebanyak 1 ml
-
Dimasukkan
etanol 95 % kedalam tabung reaksi keempat
-
Dimasukkan
kedalam air mendidih selama beberapa menit kemudian didinginkan pada suhu kamar
-
Diamati
dan dicatat perubahan
Uraban
bahan :
CuSO4 (FI III :412)
Nama
Resmi : CUPRI SULFAS
Nama
Lain : Tembaga
(II) Sulfat
RM
/ BM : CuSO4.5H20
/ 249,6
Pemerian : bentuk batang , butiran, massa hablur
atau
Keping
, kering, keras ,rapuh dan menujukkan
Susunan
hablur : putih , mudah melelh basah
Kelarutan : Larut dalam
air dan etanol (95 %) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai
pereaksi
HCl
(FI III : 650)
Nama
Resmi : ACIDUM
HYDROCHLORIDUM
Nama
Lain : Asam Klorida
RM / BM : HCl / 36,46
Pemerian : Cairan, tidak bewarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan
dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Larut dalam
air dan etanol (95 %) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
HgCl2 (FI III : 287)
Nama
Resmi : HYDRARGRYI
BICHLORIDUM
Nama
Lain : Raksa (II)
Klorida
RM / BM : HgCl2 / 271,52
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih:
Tidak
berbau,berat.
Kelarutan : larut dalam 18 bagian air , dalam 2,1
bagian air
Mendidh,dalam
3 bagian etanol (95%) p
Dalam
2 bagian etanol (95%) p mendidih
Dalam
20 bagian bagian eter p dan dalam 15
Bagian
gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Ninhydrin
(FI III : )
Nama
resmi : NINHYDRIN
Nama
latin : Ninhidrina
RM/BM : C9H4O3
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau kuning sangat
pucat
Kelarutan : Larut pada suhu 60º dalam 20 bagian air
Kegunaan : Sebagai pereaksi
NaOH
(FI III : 412)
Nama
Resmi : NATRII
HYDROXYDUM
Nama
Lain : Natrium
Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Pemerian : Bentuk batang,
butiran, massa hablur
atau keping, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, putih;
mudah meleleh basah.
Sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO2
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
(NH4)2SO4
(Dirjen POM, 1979)
Nama
Resmi : Ammoni Sulfat
Nama
Lain : Amonium
Sulfat
RM
/ BM : (NH4)2SO4
/ 152,13
Pemerian : Hablur tidak
berwarna dan putih.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, praktis tidak
larut dalam etanol 95 % P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
DAFTAR PUSTAKA
Ariwulan, R.R. Dyah Roro, 2011, Uji
Reaksi Protein (online), (http://pustakabiolog. wordpress.com
Deman, M. John, 1997, Kimia Makanan, Institut
Teknologi Bandung , Bandung.
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J.,
2006, Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua, Penerbit Eralangga,
Jakarta.
Katili, A. S., 2009, Struktur dan
Fungsi Protein Kolagen (online), (http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/587), Jurnal Penelitian, Vol : 2 (5),
Hal : 19-29, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Khoiriah,
N., 2012, Uji Reaksi Protein (online),(http://nissakhoiriah.blogspot.com
Kuchel, P. dan Ralston G. B., 2006, Biokimia
Schaum’s Easy Outlines, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah
Harapan Press, Makassar.
Samadi, 2012, Konsep Ideal
Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam Pedaging (online), (http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2),
Hal : 42-48, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Sri,
2012, Praktikum Reaksi Uji Protein (online),
(http://ruanglingkupgurukimia. blogspot.com),
Komentar
Posting Komentar