Efek
samping. Pada umunya antibiotika golongan tetrasiklin merupakan
obat yang aman, walaupun dapat memperburuk kondisi ginjal yang suddah ada.
Dalam hal ini doksisilin lebih aman dari pada senyawa-senyawa lain dalam
kelompoknya.
Pada penggunaan oral sering kali terjadi gangguan lambung-usus (mual,
muntah, diare). Penyebabnya adalah rangsangan kimiawi terhadap mukosa lambung
dan perubahan flora-usus oleh bagian obat yang tak diserap, terutama pada
tetrasiklin. Hal terakhir dapat menimbulkan pula supra-infeksi oleh antara lain jamur Candida albicans (dengan geala mulut dan tenggorokan nyeri, gatal
sekitaran anus dan diare).
Efek samping yang lebih serius adalah sifat penyerapannya pada jaringan
tulang dan gigi yang sedang tumbuh pada janin dan anak-anak. Pembentukan
kompleks tetrasiklin-kalsium fosfat dapat
menimbulkan gangguan pada struktur Kristal dari gigi serta pewarnaan dengan
titik-titik kuning-coklat yang lebih mudah berlubang (caries). Efek samping
lain adalah fotosensitasi , yaitu kulit
menjadi peka terhadap cahaya, menjadi kemerah-merahan dan gatal-gatal. Oleh
karena ini selama terapi dengan tetrasiklin, hendaknya jangan terkena sinar
matahari.
Kehamilan.
Karena
penghambatan pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih rapuh
dan klasifikasi gigi terpengaruh secara buruk, semua tetrasiklin tidak boleh
diberikan setelah bulan keempat ari kehamilan. Begitu pula tidak bagi wanita
yang menyusui dan pada anak-anak sampai usia 8 tahun.
Interaksi.
Tetrasiklin membentuk kompleks tak larut
dengan sediaan besi, aluminium, magnesium dan kalsium, sehingga resopsinya dari
susu gagal. Oleh karena itu, zat tetrasiklin, terkecuali doksisilin dan
minosiklin, tidak boleh diminum bersamaan dengan makanan (khususnya susu) atau
antasida. TC, OTC dan minosiklin dapat menghambat hidrolisa dari conjugated
esterogen dalam usus. Turunnya kadar esterogen dalam darah dapat menimbulkan
“setelah penggunaan antikonseptiva yang mengandung etinilestradiol atau
mestranol.
Resistensi.
Semakin
sering teradi melalui R-plasmid (ekstrakromosomal). Banyak stailokok dan
steptokok sudah menjadi resisten, begitu pula kebanyakan kuman Gram-negatif
(Pseudomonas, Priteus, Klebsiella, Enterobacter, Serratia). Antara
masing-masing derivate tetrasiklin terdapat resistensi-silang, kecuali
minosiklin terhadap Staphylococcus aureus.
Komentar
Posting Komentar