MAKALAH PEMBUATAN ASAM CUKA PISANG KEPOK (Musaparadisiaca L.) DENGAN KAJIAN LAMA FERMENTASI DAN KONSENTRASI INOKULUM (Acetobacteracetii)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Cuka adalah suatu kondimen yang dibuat dar berbagai bahan yang bergula atau berpati
melalui fermentasi alkohol yang diikuti dengan fermentasi fermentasi asetat.
Produk ini merupakanuatu larutan asam asetat dalam air yang mengandung cita
rasa, zat warna dan substansi yang
terekstrak, asam buah, esterester, garam-garam organik dari buah, yang
berbeda-beda sesuai dengan asalnya (Desrosier, 1988).
Prinsip
pembuatan cuka bua yaitu fermentasi alkohol dan asam asetat. Proses pertama
melibatkan aktivitas Saccharomyces cereviciae yang mengubah gula-gula sederhana
menjadi alkohol dalam kondisi anaerobpada pH 3,5-6,0, suhu tumbuh yang efisien 28-350C, sedangkan proses kedua
melibatkanaktivitas bakteri Acetobacter acetii yang mengubah alkohol dengan kadar
tertentu menjadi sejumlah asam asetat dalam kondisi aerob, pada suhu optimum
15-340C, pH 3,0-4,0. Kriteria mutu cuka yang utama adalah kandungan
asam asetatnya. DiAmerika Serikat, konsentrasi asam asetat minimal yang berlaku adalah 4% (b/v) (Zubaidah, 2010) .
Menurut
Sutowijoyo (2013), pisang mempunyai kandungan
gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan
buah-buahan lain. Selain memberikan kontribusi
gizi lebi tinggi dari pada apel, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi
dengan cepat bila dibutuhkan. Termasuk ketika otak mengalami keletihan. Pisang
kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga
mengandung vitamin, yaitu C,B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter
dalam kelancaran fungsi otak.
Menurut
Humairani (2007), beberapa jenis senyawa antioksidan yang dapat diisolasi
dari kulit pisang yaitu asam amino dan peptida, flavonoid, katekolamin, dopamin
dan polimer dopamin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi pada pembuatan cuka yakni nutrien
untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan khamir, sebaiknya ditambahkan nutrien sebanyak kurang lebih 1-2 g/L sari buah
(0,1-0,2%). Jumlah starter optimumpada fermentasi
alkohol adalah 2-5%(v/v).
Sari
buah yang diekstrak dari buah-buahan perlu dipekatkan terlebih dahulu atau ditambahkan
gula (sukrosa) sampai kandungan gulanya mencapai 10-25% (b/v). Konsentrasi
oksigen, Konsentrasi alkohol yang digunakan sekitar 10-13% (Hidayati, 2010).
A.
Rumusan masalah
1. Menjelaskan proses fermentasi yang
menunjukkan kadar total gulaa, total asam asetat, kadar alkohol, dan total
padatan terlaru.
2. Lama-Nya fermentasi ?
BAB
II
ISI
A.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan seperangkat alat fermentor yang dibuat dari botol 1000 ml, selang plastik, aerator merk Blue Sky
BS-410,lem, gelembung udara.
Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang kepok Sidoarjo. Isolat Saccharomyces
cerevisiae, dan Acetobacter acetii.
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode percobaan menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 (dua) factor dimana faktor I
yaitu lama fermentasi (5, 10, dan 15 hari) dan faktor II yaitu konsentrasi Acetobacter
acetii, (5, 10 dan 15 % v/v). Parameter penelitian meliputi : kadar alkohol,
total gula, pH, kadar asam asetat,total padatan terlarut.
B.
Cara kerja
a. Persiapan inokulum Saccharomyces cerevisiae
Pembuatan Media Cair Aktivasi
Kentang 200 gr dipotong kecil-kecil dan ditambahkan 1 liter
aquades kemudian dipanaskan sampai mendidih dan disaring. Filtrat yang
diperoleh yang disaring selanjutnya digunakan sebagai media cair aktivasi
dengan menambahkan aquades dengan perbandingan aquades : filtrat (5:1) dan
ditambahkan glukosa 2% (b/v), selanjutnya dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit.
Pembuatan Inokulum
· Agar miring disiapkan dengan
cara melarutkan 3,9 g media PDA ke dalam 100 ml aquades panas dan selanjutnya
dimasukkan dalam tabung reaksi. Tabung ditutup dengan kapas dan alumunium voil
kemudian disterilisasi pada suhu 121 0C selama 15 menit. Selanjutnya
didinginkan dalam posisi miring sampai membentuk agar.
· Biakan murni Saccharomyces
cereviciae diinokulasikan pada agar miring dengan menggunakan jarum ose
membentuk garis zig-zag dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
· Biakan murni Saccharomyces
cereviciaeyang berumur 24 jam sebanyak 18 ose diinokulasikan dalam 120
ml media cair aktivasi dengan menggunakan jarum ose.
· Kultur dalam media cair aktivasi tersebut
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
· Kultur dalam media cair
aktivasi ditambahkan kedalam 1200 ml sari buah pisangdan aquades dengan
perbandingan 1 : 0,2% (b/v), dan sukrosa 10% (b/v), kemudian diinkubasi selama
24 jam pada suhu 370C. Media cair tersebut digunakan sebagai inokulum.
b.
Persiapan
inokulum Acetobacter acetii
Pembuatanmedia cair aktivasi
Sebanyak
1,3 gram media NB (nutrient broth) dilarutkan dalam 100 ml aquades panas
kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit.
Pembuatan
inokulum
·
Agar
miring disiapkan dengan cara melarutkan media NA (nutrient agar) dalam 100 ml
aquades panas ke dalam tabung reaksi. Tabung ditutup dengan kapas dan alumunium
voil kemudian disterilisasikan pada suhu 121 0C selama 15 menit. Biarkan sampai
padat.
·
Biakan
murni Acetobacter acetii diinokulasikan pada agar miring dengan
menggunakan jarum ose membentuk garis zig-zag dan diinokulasikan selama 48 jam
pada suhu 370C
·
Biakan
murni Acetobacter acetii yang berumur 48 jam sebanyak 9 ose
diinokulasikan dalam 10 ml media NB secara aseptis kemudian diinkubasi selama
48 jam 370C.
·
10
ml dalam media NB tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi 100 ml media
NB secara aseptis, diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370C.
·
Kultur
tersebut diinokulasikan ke dalam 1000 ml sari buah pisang, beralkohol,
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370C dan digunakan sebagai inokulum.
Proses
Fermentasi
·
Bahan
baku berupa buah pisang beserta kulitnya ditimbang, dipasteurisasi selama 5 menit
·
Buah
pisang beserta kulitnya kemudian ditambah air dengan perbandingan (1:3), lalu
dihancurkan sampai halus dengan menggunakan blander.
·
Bubur
buah disaring dengan kain saring danfiltratnya dianalisa kadartotal gula.
·
Filtrat
kemudian ditambahkan gula 10% (b/v) dan diamonium hidrogen fosfat 0,2% (b/v).
·
Filtrat
dianalisa total gula, TPT, pH, total asam.
·
Setelah
dingin ditambahkan starter Saccharomyces cereviciae sebanyak 10% (v/v)
kemudian difermentasi selama 10 hari dalam kondisi anaerob.
·
Sari
pisang beralkohol dianalisa kadar alkohol Filtrat sari pisang dipasteurisasi
pada suhu 650C selama 15 menit.
·
Setelah
dingin ditambahkan starter Acetobacter acetii sebanyak 5%, 10%, dan 15%
(v/v) dan difermentasikan selama 16 hari dengan aerasi buatan.
·
Hasil
fermentasi berupa cuka pisangdandilakukan pasteurisasi pada suhu 650C selama 30
menit untuk menghentikan fermentasi asam asetat.
·
Disaring
dengan kertas saring.
·
Cuka
buah pisang yang dihasilkan dianalisis total asam, pH, total gula, total padatan
terlarut, dan kadar alkohol.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Analisis Awal Sari Buah Pisang
Hasil
analisis awal sari buah pisang sebelum proses fermentasi menunjukkan bahwa
kadar total gula, total asam asetat, pH, dan TPTmasing-masing adalah sebesar
18.06 %, 1.07%, 5, dan 17.00OBrix secara berurutan. Proses fermentasi alkohol
merupakan proses awal dari pembuatan cuka. Alkohol yang dihasilkan memegang
peranan penting dalam proses fermentasi cuka. Fermentasi alkohol berlangsung
pada kondisi anaerob dan alkolhol yang dihasilkan pada fermentasi selama10 hari
dengan penambahan starter Saccharomyces cereviciae 10%adalah
sebesar 10,03%.
Ø Kadar Asam Asetat
Kadar asam
asetat cuka buah pisang kepok yang dihasilkan bekisar antara 1,68 –
6,77%.Terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan lama fermentasi dan
konsentrasi inokulum terhadap nilai rata-rata kadar asam asetat (p<0,05).
Semakin lama fermentasi dan semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi asam
asetat yang dihasilkan, menunjukkan bahwa pada lama fermentasi mulai hari ke-10
hingga hari ke-15 terjadi penambahan asam asetat yang lebih lambat disbanding
hari fermentasi sebelumnya. Sedangkan dengan peningkatan konsentrasi inokulum
hingga 15 % masih menunjukkan adanya perombakan substrat alcohol oleh Acetobacter
acetii menjadi asam asetat.
Ø Nilai Ph
Tidak terdapat interaksi antara perlakuan lama fermentasi dan
konsentrasi inokulum terhadap nilai rata-rata pH asam cuka, namun masing-masing
perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai pH. Nilairata-rata pH
cuka pisang kapok bekisar antara 3,75%-3,01%. bahwa semakin lama waktu
fermentasi maka nilai Ph semakin rendah atau derajat keasaman yang makin
meningkat. Hal ini disebabkan semakin lama fermentasi maka semakin banyak asam
asetat yang terbentuk sehingga menurunkan nilai pH cuka pisang. Demikian juga
dengan konsentrasi inokulum memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap
nilai pH cuka pisang. Terjadi penurunan nilai pH pada peningkatan konsentrasi
inokulum. Hal ini menunjukkan masih adanya subtract alkohol yang dapat dirombak
menjadi asam asetat sehingga menurunkan nilai pH asam cuka pisang kepok.
Ø Kadar Alkohol
Nilai rata-rata kadar alkohol pada fermentasi cuka pisang kapok
diperoleh sekitar 0,55% - 0,30%. Terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan
lama fermentasi dan konsentrasi inokulum terhadap nilai rata-rata kadar alkohol
(p<0,05). Semakin lama fermentasi dan semakin tinggi konsentrasi inokulum
maka semakin rendah kadar alkohol yang dihasilkan karena semakin banyak alkohol
yang dirombak menjadi asam asetat Haumasse (2009), menyatakan bahwa penurunan
kadar alkohol terjadi karena pada saat fermentasi berlangsung, kandungan
alkohol yang telah dioksidasi oleh Acetobacter acetiiakan
menghasilkan asam asetat dan H2O.
Ø Total Gula
Nilai rata-rata total gula cuka di peroleh sekitar
0,98%-0,21%.Terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan lama fermentasi
dengan konsentrasi inokulum terhadap
nilai rata-rata total gula cuka.Semakin lama fermentasidan semakin tinggi
konsentrasi inokulum makanilai rata-rata total gula semakin rendah. terlihat
bahwa konsentrasi inokulum 5 – 10 % terjadi penurunan kadar gula yang cukup
tajam, sedang pada konsentrasi 15 % terjadi penurunan yang lambat. Masih
terdapatnya total gula pada cuka menunjukkan adanya fermentasi yang tidak
sempurna Hidayati (2010), menyatakan bahwa selama fermentasi, khamir akan memecah
gula (sukrosa) menjadi glukosa dan fruktosa, dan glukosa digunakan oleh khamir
untukmenghasilkan etanol dan CO2. Bakteri asam asetat mengoksidasi secara
sempurna etanol menjadi asam asetat dan juga mengoksidasi secara tidak lengkap
glukosa menjadi asam glukonat. Sisagula menunjukkan adanyagula yang tidak
termanfaatkan oleh khamir untuk pembentukan etanol dan Acetobacter acetii
lebih memilih etanol sebagai sumber karbon untuk pembentukanasam asetat.
Ø Total Padatan Terlarut
Nilai rata-rata total padatan terlarut cuka dari perlakuan lama
fermentasi adalahsebesar4,283 ± 0,147- 5,283 ± 0,147. Sedangkannilai total
padatan terlarut dari perlakuan konsentrasi inokulum adalah sebesar 4,650 ±
0,450- 5,033 ± 0,296 Penurunan total padatan terlarut selama fermentasi diduga
disebabkan selama fermentasi berlangsung, gula yang merupakan padatan terlarut
terbanyak dalam medium, dimetabolisme oleh khamir menjadi alkohol dan CO2
kemudian dimanfaatkan oleh bakteri asam asetat sebagai sumber karbon. Seperti
yang dinyatakanolehReed and Nagodawithana (1991) yang menyebutkan bahwa
selama proses fermentasi khamir dan bakteri berlangsung, terjadi penurunan
total padatan terlarut. Dan menurut Haumasse (2009), lama fermentasi
akanmenyebabkantotal padatan terlarut substrat mengalami penurunan. Gula yang
terkandung dalam substrat tidak dimetabolisme oleh Acetobacter acetii menjadi
alkohol seperti pada fermentasi alkohol. Total padatan terlarut berkurang
sesuai dengan bertambahnya waktu fermentasi. Selain itu juga pengurangan total
padatan terlarut disebabkan oleh makin berkurangnya sumber nutrien dan substrat
pada larutan.
BAB IV
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
1.
Cuka (buah pisang, kulit pisang kepok dan daun melinjo) dengan
perlakuan perbedaan inokulum cuka 5%,10%,15% dan lama fermentasi 5, 10, 15 hari
tidak terjadi interaksi yang nyata terhadap pH dan total padatan terlarut
tetapi terjadi interaksi yang nyata terhadap kadar asam asetat, total gula, dan
kadar alkohol.
2.
Cuka (buah pisang, kulit pisang kepok dan daun melinjo) dengan
perlakuan konsentrasi inokulum 15% dan lama fermentasi 10 hari merupakan
perlakuan terbaik dengan nilai kadar asam asetat 4,325%, pH 3,350%, kadar
alkohol 0,380%, total gula 0,255%, dan total padatan terlarut 4,6500 Brix.
DAFTAR PUSTAKA
Desrosier,
Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta.
Haumasse,
Margaretha. 2009. Pemanfaatan Pulpa Kakao Untuk Memproduksi Asam Asetat dengan
Menggunakan Ragi Roti dan Aerasi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hidayat,
N., Sukardi dan Zubaidah, E. 2000. Teknik Cepat produksi Asam Asetat dari
singkong dengan Pengurangan Tahap Fermentasi. Jurnal Penelitian Habitat 8(99):
44-47.
Hidayati,
Ellya Khisti. (2010) Pengaruh Penambahan Ragi Roti Instan Dan Kondisi
Fermentasi Alkohol (Aeron Dan
Anaerob) Terhadap Produksi Alkohol Pada Pembuatan Cuka Apel. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.
Humairani,
Rindhira Z. 2007. Pengaruh Penambahan Ekstrak Antioksidan Kulit Pisang (Musa
paradisiaca) Pada Minyak Ikan Terhadap Stabilitas Oksidasi Dengan Katalis
Panas Dan Cahaya. Skripsi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Judoamijoyo,
M. Addul, A.D., G.S.Endang. 1990. Teknologi Fermentasi. Rajawali Press Jakarta.
Sutowijoyo,
Danang. 2013. Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu Dan Pisang Kepok.
Skripsi. Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Zubaidah, Elok. 2010. Kajian Perbedaan Kondisi Fermentasi Alkohol Dan Konsentrasi Inokulum Pada Pembuatan Cuka Salak (Salacca Zalacca). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 (2) : 94
Komentar
Posting Komentar