BAB II PEMBAHASAN
A.
Organisasi Seluler
Didalam
tubuh terdapat berbagai jenis sel dengan fungsi-fungsi yang sangat khusus,semua sel sampai taraf tertentu, mempunyai gaya
hidup dan unsur struktural yang serupa. Mereka mempunyai keperluan yang
sejajar akan zat-zat seperti oksigen dan suplai zat makanan, suhu, suplai
air dan sarana pembuangan sampah yang konstan. Sel secara harafiah adalah
unit kehidupan, kesatuan lahiriah yang terkecil yang menunjukkan bermacam-macam
fenomena yang berhubungan dengan hidup.Karena itu, sel juga merupakan unit
dasar penyakit.
Organisasi sel:
Sel dibatasi oleh membran sel, yang tidak saja memberi bentuk
sel tetapi juga melekatkannya pada sel lain. Bahkan yang lebih penting,membran
sel bekerja sebagai pintu gerbang dari dan ke sel, memungkinkan hanya zat-zat
tertentu sajalewat pada kedua jurusan, dan bahkan secara aktif mengangkut
beberapa zat secara selektif. Membransel
juga yang harus menerima tanda pengaturan dari sekitar tubuh dan menghantarkan
tanda ini kebagian dalam sel.
Di dalam sel terdapat nukleus, yang bertindak
sebagai pusat pengaturan karena ternyata bahwaDNA terpusat di dalamnya.
Instruksi yang disandikan dalam DNA nukleus sebenarnya dilaksanakan didalam sitoplasma, bagian sel yang di luar
nukleus. Sitoplasma adalah medium berair yang mengandungbanyak struktur yang
demikian kecilnya sehingga mereka hanya dapat dilihat dengan mikroskop
elektron.Organ-organ ultra mikroskopis ini disebut organela dan fungsi mereka sangat khusus meskipun
dalambatas sebuah sel.
Mitokondria adalah organela yang ditugaskan
untuk produksi energi di dalam sel. Mereka adalahsumber tenaga dari sel sebab
di dalam mitokondria dioksidasi bermacam-macam zat makanan untuk menghasilkan
tenaga penggerak bagi kegiatan-kegiatan lain dari sel.Retikulum endoplasma dan
aparatus Golgi merupakan semacam sistem pembuatan, proses dan penambalan dalam
sitoplasma.retikulum endoplasma adalah suatu jaringan yang terdiri dari
tubuli dan sisterna yang salingberhubungan satu dengan lain, sedangkan
kompleks Golgi adalah deretan sisterna yang pipih yangberhubungan erat serta
vesikel-vesikel yang berhubungan. Sintesis protein dikerjakan dengan
bantuanretikulum endoplasma di bawah pengawasan RNA (asam ribonukleat) di dalam
ribosom. RNA sitoplasmasebetulnya dihasilkan dan dipimpin oleh DNA nukleus
untuk bertindak sebagai semacam regu perakitdalam hubungan dengan peranan
khusus DNA. Ribosom melakukan sintesis protein dengan merakitasam-asam amino
menjadi molekul-molekul kompleks menurut petunjuk-petunjuk yang diberikan
olehDNA. Aparatus Golgi adalah alat pembungkus yang membungkus hasil-hasil sel
untuk dikeluarkan(sekresi) atau untuk disimpan dalam sel. Kompleks glikoprotein
tertentu juga dikeluarkan di dalamaparatus Golgi.
Lisosom adalah bungkusan enzim pencernaan
yang terikat membran, disiapkan oleh seldan
dibiarkan tidak aktif sampai dibutuhkan. Organela lain yang tidak ditunjukkan
dalam Gambar 1bertanggung jawab atas fungsi-fungsi istimewa tambahan di dalam
sel, seperti memberi kekakuandan/atau gerakan dengan cara
muskuloskleton. Bermacam-macam organela mewakili organisme utuhdalam mikrokosmos dan kegiatan mereka harus
dikoordinasi dan diatur secara ketat untuk menjagaintegritas sel.
Diagram sebuah sel yang
khas. Struktur dasar bagi pembagian kerja dalam sel diperlihatkan secara
diagramatis. Perlu dicatat bahwa dalam tubuh hidup membran sel tidak saja
membatasi sel dan mengatur jalan masuk ke dalam sel, tetapi juga menghubungkan
sel dengan sel lainnya untuk membentuk jaringan.
Perlu ditekankan bahwa setiap sel saling
berhubungan satu sama lain melalui berbagai cara dalammembentuk jaringan dan
organ. Beberapa jaringan, seperti epitel pembatas atau epitel penutup
terdiridari kelompok sel yang rapat, saling melekat erat secara langsung dengan
sedikit sekali ruang antara.Kelompok sel
jenis ini adalah lunak dan lentur dan tidak dapat mempertahankan bentuk organ
ataukekuatan seluruh tubuh. Sebenarnya jaringan penyambunglah yang
mempersatukan sel-sel tersebutmenjadi tubuh karena jaringan ini memiliki
substansi interselular, secara harafiah jaringan penyambungmerupakan zat antara sel. Zat ini merupakan
kolagen yang merupakan suatu protein yang dihasilkandalam bentuk serabut
yang amat kuat (seperti tendo dan ligamentum) dan elastin yang juga protein
yangdibentuk menjadi serabut, tetapi dengan sifat-sifat kenyal. Di antara
serabut-serabut elastik ini terdapatmatriks atau zat dasar seperti agar-agar.
Kombinasi serabut kuat dan serat elastis serta matriks mem-berikan kekuatan,
bentuk, dan gaya pegas pada tubuh. Pada rangka, zat antar sel ini diisi dengan
garam-garam kalsium, menghasilkan tulang penyokong tubuh yang kuat
B.
Modalitas Cedera Seluler
Terdapat
banyak cara di mana sel mengalami cedera atau mati tetapi bentuk-bentuk luka
yang pen-ting hanya dibagi dalam beberapa kategori. Salah satu faktor yang
paling sering yang dapat melukai sel adalah
defisiensi oksigen atau bahan makanan. Sel-sel khususnya bergantung pada suplai
oksigen yang kontinyu sebab energi dari reaksi-reaksi kimia oksidatiflah
yang menggerakkan sel danmempertahankan integritas berbagai komponen sel. Karena
itu, tanpa oksigen berbagai aktivitaspemeliharaan dan sintesis sel berhenti dengan
cepat.
Sebab kedua yang penting yang dapat melukai sel adalah agen
fisik, yang sebenarnya me-nyangkut robeknya sel, atau paling sedikit
adanya gangguan hubungan spasial antara berbagai organelaatau gangguan
integritas struktural dari salah satu organela atau lebih. Jadi, cedera akibat
mekanik dan Suhu penting sebagai penyebab
penyakit pada manusia.
Agen-agen
menular yang hidup merupakan kategori
ketiga dari sebab cedera, dan terdapatbanyak cara di mana organisme
tertentu menimbulkan cedera pada sel.
Agen kimia sering dapat melukai sel. Zat-zat
toksik ini tidak saja masuk ke dalam sel darilingkungan melainkan merupakan akumulasi zat-zat endogen (seperti
"kesalahan" metabolisme yangditentukan secara genetik) dapat
melukai sel-sel dengan cara yang sama.
C.
Sel Yang Diserang
Jika
stimulus yang menimbulkan cedera menyerang sebuah sel, maka efek pertama yang
pentingadalah apa yang dinamakan lesi
biokimiawi. Ini menyangkut perubahan kimia dari salah satu atau lebihreaksi metabolisme di dalam sel. Adalah menarik
untuk dicatat bahwa pada tingkat ini sebenarnya sangatsedikit kelainan
yang dipahami. Walaupun pada sel yang cedera dapat terlihat
perubahan-perubahanbiokimiawi, kelainan yang sangat sering terlihat merupakan
efek kedua atau ketiga dari lesi biokimiawiprimer.
Bila kerusakan biokimiawi sudah terjadi, maka sel dapat atau tidak menunjukkan
kelainan fungsi. Sering kali sel memiliki cukup cadangan untuk dapat tetap
bekerja tanpa gangguan fungsi yang berarti; dalam hal lain dapat terjadi
kegagalan kontraksi, sekresi atau kegiatan sel yang lain.
Pada sel dengan kelainan biokimia dan kelainan fisiologi
dapat atau tidak dapat ditemukanperubahan morfologis. Keterbatasan ini adalah pada segi teknis.
Perubahan-perubahan yang tampakpada pemeriksaan mikroskopik rutin umumnya
adalah perubahan-perubahan yang sudah lama, karenabanyak kelainan biokimia dan
kelainan fisiologi mungkin sudah terjadi sebelum kelainan anatomis
terjadi.Penemuan mikroskop elektron memungkinkan untuk mengetahui lebih awal
kerusakan-kerusakan mi-kroskopis dari berbagai organela, tetapi dengan teknik
yang tersedia dewasa ini masih banyak sel yangsecara fungsional terganggu,
tetapi tidak tampak kelainan secara morfologis.
Suatu serangan terhadap sel tidak selalu mengakibatkan
gangguan fungsi. Ternyata, terdapat mekanisme adaptasi sel terhadap berbagai gangguan. Misalnya, suatu
reaksi umum yang terjadi padasel otot yang secara terus-menerus dalam jangka
waktu tertentu berada dalam beban kerja tinggi adalah meningkatnya kekuatan
dengan pembesaran, proses ini disebut hipertrofi. Jadi sel-sel otot jantung
dariseorang dengan tekanan darah tinggi
akan membesar untuk menanggulangi tekanan memompamelawan tahanan yang
meningkat. Jenis adaptasi serupa terjadi juga pada tantangan kimiawi
tertentu.Barbiturat dan zat-zat tertentu lain biasanya dimetabolisme dalam
sel-sel hati, di bawah pengaruh sistemenzim yang terdapat dalam sel-sel ini
dibantu oleh retikulum endoplasma. Pada seseorang yang menelanbarbiturat,
sering terjadi peningkatan yang menyolok pada jumlah retikulum endoplasma di
dalam sel-selhati, dan ini berhubungan dengan kenaikan kandungan enzim dalam
sel-sel ini dan menambah kemampuan untuk metabolisme obat ini.
D.
Perubahan Morfologis Pada Cedera
Sel Subletal
Bila sel mengalami cedera tetapi tidak mati,
maka sering sel-sel tersebut menunjukkan perubahan-perubahan morfologis yang
sudah dapat dikenali. Secara potensial perubahan-perubahan subletal
inireversibel, sehingga jika rangsang yang menimbulkan cedera dapat dihentikan,
maka sel kembali sehatseperti semula.
Sebaliknya, perubahan-perubahan ini mungkin merupakan suatu langkah ke
arahkematian sel jika pengaruh yang berbahaya ini tidak dapat diatasi.
Perubahan subletal terhadap selsecara tradisional disebut degenerasi atau perubahan degeneratif.
Walaupun tiap sel dalam tubuh dapatmenunjukkan perubahan-perubahan semacam itu,
tetapi pada umumnya sel yang terlibat adalah sel-selyang aktif secara metabolik, seperti sel hati, ginjal dan jantung.
Perubahan-perubahan degeneratif cenderung melibatkan sitoplasma
sel, sedangkan nukleus mempertahankan integritas mereka selama seltidak
mengalami cedera letal. Walaupun agen-agen yang menimbulkan luka atau yang
menyerang selsangat banyak jumlahnya, kelainan morfologis yang diperlihatkan
oleh sel agak terbatas.
Bentuk perubahan degeneratif sel yang paling
sering dijumpai adalah penimbunan air di dalamsel yang bersangkutan.
Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume pada bagian-bagian sel.Biasanya,
dalam rangka untuk menjaga kestabilan lingkungan internal, sel harus
mengeluarkan energimetabolik untuk memompa ion natrium keluar dari sel. Ini
terjadi pada tingkat membran sel. Apapun yangmengganggu metabolisme energi
dalam sel atau sedikit saja melukai membran sel, dapat membuat seltidak mampu
memompa ion natrium yang cukup. Akibat osmosis yang wajar dari kenaikan
konsentrasinatrium di dalam sel adalah masuknya air ke dalam sel. Akibatnya
adalah perubahan morfologis yangdisebut
pembengkakan sel.Untuk perubahan ini dulu disebut pembengkakan
yang keruh,mencerminkan keadaan organ yang sel-selnya mengalami
perubahan seperti setengah matang, dan sel-sel
yang terkena secara mikroskopis terlihat sitoplasmanya granular.
Bila air tertimbun di
dalamsitoplasma, organela sitoplasma menyerap air ini, menyebabkan
pembengkakan mitokondria,pembesaran
retikulum endoplasma, dan sebagainya. Secara mikroskopis perubahan pembengkakan
seltidak nyata dan hanya menyebabkan sedikit
pembesaran sel dan sedikit perubahan susunan. Secaramakroskopis terlihat
pembesaran jaringan atau organ yang bersangkutan, yang biasanya dapat
diketahuioleh karena beratnya sedikit meningkat. Jika bahaya pembengkakan sel
dapat dihilangkan maka setelahbeberapa lama
sel-sel biasanya mulai mengeluarkan natrium, dan bersama-sama dengan air, dan
olumenya kembali menjadi normal. Perubahan ini hanya merupakan gangguan ringan
dari keadaannormal.
Jika terdapat aliran
masuk air yang hebat, sebagian dari organela sitoplasma seperti
retikulumendoplasma dapat diubah menjadi kantong-kantong yang berisi air. Pada
pemeriksaan mikroskopikterlihat sitoplasma bervakuola (Gambar 2). Perubahan ini
disebut perubahan hidropik atau kadang-kadang disebut perubahan vakuolar. Bentuk dan perubahan-perubahan yang
dialami oleh organ-organitu identik dengan pembengkakan sel.
Perubahan hidropik pada
epitelium tubuli ginjal Sel-sel epitel yang melapisi tubuli kontortus
membesar dan
mempunyai sitoplasma bervakuola, kelihatan seperti renda, disebabkan oleh
penimbunan air intrasel.
Perubahan yang lebih
penting dari pembengkakan sel sederhana adalah penimbunan lipid intrasel. Jenis perubahan ini sering dijumpai pada
ginjal, otot jantung dan khususnya hati. Secaramikroskopis, sitoplasma dari sel-sel yang terserang
tampak bervakuola dengan cara yang sangat miripdengan yang terlihat pada perubahan hidropik, tetapi isi vakuola itu
adalah lipid bukan air. Pada hati,banyaknya lipid yang tertimbun di
dalam sel sering hebat, sehingga inti sel terdesak ke suatu sisi dansitoplasma sel diduduki oleh satu vakuola besar
yang berisi lipid (Gambar 3). Secara makroskopis jaringan yang
terserang terlihat membengkak, beratnya bertambah dan sering terlihat warna
kekuninganyang nyata karena mengandung
lipid. Hati yang terserang dengan hebat seringkali berwarna kuningcerah dan jika disentuh terasa berlemak. Jenis
perubahan ini disebut perubahan berlemak ataudegenerasi lemak atau infiltrasi lemak.
Perubahan lemak sering terjadi, sebab dapat
ditimbulkan oleh begitu banyak mekanisme yangberbeda, khususnya pada hati.
Hepatosit (dan jenis sel lain), dalam keadaan normal terlibat dalammetabolisme aktif lipid. Zat-zat ini
terusmenerus dimobilisasi dari jaringan adiposa ke dalam aliran darah,di mana
mereka diabsorpsi oleh sel-sel hati. Sebagian dari lipid yang diabsorpsi oleh
sel akan dioksidasi,sedangkan sebagian lagi diikat oleh protein yang disintesis
oleh sel dan kemudian dikeluarkan lagi darisel (ke dalam aliran darah) dalam
bentuk lipoprotein.
Perubahan lemak pada hati. Banyak sel hati memiliki
beberapa "lubang" kecil dalam sitoplasma atau satuvakuola besar yang mengubah berisi banyak
lipid. Sel-sel hati di sebelah kiri bawah adalah merupakansel normal.Penimbunan lemak di dalam sel dapat ditimbulkan
dengan mengganggu proses-proses per-tukaran biasa pada salah satu tempat
dari beberapa tempat yang ada. Misalnya, jika lipid yang diberikankepada sel hati berlebihan, maka kemampuan
metabolisme dan sintesis dari sel tersebut akan dapatdilampaui, sehingga
lipid akan mengumpul di dalam sel. Sebaliknya, meskipun lipid yang mencapai
sel jumlahnya normal akan tetapi oksidasinya terganggu oleh kelainan sel,
maka lipid juga akan tertimbun. Akhirnya, jika proses sintesis lipoprotein
dan pengeluarannya dipengaruhi di tempat manapun daribeberapa tempat yang ada, maka lipid akan tertimbun juga. Karena
sebab-sebab inilah orang dapatmenemukan perlemakan hati pada berbagai keadaan
mulai dari malnutrisi yang akan menghalangisintesis protein, sampai
kelebihan makanan yang akan mengakibatkan hati dibanjiri oleh lipid.
Hipoksiaakan cukup mengganggu metabolisme sel untuk menimbulkan penimbunan
lemak, dan banyak sekalizat-zat beracun dari
lingkungan itu akan mempengaruhi sel-sel dengan sedemikian rupa sehinggamempermudah
penimbunan lipid. Salah satu dari racun-racun yang paling kuat dan tersebar
luas dalamlingkungan kita untuk menimbulkan perlemakan hati adalah alkohol. Zat
ini secara langsung beracun bagisel-sel
hati, secara tidak langsung menimbulkan kelainan pada individu-individu yang
minum banyakalkohol, sebab hal ini sering menimbulkan malnutrisi.
Perubahan lemak secara potensial bersifat revers-ibel tetapi sering mencerminkan kelainan hebat pada sel dan dengan
demikian merupakan langkahmenuju
kematian sel.
Respon lain dari sel-sel yang terserang adalah pengurangan massa, secara
harafiah merupakansuatu penyusutan. Pengurangan ukuran sel, jaringan, atau
organ yang didapatkan semacam itu, disebut atrofi. Kelihatannya sel atau jaringan yang atrofi mampu mencapai keseimbangan
di bawah keadaanberlawanan yang dipaksakan padanya karena berkurangnya tuntutan
total yang harus dipenuhinya.Tentu saja, jaringan atau organ yang atrofi
lebih kecil dari normal. Dalam perjalanannya menjadi atrofi,sel harus
mengabsorpsi sebagian dari unsur-unsurnya. Ini menyangkut apa yang
kadang-kadang disebut otofagositosis atau otofagi, secara harafiah merupakan
proses memakan diri sendiri, di mana enzim-enzim mencernakan bagian-bagian sel
yang ada dalam vakuola sitoplasma. Proses yang sama tidak sajaterjadi dalam sel yang mengalami atrofi tetapi
juga dalam keausan eksistensi sel sehari-hari. Bilaorganela sitoplasma
rusak, organela tersebut diasingkan dalam vakuola sitoplasma dan dicernakan
olehenzim. Proses pencernaan cenderung meninggalkan bekas-bekas atau sisa dari
bahan yang tidak dapatdicernakan yang
sedikit demi sedikit tertimbun dalam sel. Zat ini sebagian besar berasal dari
struktur membran dalam sel dan umumnya berwarna coklat tua. Waktu
sel-sel menua, sel-sel tersebut mengum-pulkan
pigmen intrasitoplasma makin lama makin banyak, disebut lipofusin,
pigmen ketuaan, ataupigmen keausan.
Sewaktu sel mengalami atrofi, lipofusin bahkan dapat menjadi lebih pekat karenakegiatan
otofagosit yang meningkat. Kadang-kadang jaringan atrofi berpigmen lebih kasar;
proses yangbertanggung jawab atas keadaan
ini disebut atrofi coklat. Bahan-bahan sisa yang tidak dapat larutmungkin juga ditimbun sebagai hasil dari
heterofagositosis atau heterofagi, yang
merupakanpengambilan zat oleh sel
dari luar sel.
Pembicaraan tentang
perubahan-perubahan degeneratif harus menyinggung masalah penuaan.Jelaslah, proses seseorang menjadi tua adalah
sesuatu yang sangat kompleks, yang menyangkutbanyak faktor genetik,
faktor endokrin, faktor imunologis, dan faktor lingkungan. Proses ini pada
semuatingkat, mulai dari tingkat individu secara utuh sampai tingkat satu sel,
sedikit sekali yang dapat dipahami.Sudah
didalilkan bahwa penuaan dapat diakibatkan oleh pembatasan genetik yang nyata
padakemampuan replikatif dari sel, digabungkan dengan penimbunan
progresif dari luka-luka kecil dalam selyang tidak lagi melakukan proliferasi.
Namun, belumlah mungkin untuk mengidentifikasikan semua ciri-ciri sel yang khas yang bertanggung jawab atas
proses penuaan dan implikasi fungsional yangsebenarnya dari
perubahan-perubahan yang nonspesifik sekalipun tidak diketahui.
E.
Kematian Sel
Jika pengaruh berbahaya pada sebuah sel cukup hebat atau
berlangsung cukup lama, maka selakan
mencapai titik di mana sel tidak lagi dapat mengkompensasi dan tidak dapat
melangsungkanmetabolisme. Pada hipotesis yang tidak dapat dibantah, proses-proses ini menjadi
ireversibel dan selsebetulnya mati. Pada
saat kematian hipotetik ini, sewaktu sel tepat mencapai titik di mana sel tidakdapat
kembali lagi, secara morfologis tidak mungkin untuk mengenali bahwa sel itu
sudah mati secaraireversibel. Namun, jika sekelompok sel yang sudah mencapai
keadaan ini masih tetap berada dalam hospes
yang hidup selama beberapa jam saja, maka terjadi hal-hal tambahan yang
mempermudahidentifikasi apakah sel-sel atau jaringan tersebut sudah
mati. Semua sel memiliki berbagai enzim yang banyak di antaranya bersifat
litik. Sewaktu sel hidup, enzim-enzim ini tidak menimbulkan kerusakanpada sel,
tetapi enzim-enzim ini dilepaskan pada saat kematian sel, dan mulai melarutkan
berbagai unsur sel. Selain itu, pada
saat sel mati berubah secara kimiawi, jaringan hidup yang bersebelahanmemberikan respon terhadap perubahan-perubahan itu
dan menimbulkan reaksi peradangan
akut (materi tentang radang dibahas tersendiri). Bagian dari reaksi yang
terakhir ini adalah pengiriman banyakleukosit atau sel darah putih ke daerah
itu, dan sel-sel leukosit ini membantu pencernaan sel-sel yangmati. Jadi, oleh
karena enzim-enzim pencernaan tersebut atau sebagai akibat proses peradangan,
makasel-sel yang sudah mencapai titik
puncak di mana sel tidak dapat kembali lagi mulai mengalamiperubahan
morfologis yang dapat dilihat.
Bila
sebuah sel atau sekelompok sel atau jaringan dalam hospes yang hidup diketahui
mati,mereka disebut nekrotik Nekrosis merupakan
kematian sel lokal.
Perubahan morfologis
pada nekrosis
Umumnya, walaupun perubahan-perubahan lisis yang terjadi
dalam jaringan nekrotik dapatmelibatkan sitoplasma sel, intilah yang paling
jelas menunjukkan perubahan-perubahan kematian sel.Biasanya inti sel yang mati
itu menyusut, batasnya tidak teratur, dan berwarna gelap dengan zat warnayang biasanya digunakan oleh para ahli patologi. Proses ini dinamakan piknosisdan intinya disebut piknotik
Kemungkinan lain, inti dapat hancur, dan
meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yangtersebar di dalam sel. Proses ini
disebut karioreksis. Akhirnya, pada beberapa keadaan, inti sel yangmati kehilangan
kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja, proses ini disebut
kariolisis (Gambar 4).
Perubahan inti pada
kematian sel. Perubahan morfologis paling jelas yang menunjukkan kematian seladalah perubahan morfologi pada inti. (A)
inti normal; (B) inti piknotik; (C) inti karioreksis; (D) inti yangsudah
mengalami kariolisis.
Penampilan morfologis
jaringan nekrotik berbeda-beda tergantung pada akibat kegiatan litikdalam jaringan mati. Jika kegiatan
enzim-enzim litik dihambat oleh keadaan lokal, maka sel-sel nekrotikitu akan
mempertahankan bentuk mereka, dan jaringannya akan mempertahankan ciri-ciri
arsitekturnya selama beberapa waktu. Jenis
nekrosis ini dinamakan nekrosis koagulativa dan khususnya seringdijumpai bila nekrosis disebabkan oleh hilangnya
suplai darah. Nekrosis koagulativa adalah jenisnekrosis yang paling sering dijumpai.
Dalam beberapa keadaan
jaringan nekrotik sedikit demi sedikit mencair akibat kerja enzim,proses ini
dinamakan nekrosis
liquefaktiva. Ini khususnya sering terjadi
pada daerah otak yangnekrotik, dan akibatnya secara harafiah adalah
lubang dalam otak yang terisi oleh cairan.
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik itu hancur, tetapi pecahan-pecahan sel
yang terbagi halus itutetap berada di daerah itu selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun, jelas tidak dapat dicernakan.Jenis
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa karena
kenyataan bahwa daerah yang terkena tampakseperti keju yang hancur jika
dilihat secara makroskopik. Prototipe keadaan yang menimbulkan nekrosiskaseosa adalah tuberkulosis, walaupun jenis
nekrosis ini dapat ditemukan pada banyak
keadaan lain..
Nekrosis liquefaktiva.
Di sebelah kiri pada bagian otak ini terlihat defek besar. Substansi otak di
daerahini mengalami nekrosis
disebabkan oleh hilangnya suplai darah. Seperti pada organ ini jaringan yang nekrotik sedikit demi sedikit menjadi lunak,
kemudian mencair, dan meninggalkan defek yang permanen.
Keadaan lokal khusus tertentu dapat menimbulkan jenis nekrosis lain.Gangren
merupakan salah satu jenis nekrosis koagulativa, biasanya
disebabkan oleh tidak adanya suplai darah, disertai per-tumbuhan bakteri
saprofit. Gangren timbul pada jaringan nekrotik yang terbuka
terhadap bakteri yanghidup. Ini khususnya sering dijumpai pada ekstremitas
atau pada segmen usus yangnekrotik. Kadang-kadang jaringan berwarna hitam yang
mengkerut dari daerah gangren padaekstremitas dimasukkan digolongkan sebagai gangren
kering, sedangkan daerah bagian dalam yangtidak dapat kering disebut gangren
basah. Pada kedua keadaan ini proses melibatkan pertumbuhanbakteri saprofit di atas jaringan nekrotik.
Jaringan adiposa yang
nekrotik merupakan kasus istimewa lain. Jika sistem saluran pankreaspecah, baik oleh trauma
atau pada penyakit pankreas yang spontan, maka enzim pankreas yangbiasanya mengalir dalam saluran dapat
tercecer ke sekitarnya. Sekret pankreas itu mengandung banyakenzim hidrolisis
yang kuat, termasuk lipase yang memecah lipid dari jaringan adiposa. Jika
pembelahanini terjadi, maka asam-asam
berlemak terbentuk oleh kerja enzim dan dengan cepat digabungkandengan kation
(seperti ion kalsium) di daerah itu sehingga menimbulkan endapan-endapan
sabun.Nekrosis lemak enzimatik(atau pankreatik) sebagian besar terbatas di
rongga abdomen karenamerupakan daerah yang terbuka terhadap kebocoran
enzim pankreas. Jika jaringan adiposa di tempatlain menjadi nekrotik, ceceran lipid dari sel-sel yang mati itu dapat
menimbulkan respon peradangan,tetapi tidak ada pembentukan endapan-endapan
kuning berkapur, yang khas untuk nekrosis lemakenzimatik.
Gangren. Jari jari kaki
ini sudah menjadi nekrotik karena suplai darah yang buruk. Mikroorganismesaprofit tumbuh pada
jaringan mati yang menghitam. Pada ekstremitas gangren semacam ini disebutkering.
Tentu saja akibat nekrosis yang paling nyata
adalah hilangnya fungsi daerah yang mati itu. Jika jaringan yang nekrotik
itu merupakan sebagian kecil dari organ dengan cadangan yang besar (umpamanya, ginjal), mungkin tidak ada pengaruh
fungsional padatubuh. Sebaliknya, jika daerahnekrosis merupakan bagian otak,
maka akibatnya adalah defisit
neurologisyang hebat atau
bahkanmungkin kematian. Selain itu, daerah nekrotik dalam beberapa keadaan
dapat menjadi fokus infeksi,merupakan medium pembiakan yang baik sekali
bagi pertumbuhan organisme tertentu yang kemudiandapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh. Tanpa terkena infeksi pun,
adanya jaringan nekrotik didalam tubuh dapat menimbulkan perubahan
sistemik tertentu, seperti demam, leukositosis, dan berbagaigejala subyektif.
Akhirnya, jaringan yang nekrosis sering membocorkan enzim-enzim yang
dikandungnyake dalam aliran darah karena sel-sel mati dan permeabilitas membran
sel bertambah, memungkinkanuntuk
menganalisa contoh darah dan menentukan kadar berbagai enzim seperti CPK
(kreatininphosphokinase), LDH (laktat dehidrogenase), atau GOT
(glutamik-oksaloasetik transaminase).Kemudian, peningkatan dari salah
satu enzim atau enzim lain dapat menunjukkan bahwa si penderitaternyata betul mempunyai daerah nekrosis yang
tersembunyi jauh dalam jaringan. Prinsip inimenimbulkan bidang
diagnostik yang penting, enzimologi klinis.
F.
Nasib Jaringan Nekrotik
Paling sering jika daerah jaringan mengalami
nekrosis, maka peristiwa itu biasanya menimbulkanrespon peradangan pada bagian
jaringan yang berdekatan. Sebagai akibat dari respon peradangan ini,maka jaringan
yang mati akhirnya dihancurkan dan dihilangkan, membuka jalan bagi proses
perbaikanyang mengganti daerah nekrosis dengan sel-sel Regenerasi yang sama dengan yang hilang atau dalam banyak keadaan dengan jaringan parut.
Jika jaringan yang nekrosis terletak pada permukaan tubuh (misalnya,
sepanjang epitel permu-kaan saluran cerna), maka jaringan itu akan dengan
mudahnya mengelupas, sambil meninggalkan celahpada
permukaan yang disebut Tukak. Akhirnya,
jika daerah yang nekrotik tidak dihancurkan ataudibuang, maka biasanya daerah itu akan ditutup dengan kapsula jaringan
penghubung fibrosa dana akhirnya akan diisi dengan garam-garam kalsium
yang diendapkan dari darah yang bersirkulasi di daerahnekrosis. Proses kalsifikasi ini mengakibatkan daerah nekrosis
mengeras seperti batu dan menetapselama hidup individu itu.
G.
Kalsifikasi Patologis
Pengendapan garam-garam kalsium yang tidak larut pada aliran darah, yang
membuat jaringankaku dan keras tentu saja merupakan keadaan normal pada pembentukan
tulang dan gigi. Jika gejalasemacam itu
terjadi di tempat lain, maka merupakan keadaan abnormal dan disebut
kalsifikasi patologis:
Kalsifikasi Distrofik
Pada umumnya, seperti telah diuraikan di atas, jaringan yang terluka atau
jaringan nekrotik yangtidak secara cepat dihancurkan dapat merupakan tempat
kalsifikasi. Bentuk istimewa dari kalsifikasi inidisebut distrofik. Karena
daerah nekrosis kaseosa oleh sifat alamiahnya tetap tidak dicerna dalam
waktuyang lama, maka biasanya daerah itu lebih lanjut akan mengalami
kalsifikasi. Maka dengan demikian,karena fokus-fokus kecil tuberkulosis atau
infeksi-infeksi lain terjadi di
paru-paru dan di kelenjar
limfe yang mengalirkan getah bening paru-paru, maka di daerah ini biasa timbul
fokus-fokus kecil kalsifikasidistrofik.
Secara biologis kalsifikasi ini tidak penting, tetapi sering tampak pada
radiograf karena sifatradiopak dari
endapan garam kalsium padat..Tempat kalsifikasi distrofik lain yang sering
dijumpai adalah pada dinding arteri
yang sudahmengalami aterosklerotik.
Sebenarnya, "pengerasan arteri" ini disebabkan oleh pengendapan
kalsium.Garam-garam kalsium juga cenderung
mengendap, dengan berlanjutnya usia, di daerah yangsebelumnya merupakan
tulang tawan seperti rawan iga. Akhirnya, endapan
kalsifikasi distrofik padatempat-tempat ini dapat mengalami perubahan nyata
menjadi tulang, proses ini disebut osifikasiheterotropik
Kalsifikasi Metastatik
Garam-garam kalsium juga dapat diendapkan dalam
jaringan-jaringan lunak tubuh yang se-belumnya tidak dijumpai adanya
kerusakan jaringan atau nekrosis. Jenis kalsifikasi ini disebut
kalsifikasimetastatik Proses ini terjadi
bukan karena kelainan jaringan, melainkan karena konsentrasi garamkalsium dan
fosfor yang abnormal di dalam sirkulasi darah. Khususnya, jika konsentrasi
zat-zat inimeningkat sampai di atas
tingkat kritis tertentu, maka daya larutnya dilampaui dan terjadilahpengendapan pada berbagai jaringan, khususnya
paru-paru, ginjal, lambung dan dinding pembuluhdarah.
Konsentrasi garam kalsium dan garam fosfat
dipengaruhi oleh kegiatan kelenjar paratiroid, fungsiginjal, asupan kalsium dan
vitamin D dalam makanan, dan integritas rangka. Jadi, kalsifikasi
metastatikdapat terlihat pada hiperparatiroidisme, fungsi ginjal yang menurun,
diet yang abnormal, dan lesi des-truktif sistem rangka, yang membebaskan garam
kalsium dalam jumlah besar dari tulang-tulang itu.
Pembentukan Batu
Garam-garam kalsium
dapat juga diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli, di dalam sistemsaluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk
dari berbagai zat yang tersedia secara lokal, yaitu bahan-bahan dari sekresi
organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli sering mengandung kalsium sebagai salah
satuunsurnya, banyak kalkuli pada awalnya tidak mengandung kalsium. Beberapa
kalkuli terbentuk sebagaiakibat dari
hancurnya debris nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk karenaPatofisiologi/Cedera
danKematian Sel ketidakseimbangan
unsur-unsur sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan
dariunsur yang biasanya larut. Karena berbagai alasan, kalkuli sering ditemukan
dalam saluran empedu,pankreas, kelenjar saliva, prostat, dan sistem
kemih.
Meskipun seringkali kalkuli tidak memberikan
gejala apapun dan ditemukan secara kebetulan,banyak
kalkuli yang bergerak sepanjang sistem saluran organ tertentu, sehingga
menyebabkan rasasakit serta perdarahan. Seringkali kalkuli akan bergerak sampai
tersangkut pada bagian saluran yangsempit dan menimbulkan penyumbatan pada
aliran keluar sekret tertentu. Jika ini terjadi, maka seringterjadi infeksi dari organ yang tersumbat dan
atrofi parenkim.
H.
Kematian Somatik
Kematian seluruh
individu disebut kematian somatik, bandingkan dengan kematian lokal
ataunekrosis. Dahulu definisi kematian somatik lebih sederhana. Seseorang
dinyatakan meninggal, jika"fungsi vital" berhenti tanpa ada
kemungkinan untuk berfungsi kembali. Jadi, jika seorang berhentibernafas dan tidak dapat diresusitasi, maka
jantung dengan cepat berhenti berdenyut sebagai akibat darianoksia, dan orang
itu tidak dapat disangkal lagi telah mati.
Dengan kemajuan teknologi, maka jika seorang
penderita pernafasannya berhenti dapat dipasangrespirator mekanis. Jika denyut
jantung penderita mulai terputus-putus, dapat dipasang alat pacu
jantungelektris. Dengan adanya peralatan untuk "mempertahankan hidup"
semacam ini, maka definisi kematianmenjadi lebih sulit. Sebenarnya, sebaiknya
dijelaskan bahwa tidak semua sel tubuh mati secara serentak.Sudah dibuat
jaringan hidup dari jaringan-jaringan yang diambil dari mayat. Dalam rumah
sakit sekarangini, definisi umum tentang kematian somatik menyangkut kegiatan
sistem saraf pusat khususnya otak.Jika otak
mati, maka kegiatan listrik berhenti dan elektroensefalogramnya menjadi
isoelektris atau"mendatar". Jika hilangnya kegiatan listrik terjadi
selama jangka waktu yang sudah ditentukan secaraketat, maka para dokter
berwenang menganggap penderita meninggal walaupun paru dan jantung masihdapat
dijalankan terus secara buatan untuk beberapa lama.
Perubahan Postmortem
Setelah kematian,
terjadilah perubahan-perubahan tertentu yang dinamakan perubahanpostmortem. Karena reaksi kimia dalam otot
orang mati, timbul suatu kekakuan yang dinamakanrigor mortis Kataalgor mortismenunjukkan pada dinginnya
mayat, karena suhu tubuhnya mendekati suhulingkungan.
Perubahan lain disebut livor mortisatau
perubahan warna postmortem.
Umumnya perubahan warna semacam
itu disebabkan oleh kenyataan bahwa sirkulasi berhenti, darah di dalampembuluh mengambil tempat menurut tarikan
gravitasi, dan jaringan-jaringan yang terletak paling bawahdalam tubuh menjadi merah keunguan, disebabkan
oleh bertambahnya kandungan darah. Karena jaringan-jaringan di
dalam mayat itu mati, maka secara mikroskopis enzim-enzim dikeluarkan secaralokal, dan mulai terjadi reaksi lisis.
Reaksi-reaksi ini, disebutotolisis postmortem(secara harafiah berarti melarutkan diri), yang sangat mirip dengan
perubahan-perubahan yang terlihat pada jaringannekrotik, tetapi tentu saja
tidak lagi disertai reaksi peradangan. Akhirnya, bila tidak dicegah dengantindakan-tindakan
tertentu (misalnya pembalseman) bakteri-bakteri akan tumbuh dengan subur dan
akanterjadipembusukan. Kecepatan mulai timbulnya perubahan postmortem
sangat berbeda-beda,tergantung pada individu maupun pada sifat-sifat
lingkungan sekitarnya. Jadi, penentuan waktu kematianyang tepat, oleh para
dokter dalam cerita detektif khayalan memang hanya merupakan khayal.
KESIMPULAN
Pada organisasi sel,Sel merupakan struktur
terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas kehidupan sendiri Sel terdiri:
membran plasma, sitoplasma, nukleus dan nukleoplasmaDida.
Yang termasuk dalam organisasi sel ialah:
a.
Membrane plasma
b.
Nucleus(inti sel)
c.
Reticulum endoplasma(RE)
d.
Mitikondria
e.
Lisosom
f.
Ribosom
g.
Badan golgy
Salah satu faktor yang paling sering yang dapat melukai sel adalah
defisiensi oksigen atau bahan makanan
a.
Efek pertama sel yang cedera adalah: lesi biokimia →
yaitu perubahan reaksi kimia / metabolik didalam sel
b.
Serangan pada sel tidak selalu mengakibatkan gangguan
fungsi, umumnya ada mekanisme adaptasi seluler terhadap stimulus
c.
Jika stimulus hilang sel dapat kembali sehat, jika
stimulus tidak hilang sel akan mati
Sel akan mati jika pengaruh buruk pada sel hebat dan berlangsung lama →
sel tidak mampu lagi beradaptasi → proses ireversibel → kematian sel
(nekrosis).
Nekrosis adalah kematian sel ireversibel yang terjadi ketika sel cedera
berat dalam waktu lama dimana sel tidak mampu beradaptasi lagi atau memperbaiki
dirinya sendiri (hemostasis)
Jika daerah jaringan mengalami nekrosis, maka peristiwa itu biasanya
menimbulkan respon peradangan pada bagian jaringan yang berdekatan. Sebagai
akibat dari respon peradangan ini,maka jaringan yang mati akhirnya dihancurkan
dan dihilangkan, membuka jalan bagi proses perbaikanyang mengganti daerah
nekrosis dengan sel-sel
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber:
http://www.scribd.com/doc/114995592/03-Cedera-Dan-Kematian-Sel
http://by--one.blogspot.com/2010/04/cedera-sel-dan-kematian-sel.html
Komentar
Posting Komentar