Langsung ke konten utama

LAPORAN BIOKIMIA REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN


LABORATORIUM BIOKIMIA
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

LAPORAN LENGKAP
BIOKIMIA
REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN


OLEH
KELOMPOK  III (TIGA)
GOLONGAN  B
ANGKATAN   2015



PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino. Asam amino yang penyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat dalam sistem hidup semua organisme tingkat tinggi. Protein mempunyai fungsi utama yang kompleks di dalam semua proses biologi.
Hampir setiap fungsi dinamik dalam makhluk hidup bergantung pada protein. Faktanya nilai penting protein digaris bawahi oleh namanya, yang berasal dari kata Yunani proteios, yang berarti ‘tempat pertama’. Protein menyusun lebih dari 50% massa kering sebagian besar sel, dan protein teramat penting bagi hampir semua hal yang dilakukan organisme. Beberapa protein mempercepat reaksi kimia, sedangkan yang lain berperan dalam penyokongan struktural, penyimpanan, transpor, komunikasi selular, pergerakan, serta pertahanan melawan zat asing. Protein terdiri dari asam-asam amino yang dihubugkan melalui ikatan peptida pada ujung-ujungnya. Selain ikatan peptida terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen.
Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein. Pada berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsip diantaranya uji biuret, uji ninhydrin, pengendapan dengan logam, tes salting out, dan denaturasi protein.
Untuk mengetahui kebenaran teori tersebut maka dilakukanlah percobaan uji protein dengan metode identifikasi secara kualitatif dengan menggunakan prinsip pengendapan dengan logam, uji biuret, uji ninhydrin, tes salting out, dan denaturasi protein.
B.     Maksud dan Tujuan
1.    Maksud percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui sifat-sifat protein secara kualitatif.
2.    Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1.    Untuk mengidentifiksi adanya protein dengan hasil tes ninhydrin
2.    Untuk  mengidentifiksi adanya protein dengan hasil tes biuret
3.    Untuk  mengidentifiksi adanya protein dengan hasil tes salting out
4.    Untuk mengidentifiksi adanya protein dengan hasil pengendapan dengan logam
5.    Untuk mengidentifikasi adanya protein dengan hasil tes denaturasi protein




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Teori Umum
Protein adalah sekelompok senyawa organik yang nyaris keseluruhannya terdiri atas karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein biasanya suatu polimer yang tersusun atas banyak subunit (monomer) yang dikenal sebagai asam amino. Asam amino yang biasanya ditemukan dalam protein menunjukkan struktur sebagai berikut (Fried dan Hademenos, 2006).
Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro molekul, protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul tinggi dan berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O dan N serta unsur lainnya seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua protein pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 macam asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologis sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus (Patong, dkk, 2012).
Disamping itu protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Patong, dkk, 2012).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Samadi, 2012).
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni struktur primer, struktur sekunder, dan struktur tersier. Sedangkan klasifikasi protein dibagi berdasarkan sifat biologisnya, berdasarkan sifat kelarutannya dan gugus prostetiknya (Katili, 2009).
Pada struktur primer ini ikatan antar asam amino hanya ikatan peptida (ikatan kovalen). Struktur ini dapat digambarkan sebagai rumus bangun yang biasa ditulis untuk senyawa organik. Pada ikatan ini tidak terdapat ikatan atau kekuatan lain yang menghubungkan asam amino dengan satu dan lainnya. Pada struktrur sekunder dimana rantai asam amino bukan hanya dihubungkan oleh ikatan peptida tetapi juga diperkuat oleh ikatan hidrogen. Karena ikatan peptida adalah planar maka dalam satu molekul protein dapat berotasi hanya Ca-N dan Ca-C terhadap sumbu (struktur primer), sehingga memungkinkan suatu protein yang disebut a-heliks. Struktur tersier terbentuk karena terjadinya pelipatan (folding) rantai a-heliks, konformasi b, maupun gulungan rambang suatu polipeptida, membentuk protein globular, yang struktur tiga dimensinya lebih rumit daripada protein serabut. Struktur kuartener terbentuk dari beberapa bentuk tersier dan bisa terdiri dari promoter yang sama atau yang berlainan. Agregasi dari banyak polipeptida dapat membentuk sebuah protein tunggal yang fungsional (Patong, dkk., 2012).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein seperti keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk struktur linear atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang yang teratur. Protein lainnya, seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk konformasi globular yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola. Konformasi akhir bergantung pada berbagai macam interaksi yang terjadi (Kuchel dan Ralston, 2006).
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan.
Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia (Ariwulan, 2011).
Ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya  (Ariwulan, 2011).
Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsip :  (Khoiriah, 2012).
a.      Uji Biuret : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk    oleh Cu²++ dengan gugus –CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
b.      Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat.
c.      Pengendapan dengan garam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat.
d.      Pengendapan dengan alkohol : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alkohol.
e.      Uji koagulasi  : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan.
f.       Denaturasi protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.
Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda dalam air. Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat dielektrik pelarut, dan temperatur. Pemusahan protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein mempunyai daya kelarutan minimum pada pH isoelektriknya. Pada pH isoelektriknya beberapa protein akan mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masing-masing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan teknik yang disebut pengendapan isoelektrik (Patong, dkk., 2012).
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan (CH3COO)2Pb. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah ditambahkan garam (Sri, 2012).
Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk protein dan mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh permukaan. Denaturasi biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan (Deman,1989).
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu seperti, asam trikloroasetat dan asam perklorat (Deman,1989).
Penambahan asam ini menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendapan lainnya adalah tungstat, fosfotungstat dan metanofosfat. Protein juga diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+ (Patong, dkk., 2012).
 Asam  amino  adalah  senyawa  organik  yang  memiliki  gugus  fungsional karboksil (COOH)  dan  amina  (NH 2 digunakan untuk ). Asam  amino  merupakan  molekul  yang membangun  protein. pengertiannya  dipersempit,  keduanya  ter Dalam  biokimia  seringkali ikat  pada  satu  atom  karbon  yang sama  yang  disebut  atom  C  alfa.  Gugus  karboksil  memberikan  sifat  asam    dan gugus  amina  memberikan  sifat  basa.  Dalam  bentuk  larutan,  asam  amino bersifat  amfoterik,  cenderung  menjadi  asam  pada  larutan  basa  dan  menjadi basa  pada larutan  asam.  Perilaku  ini  terjadi  karena  asam  amino  mampu menjadi  zwitter  ion.  Asam  amino  termasuk  golongan  senyawa  yang  paling banyak  dipelajari  karena  salah  satu  fungsinnya  sangat  penting  dalam organisme,  yaitu sebagai  penyusun protein (Sofya Emmawaty, 2000)
Protein  berasal  dari  bahasa  Yunani  yaitu  “protos”  yang  berati  yang  paling utama Protein  ditemukan  oleh  Jons  Jakob  Berzelius  pada  tahun  1838. Protein adalah  senyawa  organik  kompleks  berbobot  molekul  tinggi  yang  merupakan polimer  dari  monomermonome r  asam  amino  yang  dihubungkan  satu  sama lain  dengan  ikatan  peptida.  Molekul  protein  mengandung  karbon,  hidrogen, oksigen,  nitrogen,  dan  kadang  kala  sulfur  serta  fosfor (Sofya Emmawaty, 2000).
Protein  berperan penting  dalam  struktur  dan fungsi  semua  sel  makhluk hidup dan virus. Kebanyakan  protein  merupakan  enzim  atau  subunit  enzim.  Jenis  protein  lain berperan  dalam  fungsi  struktural  dan  mekanis,  seperti  protein  yang membentuk  batang  dan  sendi  sitoskeleton.  Protein  terlibat  dalam  sistem kekebalan  sebagai  antibodi,  sistem  kendalu  d alam  bentuk  hormon,  sebagai komponen  penyimpanan  dan  juga  dalam  transportasi  hara.  Sebagai  saah  satu sumber  gizi,  protein  juga  berperan  sebagai  sumber  asam  amino  bagi oragnisme  yang  tidak mampu membentuk asam  amino tersebut. Protein  merupakan  salah  satu  dari  biomolekul  raksasa,  selain  polisakarida, lipid,  dan  polinukleotida,  yang  merupakan  penyusun  utama  makhluk  hidup. Selain  itu,  protein  merupakan  salah  satu  molekul  yang  paling  banyak  diteliti dalam  biokimia (Sofya Emmawaty, 2000).
Klasifikasi Asam Amino
Berdasarkan  biosintesis,  asam  amino  diklasifikasikan    menjadi  tiga  jenis,  yaitu Asam      amino  essensial,  asam  amino  nonessensial  dan    asam  amino  essensial bersyarat. Beberapa  asam  amino  dianggap  asam bahwa  tubuh  kita amino  esensial , yang  berarti tidak  dapat  membuat  mereka.  Kita  harus  mendapatkan  asam amino  esensial  dari  makanan  yang  kita  makan.  Asam amino nonesensial adalah  asam  amino  yang  tubuh  kita  dapat  mensintesis  terlepas  dari  apa  yang kita  makan.  Pada  manusia  ada  sepuluh  asam  amino  nonesens ial  dan  sepuluh esensial.  Namun,  arginin  adalah  jenis  kasus  khusus.  Orang  dewasa  dapat sintesis  arginin,  tetapi  bayi  tidak  bisa.  Jadi  arginin  adalah  asam  amino  esensial hanya  untuk bayi  (Sofya Emmawaty, 2000).
Asam Amino Esensial
Asam Amino Nonesensial
Arginine
Alanine
Histidine
Asparagine
Isoleucine
Aspartic  acid
Leucine
Cysteine
Lysine
Glutamic  acid
Methionine
Glutamine
Phenylalanine
Glycine
Threonine
Proline
Tryptophan
Serine
Valine
Tyrosine

Asam  amino  esensial bersyarat adalah  kelompok  asam  amino  nonesensial, namun  pada  saat  tertentu,  seperti  setelah  latihan  beban  yang  keras,  produksi dalam  tubuh tidak secepat  dan tidak sebanyak  yang  diperlukan sehingga  harus didapat  dari  makanan maupun suplemen protein. Asam  amino  yang terdapat  dalam  protein  dapat  dibagi  menjadi  4  golongan berdasarkan relatif  gugus  R-nya :
 (Sofya Emmawaty, 2000).
1.      Asam  amino dengan  gugus R  non polar  (tak mengutup) Gugus  non  polar  adalah  gugus  yang  mempunyai  sedikit  atau  tidak mempunyai  selisih  muatan  dari  daerah  yang  satu  ke daerah  yang  lain. Golongan  ini  terdiri  dari  lima  asam  amino  yang  mengandung  gugus alifatik  (Alanin,  leusin,  isoleusin,  valin,dan  prolin)  dua  dengan  R  aromatic (fenilalanin dan triptopan)  dan satu mengandung  atom  sulfur  (metionin).
2.     Asam  amino dengan  gugus R mengutub tak bermuatan Golongan  ini  lebih  mudah  larut  dalam  air  dari  golongan  yang  tak mengutub  karena  gugus R  mengutup  dapat  membentuk  ikatan  hydrogen dengan  molekul  air.  Selain  treoinin  dan  tirosin  yang  kekutubannya disebabkan  oleh  adanya  gugus  hidroks il  (OH)  merupakan  asam  amino yang  termasuk  golongan  ini.  Selain  itu  yang  termasuk  dalam  golongan  ini juga  adalah  asparagin  dan  glutamine  yang  kekutubannya  disebabkan  oleh gugus amida  (CONH 2 )  serta  sistein oleh  gugus sulfidril  (-SH).
3.     Asam  amino dengan  gugSH). us R  bermuatan negative  (Asam  amino asam) Golongan  asam  amino  ini  bermuatan  negative  pada  pH  6.0-7.0  dan  terdiri dari  asam  aspartat  dan  asam  glutamat  yang  masing- masing  mempunyai dua  gugus karboksil  (COOH).
4.     Asam  amino dengan  gugus R  bermuatan positif  (Asam amino basa) Golongan  asam  amino  ini  bermuatan  positif  pada  pH  7.0  terdiri histidin dan arginin.
Struktur  Asam  Amino dari  lisin, Struktur  asam  amino  secara  umum  adalah  satu  atom  C  yang  mengikat  empat gugus:  gugus  amina  (NH2),  gugus  karboksil  (COOH),  at om  hidrogen  (H), dan  satu  gugus  sisa  (R,  dari  residue)  atau  disebut  juga  gugus  atau  rantai samping  yang  membedakan  satu  asam  amino  dengan  asam  amino  lainnya. Atom  C  pusat  tersebut  dinamai  atom    ("C senyawa  bergugus  karboksil , alfa")  sesuai  dengan  penamaan yaitu  atom  C  yang  berikatan  langsung  dengan gugus  karboksil.  Oleh  karena  gugus  amina  juga  terikat  pada  atom    ini, senyawa  tersebut  merupakan  asam  αamino.  Asam  amino  biasanya diklasifikasikan  berdasarkan  sifat  kimia  rantai  samping  tersebut  menjadi empa t  kelompok. 
Rantai  samping  dapat  membuat  asam  amino  bersifat  asam lemah, basa  lemah, hidrofilik jika  polar, dan hidrofobik jika  nonpolar (Soekarsono,  1975).
Struktur  Protein
Ada 4 struktur  protein antara  lain : (Soekarsono,  1975).
1.     Struktur  Primer Struktur  primer  adalah  rantai  polipeptida. Struktur  primer  protein  di tentukan  oleh  ikatan  kovalen  antara  residu  asam  amino  yang  berurutan yang  membentuk  ikatan  peptida.  Struktur  primer  dapat  di  gambarkan sebagai  rumus bangun  yang  biasa  di  tulis untuk senyawa  organik.
2.     Struktur  Sekunder
Struktur  sek under  ditentukan  oleh  bentuk  rantai  asam  amino  :  lurus, lipatan,  atau  gulungan  yang  mempengaruhi  sifat  dan  kemungkinan  jumlah protein  yang  dapat  dibentuk.  Struktur  ini  terjadi  karena  ikatan  hydrogen antara  atom  O  dari  gugus  karbonil  (C=O)  dengan  atom  H  da amino  (Nri  gugus H)  dalam  satu  rantai  peptida,  memungkinkan  terbentuknya konfirasi  spiral  yang  disebut  struktur helix.
3.     Struktur  Tersier
Struktur  tersier  ditentukan  oleh  ikatan  tambahan  antara  gugus  R  pada asam asam  amino  yang  memberi  bentuk tiga  dimensi struktur  kompak dan padat  suatu protein.
4.     Struktur  kuartener
Struktur  kuartener  adaalah  susunan  kompleks  yang  terdiri  dari  dua  rantai polipeptida  atau  lebih,  yang  setiap  rantainya  bersama  dengan  struktur primer,  sekunder,  tersier membentuk  satu  molekul  protein  yang  besar  dan aktif  secara  biologis.
Sifat- sifat  Asam  Amino
Ada  tiga  sifat-sifat asam amino yaitu : (Soekarsono,  1975).
1.     Sifat  Amfoter
Gugus  fungsional  pada  asama  amino,  yaitu  karboksil  dan  amina, keduanya  memengaruhi  sifat keasaman  asam  amino.  Dengan  demikian, asam  amino  dapat  bereaksi  dengan  asam  maupun  basa  sehingga  dikatakan bersifat  amfoter  atau  amfiprotik.  Sifat  amfoter  ini  tampak  pada  asam amino  yang  hanya  mengikat  satu  gugus Adapun  asam  amiCOOH  dan  satu  gugus no  yang  mengikat  lebih  dari  satu  gugus hanya  satu  gugus-- NH2.COOH  dan NH2,  akan  lebih  bersifat  asam.  Asam  amino  bersifat amfoter, maka:
a.    Jika  direaksikan  dengan  asam,  maka  asam  amino  akan  menjadi  suatu kation.
b.    Jika  direaksikan  dengan  basa,  maka  asam  amino  akan anion. menjadi  suatu
2.     Ion  Zwitter
Pada  asam  amino,  ada  gugus  yang  dapat  melepaskan  ion  H+  dan  ada gugus  yang  dapat  menerima  ion  H+.  Akibatnya,  terbentuk  molekul  yang memilikidua  jenis  muatan,  yaitu  muatan  positif  dan  muatan  negatif.

3.     Optis Aktif
Semua  asam  amino  kecuali  glisin,  memiliki  atom  C  asimetris  atau  atom  C kiral,  yaitu  atom  C  yang  mengikat  empat  gugus  yang  berbeda  (gugus COOH, H, semua  asam  amino  (kecuali glisin)  bersifat  optis  aktif.  Artinya,  senyawa  tersebut  dapat  memutar bidang  polarisasi  cahaya.-- NH2,  danR).  Oleh  karena  itu, semua asam amino (kecuali glisin) bersifat optis aktif. Artinya, senyawa tersebut dapat memutar bidang polarisasi.
Sifat  Asam  Basa Asam  Amino.
Pada  larutan  air,  asam  amino  berbentuk  ion  dwi  kutub.  Pada  keadaan  zwitter ion,  umumnya  asam  amino  mempun yai  titik  isolektrik  yaitutitik  dimana  asam amino mempunyai  PH  optimum.
Protein adalah  makromolekul  polipeptida  yang tersusund ari  sejumlah  L asam amino  yang  dihubungkan  oleh  ikatan  peptide,  bobot  molekul  tinggi.  Suatu molekul  protein  disusun  olehsejumlah  asam  amino  dengan  susunan  tertentu dan  bersifat  turunan.  Rantai  polipeptida  sebuah  molekul  protein  mempunyai satu  konformasi  yang  sudah  tertentu  pada  suhu  dan  pH  normal.  Konformasi ini  disebut  konformasi  asli,  sangat  stabil  sehingga  memungkinkan  p rotein dapat  diisolasi  dalam  keadaan konformasi  aslinya  itu (Soekarsono,  1975).



Klasifikasi  Protein
Klasifikasi  protein  pada  biokimia  didasarkan  atas  fungsi  biologinya  terdiri atas : (Soekarsono,  1975).
1.      Enzim,  merupakan  golongan  protein  yang  terbesar  dan  paling  penting. Kirakira  seribu macam  enzim  telah  diketahui,  yang  masingmasing berfungsi  sebagai  katalisator  reaksi  kimia  dalam  jasad  hidup.  pada jasad  hidup  yang  berbeda  terdapat  macam  jenis  enzim  yang  berbeda pula.  Molekul  enzim  biasanya  berbentuk  bulat  (globular),  sebagian terdiri  at as  satu  rantai  polipeptida  dan  sebagian  lain  terdiri  lebih  dari satu  polipeptida. Contoh  enzim:  ribonuklease,  suatu  enzim  yang mengkatalisa  hidrolisa  RNA  (asam  poliribonukleat);  sitokrom,berperan  dalam  proses  pemindahan  electron;  tripsin;  katalisator pemu tus ikatan peptida  tertentu dalam  polipeptida.
2.      Protein  Pembangun, berfungsi  sebagai  unsure  pembentuk  struktur. Beberapa  contoh  misalnya:  protein  pembukus  virus,  merupakan selubung  pada  kromosom;  glikoprotein,  merupakan  penunjang struktur  dinding  sel; struktur  membrane,  merupakan  protein komponen  membran  sel;  αKeratin,  terdapat  dalam  kulit,  bulu  ayam, dan  kuku;  sklerotin,  terdapat  dalam  rangka  luar  insekta;  fibroin, terdapat  dalam  kokon  ulat  sutra;  kolagen,  merupakan  serabut  dalam jaringan  penyambung; elastin,  terdapat  pada  jaringan  penyambung yang  elastis  (ikat  sendi);  mukroprotein,  terdapat  dalam  sekresi  mukosa (lendir).
3.      Protein  Kontraktil, merupakan  golongan  protein  yang  berperan dalam  proses  gerak.  Sebagai  contoh  misalnya;  miosin,  merupakan uns ur  filamen  tak  bergerak  dalam  myofibril;  dinei,  terdapat  dalam rambut  getar  dan flagel  (bulu cambuk).
4.      Protein  Pengangkut, mempunyai  kemampuan  mengikat  molekul tertentu  dan  melakukan  pengangkutan  berbagai  macam  zat  melalui aliran  darah.  Sebagai  contoh misalnya:  hemoglobin,  terdiri  atas  gugus senyawa  heme  yang  mengandung  besi  terikat  pada  protein  globin, berfungsi  sebagai  alat  pengangkut  oksigen  dalam  darah  vertebrata; hemosianin,  befungsi  sebagai  alat  pengangkut  oksigen  dalam  darah beberapa  macam  invert ebrate;  mioglobin,  sebagai  alat  pengangkut oksigen  dalam  jaringan  otot;  serum  albumin,  sebagai  alat  pengangkut asam  lemak  dalam  darah;  βlipoprotein,  sebagai  alat  pengangkut  lipid dalam  darah;  seruloplasmin,  sebagai  alat  pengangkut  ion  tembaga dalam  darah.
5.      Protein  Hormon, termasuk  protein  yang  aktif.  Sebagai  contoh misalnya:  insulin,  berfungsi  mengatur  metabolisme  glukosa,  hormon adrenokortikotrop,  berperan  pengatur  sintesis  kortikosteroid;  hormon pertumbuhan, berperan  menstimulasi  pertumbuhan tulang.
6.      Protein  Bersifat  Racun, beberapa  protein  yang  bersifat  racun  terhadap hewan  kelas  tinggi  yaitu  misalnya:  racun  dari  Clostridium  botulimum, menyebabkan  keracunan  bahan  makanan;  racun  ular,  suatu  protein enzim  yang  dapat  menyebabkan  terhidrolisisnya  fosfo 7. gliserida  yang terdapat  dalam  membrane  sel;  risin, protein racun  dari  beras.
7.      Protein  Pelindung, umumnya  terdapat  dalam  darah  vertebrata. Sebagai contoh  misalnya:  antibody  merupakan  protein  yang  hanya dibentuk  jika  ada  antigen  dan  dengan  antigen  yang  me rupakan  protein asing,  dapat  membentuk  senyawa  kompleks;  fibrinogen,  merupakan sumber  pembentuk  fibrin  dalam  proses  pembekuan  darah;  trombin, merupakan komponen dalam  mekanisme  pembekuan darah.
8.      Protein  Cadangan, disimpan  untuk  berbagai  proses  metabolisme dalam  tubuh.  Sebagai  contoh,  misalnya:  ovalbumin,  merupakan  protein yangterdapat  dalam  putih  telur;  kasein,  merupakan  protein  dalam  biji jagung.
Berdasarkan bentuknya,  protein dikelompokkan sebagai  berikut  : (Soekarsono,  1975).
1.  Protein  bentuk  serabut  (fibrous). Protein  ini terdiri  atas  beberapa  rantai  peptida  berbentu  spiral  yang terjalin.  Satu  sama  lain  sehingga  menyerupai  batang  yang  kaku. Karakteristik  protein  bentuk  serabut  adalah  rendahnya  daya  larut, mempunyai  kekuatan  mekanis  yang  tinggi  untuk  tahan  terhadap  enzim pen cernaan.  Kolagen  merupakan  protein  utama  jaringan  ikat.  Elasti terdapat  dalam  urat,  otot,  arteri  (pembuluh  darah)  dan  jaringan  elastis lain.  Keratini  adalah  protein  rambut  dan  kuku.  Miosin  merupakan protein utama  serat  otot.
2.  Protein  Globuler. Berbentuk bola  terdapat  dalam  cairan  jaringan  tubuh.  Protein  ini  larut dalam  larutan  garam  dan  encer,  mudah  berubah  dibawah  pengaruh suhu,  konsentrasi  garam  dan  mudah  denaturasi.  Albumin  terdapat dalam  telur,  susu,  plasma,  dan  hemoglobin.  Globulin  terdapat  dalam ot ot,  serum,  kuning  telur,  dan  gizi  tumbuhtumbuhan.  Histon  terdapat dalam  jaringan-jaringan  seperti  timus  dan  pancreas.  Protamin dihubungkan dengan asam  nukleat.
3.  Protein  Konjugasi. Merupakan  protein  sederhana  yang  terikat  dengan  bahabahan  non asam  amino . Nukleoprotein  terdaoat  dalam  inti  sel  dan  merupakan bagian  penting  DNA  dan  RNA.  Nukleoprotein  adalah  kombinasi protein  dengan  karbohidrat  dalam  jumlah  besar.  Lipoprotein  terdapat dalam  plasmaplasma  yang  terikat  melalui  ikatan  ester  dengan  asam fosfat  se pertu  kasein  dalam  susu.  Metaloprotein  adalah  protein  yang terikat  dengan  mineral  seperti  feritin  dan  hemosiderin  adalah  protein dimana  mineralnya  adalah zat  besi, tembaga  dan seng.

Denaturasi  dan  Renaturasi
Organisme  hidup  memerlukan  banyak  jenis molekul  besar  untuk bertahan hidup.  Sangat  sedikit  molekul  tersebut  menjadi  berbagai  tujuan  seperti protein.  Protein   adalah  molekul  besar  yang  terdiri  dari  rantai  asam  amino terlipat.  Setiap  protein  memiliki  bentuk  unik  dan  fungsi  berdasarkan bentuknya.  Sa ngat  mudah  untuk  berpikir  tentang  protein  sebagai  kunci yang  cocok  dengan  membentuk  gembok  tertentu  di  sekitar  tubuh.  Protein berfungsi  untuk  mempercepat  proses  biologis,  mengenali  antibodi, mengatur  proses  fisiologis,  menyediakan  struktur,  zat  transportas i, mengatur  gen, dan menanggapi  sinyal  di  dalam  dan di  luar  organisme (Soekarsono,  1975).
Protein  berkisar  dalam  bentuk  ukuran  yang  kecil  seperti  insulin  yang hanya  51  asam  amino  ke  yang  panjang  yang  sangat  besar  seperti  protein Titin  yaitu  panjang  26.926  asam  amino.  Tidak  p eduli  ukuran  mereka,mereka  harus  dilipat  menjadi  bentuk  tertentu  agar  dapat  berfungsi. Kadang kadang  sesuatu  yang  salah  dan  menyebabkan  protein  terkuak. Denaturasi  adalah  proses  dimana  protein  kehilangan  struktur  terlipat  dan berhenti  berfungsi. D enaturas i  Protein  terjadi  ketika  protein  kehilangan struktur  kuartener,  tersier,  dan  sekunder.  Pada  dasarnya,  protein  menjadi membuka  lipatan  dan  berhenti  berfungsi.  denaturasi  Protein  adalah penyebab  oleh  beberapa  stres  eksternal.  Penyebab  utama  denaturasi protein  mencakup  paparan  asam,  basa,  garam-.garam  anorganik,  pelarut, atau panas (Soekarsono,  1975).
B.     Uraian bahan
1.      CuSO4  ( Dirjen POM, 1979 )
Nama Resmi                 :  CUPRI SULFAS
Nama lain                      :  Tembaga (II) Sulfat
RM/BM                           :  CuSO4. 5H2O/249,6
Pemerian                     :  Serbuk hablur atau keabuan bebas dari sedikit warna biru.
Kelarutan                       :  Larut dalam air dan etanol (95%) P
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     :  Sebagai pereaksi
2.    Etanol (Dijen POM, 1979)
Nama resmi                   :  AETHANOLUM
Nama lain                      :  Etanol
RM/BM                           :  C2H6OH/46,068 g/mol
  Pemerian                     : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan nyala biru yang tidak berasap
 Kelarutan                     : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P.
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     :  Sebagai pereaksi
3.    HCL (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                   :  ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain                      :  Asam Klorida
RM/BM                           :  HCl / 36,46
Pemerian                     :  Cairan, tidak bewarna, berasap, bau                 merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian air,   asap  dan bau hilang
Kelarutan                     :  Larut dalam air dan etanol (95 %) P
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     : Sebagai pereaksi
4.      HgCl2 (Dirjen POM, 1979)
        Nama Resmi                 :  HYDRARGRYI BICHLORIDUM
        Nama Lain                     :  Raksa (II) Klorida
        RM / BM                         :  HgCl2 / 271,52
Pemerian                        : Hablur tidak berwarna  atau serbuk hablur    putih  tidak berbau,berat.
    Kelarutan                       :  Larut dalam 18 bagian air , dalam 2,1 bagian   air  mendidh,dalam 3 bagian etanol (95%) P dalam 2 bagian etanol (95%) p mendidih
                                                dalam 20 bagian bagian eter p dan dalam   15 bagian gliserol P.
        Penyimpanan             :   Dalam wadah tertutup rapat
         Kegunaan                   : Sebagai pereaksi
5.        Ninhydrin (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                  : NINHYDRIN
Nama latin                    : Ninhidrina
RM/BM                          : C9H4O3
Pemerian                      : Serbuk hablur, putih atau kuning sangat pucat
Kelarutan                     : Larut pada suhu 60º dalam 20 bagian air
Kegunaan                    : Sebagai pereaksi
6.        Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                  : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain                     : Natrium Hidroksida
RM/BM                          : NaOH/40,00
Rumus bangun           : Na – O – H
Pemerian                    : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur : putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida
Kelarutan                     : Sangat mudah larut dalam air dan etanol  (95%)P
 Penyimpanan             : Dalam wadah tertutup baik
 Kegunaan                    : Sebagai penitran

7.        (NH4)2SO4 (Dirjen POM, 1979)
         Nama Resmi                    : Ammoni Sulfat
         Nama Lain                        : Amonium Sulfat
         RM / BM                            : (NH4)2SO4 / 152,13
         Pemerian                          : Hablur tidak berwarna dan putih
Kelarutan               : Sangat mudah larut dalam air, praktis tidak    larut     dalam  etanol 95 % P
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik
         Kegunaan                        : Sebagai pereaksi















BAB III
METODE PERCOBAAN
A.   Alat dan Bahan
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, yakni tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, gel as kimia, dan batang pengaduk.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu larutan ninhydrin, susu beruang, larutan susu cap enak,larutan putih telur, larutan cystein, NaOH (natrium hidroksida), larutan asetat, HCL (asam klorida) 0,1 N, HgCl2 (hydrargryi bichloridum) 0,2 M, Pb 0,2 M, buffer asetat pH 4,7 dan etanol 95 %.
B.   Prosedur Kerja
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan 5 pengujian yaitu tes ninhydrin, tes biuret, pengendapan dengan logam, uji salting out, dan denaturasi protein.
1.    Tes Ninhydrin
3 ml larutan protein ditambahn 0,5 ml larutan ninhydrin 0,1 %. Dipanaskan hingga mendidih. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan asam amino ( larutan susu beruang, susu cap enak, putih telur dan larutan cystein).
2.    Tes biuret
3 ml  larutan protein, ditambahkan 1 ml NaOH 2,5 M, campurkan dengan baik. Ditambahkan setetes CuSO4  0,01 N. Campurkan , jika timbul warna, ditambah lagi setetes atau lebih  CuSO4.  Diulang percobaan dengan menggunakan larutan asam amino (larutan susu beruang, susu cap enak, putih telur, dan larutan cystein).
3.    Tes pengendapan dengan logam
Di tambahkan 5 tetes HgCl 0,2 kedalam 3 ml larutan protein. Diulangi percobaan dengan menggunakan pb-asetat 0,2 M.
4.    Tes  salting out
10 ml larutan protein ditambahkan  (NH4) SO4 sampai  jenuh. Pertama ditambahkan sedikit dari garam tersebut diaduk hingga rata. Ditambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan diaduk lagi secara kontinyu, sehingga sedikit garam tertinggal tidak terlarut, kemudian saring. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dengan air, dan dibagi kedalam tabung. Tabung I dilakukan dengan penambahan uji millon dan tabung II dilakukan dengan penambahan uji biuret.
5.    Tes  denaturasi protein
            Tabung III dimasukkan kedalam air mendidih selama 15 menit. Lalu didinginkan pada suhu kamar kemudian diamati tabung mana saja yang menunjukkan protein tidak larut.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil pengamatan
Tabel 1. Pengamatan tes Ninhydrin
No
Larutan protein dan
asam amino
Warna
Dengan ninhydrin 0,5 ml
Setelah dipanaskan
1
Susu beruang
Putih tulang
Ungu
2
Susu cap enak
Ungu muda
Ungu pekat
3
Larutan putih telur
(2 lapisan) warna abu-abu dan warna ungu
Ungu pekat
4
Larutan cycstein
Bening
Jingga

    Tabel 2. Pengamatan tes Biuret
No
Larutan contoh
NaOH 2,5 M
CuSO4 0,01 M
CuSO4 0,01 M berlebihan
1
Susu beruang
1 ml
Tetap cream
Warna putih,lebih encer, dan tidak bereaksi
2
Susu kental
1 ml
Tetap cream
Violet (10 tetes)
3
Albumin telur
1 ml
Warna violet
Merah keunguan
4
Cystein
1 ml
Warna violet
Merah keunguan

Tabel 3.  Pengamatan salting out
No
Larutan contoh
(NH4)2 SO4 hingga jenuh
Warna 
Awal
Akhir
1
Albumin telur
3 ml
Bening
Biru muda
2
Susu cap enak
3 ml
Putih susu
Biru muda

Tabel 4 Pengamatan pengendapan dengan logam
No
Larutan contoh
HgCl 0,2 M
(CH3C00)2 Pb 0,2 M
1
Putih telur
Larutan berwarna kuning (≠ terjadi pengendapan)
Terbentuk sedikit endapan putih
2
Susu cap enak
Larutan berwarna putih (≠ terjadi pengendapan)
Terbentuk sedikit endapan putih tulang
3
Susu beruang
Larutan berwarna putih (≠ terjadi pengendapan)
Terbentuk sedikit endapan putih tulang

Tabel 5 Pengamatan denaturasi protein
No
Pereaksi
Volume zat pada tabung
Tabung I
Tabung II
Tabung III
Tabung IV

1
Albumin telur
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
2
HCL 0,1 N
-
2 m
-
-
3
NaOH 0,1 N
2 ml
-
-
-
4
Buffer asetat Ph 4,7
1 ml
1 ml
3 ml
1 ml
5
Etanol 95 %
-
-
-
2 ml

Hasil yang terjadi
Terjadi 2 lapisan
Atas:bening
Bawah: gumpalan putih
Terjadi 2 lapisan
Atas : bening
Bawah: gumpalan putih kental
Terjadi 2 lapisan
Atas: cairan keruh
Bawah: gumpalan putih abu-abu
Membeku berwarna putih dingin





B.   Pembahasan
            Pada Uji ninhydrin ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara asam amino dan protein. Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum ini digunakan empat sampel, yakni larutan susu beruang, susu cap enak, putih telur, dan larutan cystein.
            Pada sampel larutan susu beruang yang direaksikan dengan ninhydrin dan menghasilkan warna putih tulang setelah dipanaskan hingga mendidih terjadi perubahan warna, dari warna putih tulang menjadi warna ungu. Kedua dengan menggunakan sampel susu cap enak, yang direaksikan dengan ninhydrin dan menghasilkan larutan larutan berwana ungu setelah dipanaskan hingga mendidih terjadi perubahan warna, dari ungu menjadi ungu pekat. Ketiga dengan menggunakan larutan putih telur yang direaksikan dengan larutan ninhydirn dan menghasilkan 2 lapisan, tetapi setalah dipanaskan hingga mendidih terjadi perubahan warna menjadi ungu pekat dan homogen menjadi satu lapisan (1 warna). Dan terakhir menggunkan larutan cystein yang direaksikan dengan larutan Ninhydrin menghasilkan warna bening dan setelah dipanaskan hingga mendidih terjadi perubahan warna, dari bening menjadi Jingga.
            Pada praktikum kali ini tiga dari keempat sampel menunjukkan hasil positif dengan warna ungu, sedangkan cystein yang menunjukkan hasil negatif, yaitu warna jingga pada reaksi ini dilepaskan  dan  sehingga konsentrasi asam α-amino bebas dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah  dan  yang dilepaskan. Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksilat dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhydrin. Berdasarkan literatur yang menebabkan bahwa beberapa amina seperti aniline dengan uji ninhydrin memberikan warna orange hingga merah (hasil negatif). Warna ungu juga menunjukkan sampel mengandung asam amino (hasil positif). Hal ini membuktikan pada uji Ninhydrin sampel larutan cystein hasil negative Pembentukan warna ungu yang menunjukkan hasil positif adalah akibat
Gambar 1 : Reaksi Percobaan Uji Ninhydrin
adanya reaksi dengan senyawa amin primer dan ammonia tanpa pembebasan CO (Tsafuadeh, Sarah, 2015).

                                                                                   

            Pada uji Biuret dilakukan untuk mengidentifikasi protein dengan menggunakan sampel yang sama pada uji Ninhydrin, yakni susu beruang, susu kental manis, albumin telur dan cystein.  Pada sampel susu beruang, menghasilkan warna cream setelah direaksikan dengan NaOH dan  0,1 M. untuk sampel cairan susu kental manis yang ditambahkan  0,1 M tetap berwarna cream, tetapi jika ditambahkan  secara berlebih akan berubah menjadi violet. Pada sampel albumin telur, ditambahkan  0,1 M setetes maka terjadi perubahan warna dari bening hingga violet dan jika ditambahkan lagi  0,1 M secara berlebihan akan berubah menjadi warna merah keunguan. Hasil reaksi dan perubahan warna yang sama juga dialami sampel yang menggunakan cystein.
Gambar 2 :  Reaksi Percobaan Uji Biuret
            Pada praktikum uji biuret ini, ada 3 sampel yang menunjukkan hasil positif dengan reaksi perubahan warna menjadi violet. 3 sampel tersebut adalah susu kental manis, albumin telur dan cystein. Sedangkan beruang menunjukkan hasil hasil negatif. Berdasarkan literatur uji Biuret ion  (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan peptida yang menysun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (Tsafuadeh, Sarah.2015).

           



            Gambar di atas menunjukkan adanya dua molekul asam amino yang berikatan dengan ikatan peptida dan membentuk molekul protein. Ikatan peptida tersebut yang akan bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan perubahan warna. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan peptida (sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda.
Salting out adalah prinsip ukuran kelarutan protein setelah diberi garam. protein akan berkurang kelarutannya apabila telah ditambahkan dengan garam dan protein tersebut mengalami salting out akan membentuk endapan. larutan garam yang digunkan dalam percobaan salting out ini adalah (  (ammonium Sulfat), dimana masing-masing larutan garam tersebut dicampurkan dengan albumin telur dan susu cap enak. Endapan yang terbentuk disaring sehingga menjadi filtrat kemudian ditambah dengan NaOH lalu diuji dengan pereaksi Biuret dan Millon. Pemeriksaaan diperlukan karena adanya Ammonium Sulfat, alkali akan  membebaskan amoniak yang akan memberikan warna biru tua dengan Cu yang dapat memberikan kesalahan warna biuret.
            Pada praktikum ini sampel putih telur atau albumin telur menghasilkan warna akhir biru muda, dan susu cap enak juga biru muda.
            Berdasarkan literatur hal tersebut sesuai dengan pernyataa adanya amonium sulfat, alkali akan membebaskan amoniak yang akan membentuk warna biru. Jika terbentuk warna ungu menandakan  bahwa larutan tersebut merupakan protein tetapi jika tidak berwarna ungu maka itu sudah terjadi salting out dengan garam jenuh (Tsafuadeh sarah, 2015)

Gambar 3 : Reaksi percobaan Uji Salting Out
           
                                                Pemisahan protein dengan cara pengendapan juga dapat dilakukan dengan mereaksikan protein dengan logam berat. Garam dari logam berat akan mempengaruhi sifat koagulasi protein dimana protein akan membuat endapan apabila ditambah dengan suatu zat garam. Pada hasil praktikum diperoleh data sampel putih telur (albumin telur) mengalami sedikit endapan putih, larutan susu cap enak juga terjadi endapan putih tulang, begitupun dengan larutan susu beruang. Pada ke-3 sampel menghasilkan  endapan putih. Logam berat yang digunakan untuk percobaan ini adalah HgCl2 dan CH3COO2 Pb 0,2 M. Jumlah tetesan yang diberikan hingga menghasilkan endapan pada tiap perlakuan berbeda-beda. Terdapat endapan setelah ditambahkan logam berat disebabkan protein memiliki gugus dengan muatan positif dan negatif (Tsafuadeh sarah, 2015).
Pengendapan dengan HgCl2




Pengendapan dengan Pb-asetat
Gambar 4 : Reaksi Uji pengendapan dengan Logam







Denaturasi  adalah perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuartener pada molekul protein. Tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Koagulasi adalah salah satu kerusakan protein yang terjadi akibat pemanasan dan terjadi penggumpalan dan pengerasan pada protein karena menyerap air pada prosese tersebut.
Pada hasil praktikum, tabung I mengalami 2 lapisan, bagian atas berwarna bening, bagian bawah terjadi gumpalan putih, tabung II terjadi 2 lapisan, bagian atas cairan bening, bagian bawah terdapat gumpalan putih kental, dan pada tabung III terdapat 2 lapisan bagian atas cairan keruh, bagian bawah gumpalan putih dan pada tabung IV terjadi  pembekuan warna putih. Berdasarkan literur bahwa  proses penggumpalan struktur ruang (sekunder dan tersier) protein yang berubah tetapi juga struktur primernya. Hasil denaturasi protein yang dapat setelah dipanaskan adalah endapan yang terbentuk menjadi berkurang dan menggumpal (Tsafuadeh,sarah, 2015)

Gambar 5 : Reaksi Percobaan Denaturasi Protein



















BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
                 Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.    Tes ninhydrin menghasilkan tes positif pada 3 sampel yaitu pada larutan susu beruang (ungu), susu cap enak (ungu pekat), dan pada albumin telur (ungu pekat),sedangkan pada cystein (jingga) menunjukkan tes negatif.
2.    Tes  biuret menghasilkan tes positif pada 3 sampel yaitu pada susu kental manis (violet), albumin telur (merah keunguan), dan cystein (merah keunguan). Hanya susu beruang (putih) yang menunjukkan tes negatif.
3.    Tes salting out menghasilkan tes positif pada kedua sampel yang digunakan yaitu albumin telur (birumuda) dan susu cap enak(bitu muda).
4.    Tes pengendapan dengan logam ke tiga sampel yang digunakan menghasilkan tes positif yaitu albumin telur, larutan susu cap enak dan  susu beruang yang membentuk endapan putih
5.    Tes  denaturasi protein, tabung IV (pembekuan warna putih) yang menunjukkan kerusakan protein.


 B.   Saran
1.    Saran untuk Laboratorium
Untuk laboratorium sudah baik baik alat-alat dan bahan sudah lengkap, Saran untuk laboratorium agar kedepannya fasilitasnya bisa lebih baik lagi.
2.      Saran untuk Asisten
Untuk asisten biokim sudah cukup baik, dimana asisten maupun praktikan sama-sama disiplin memakai baju lab di laboratorium, serta sebelum melakukan praktikum diberikan penjelasan terkait hal yang akan di percobakan.














DAFTAR PUSTAKA
Ariwulan, R.R. Dyah Roro, 2011, Uji Reaksi Protein (online), (http://pustakabiolog. wordpress.com), diakses pada 6 Januari 2017  pukul 20.15 WITA.
Deman, M. John, 1997, Kimia Makanan,  Institut Teknologi Bandung , Bandung.
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J., 2006, Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua, Penerbit Eralangga, Jakarta.
Hasan, Tahira. 2016. Penuntun    Praktikum Biokimia. Universitas Islam Makassar
Hidayatullah , 2012. “Analisa Asam Amino ada Buah Pepaya dengan Spektofotometer. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Katili, A. S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kolagen (online), (http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/587), Jurnal Penelitian, Vol : 2 (5), Hal : 19-29, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Khoiriah, N., 2012, Uji Reaksi Protein (online), (http://nissakhoiriah.blogspot.com), diakses pada tanggal 6 Januari 20 17 pukul 20.17 WITA.
Kuchel, P. dan Ralston G. B., 2006, Biokimia Schaum’s Easy Outlines, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.
Soekarsono, Marthokarsono, 1975. BIOKIMIA ASAM AMINO  DAN PROTEIN.Universitas Gadjah  Mada : Yogyakarta. Di akses pada 10 Januari 2017 di http://www.academia.edu/8959206/ BIOKIMIA_ASAM_AMINO_DAN_PROTEIN
Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam Pedaging (online), (http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2), Hal : 42-48, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Sofya,  Emmawaty.  2000. Biokimia  1. University  Press : Bandar  Lampung.
Sri, 2012, Praktikum Reaksi Uji Protein (online), (http://ruanglingkupgurukimia. blogspot.com) Diakses pada tanggal 6 Januari 2017 pukul 20.22
Tsafuadeh, sarah, 2015. Jurnal uji kualitatif karbohidrat. Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses tanggal 19 Desember 2016.





LAMPIRAN
Uji Tes Ninhydrin
Gambar hasil  3 hasil larutan Cystein
Gambar hasil  4 Susu beruang
Gambar hasil  2  Susu cap enak
Gambar hasil  1 Albumin telur
















                                                                                                                    


Uji Biuret
Gambar hasil  1
 larutan susu beruang
Gambar hasil  3
Larutan Cystein
Gambar hasil  2
Albumin telur
Gambar hasil  2
susu kental manis
Uji Salting Out
Gambar hasil  2
Susu Cap Enak
Gambar hasil  1
Albumin telur






Uji pendendapan dengan logam
Gambar hasil  3 susu beruang
Gambar hasil  2 Susu cap enak
Gambar hasil  1 Albumin telur




Uji Denaturasi protein
Gambar hasil   Denaturasi Protein









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uraian Bahan Laporan Analisis Farmasi

B.   Uraian Bahan 1.   Aquadest ( FI . III ; 96) Nama resmi           :   AQUA DESTILLATA Nama lain             :   Air suling R M /B M                   :   H 2 O / 18.02 Pemerian   ....... : .. Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,   tidak   mempunyai rasa Kelarutan               :   Larut dengan semua jenis larutan Penyimpanan      :   Dalam wadah tertutup baik Kegunaan                         :   Sebagai pelarut 2.   H Cl ( FI. III ; 53 ) Nama resmi             : ACI...

Uraian Sampel Aquadest ( Ditjen POM, 1995)

  B. Uraian Sampel 1.     Aquadest ( D itjen POM , 1995) Nama resmi                            : AQUADESTILLATA Nama lain                               : air suling RM/BM                                    : H 2 O / 18,02 R B                                           : H – O - H   Pemeria n      ...

Ayat-ayat Al-Qur’an mengenai ilmu kimia/farmasi

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Di dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran merupakan Kalamullah (Perkataan/Firman Allah S.w.t) yang bagi kita ummat muslim sudah tidak ada keraguan padanya. Al-Quran banyak sekali menyimpan rahasia dan seiring dengan perkembangan zaman, berjalanya waktu maka semakin membuktikan kebenaran Kitab Allah S.w.t. Di dalam Al-Quran tentunya sangat menganjurkan kita untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memanfaatkan nya dengan sebaik-baiknya. Terkhusus kali ini kita akan memperluas khasanah pengetuhuan kita tentang ilmu kimia atau farmasi serta pentingnya memelihara kebersihan bagi seorang muslim, yang tentunya semakin membuktikan keben a ran dan InsyaAllah akan men am bah keimanan kita akan kitabullah Al-quran al kariim. B.      Rumusan Masalah 1.       Apa itu ilmu kimia/...